Jumat, 27 Mei 2011

Posisi Guru Dalam Pendidikan Islam


a. Pengertian guru pendidikan
Secara etimologi istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara. Sedangkan dalam bahasa Arab guru dikenal dengan Al-Mua’lim atau al-ustadz yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim. Dengan demikian almu’alim atau al-ustadz mempunyai pengertian orang yang mempunyai tugas untuk membangun aspek spiritualitas manusia.[1]
Menurut zakiyah Darajat guru adalah pendidik profesional, karena guru telah menerima dan memikul beban dari orang tua untuk ikut mendidik anak-anak dalam hal ini, orang tua harus tetap sebagai pendidik yang pertama dan utama bagi anak-anaknya sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak-anak pada jenjang pendidikan sekolah.
Sedangkan menurut Ahmad tafsir orang paling bertanggung jawab dalam mendidik adalah orang tua (Ayah-Ibu) anak didik. Tanggung jawab jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal : Pertama, karena kodrat,yaitu karena orang tua ditakdirkan menjadi orang tua anaknya dan karena itu ia ditakdirkan pula bertanggung jawab mendidiknya. Kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tuanya juga.[2]
Guru adalah bapak rohani bagi peserta didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia dan meluruskan perilakunya yang buruk, oleh karena itu pendidikan mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam. Bahkan Islam menempatkan pendidik setingkat dengan derajat seorang Rosul, sebagaimana dalam surat al-Baqarah ayat 151 : (QS. al-Baqarah : 151)
Ada empat hal yang harus dimiliki oleh guru, antara lain, pertama; guru harus memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi, serta memiliki potensi batiniah yang kuat, sehingga dapat mengarahkan hasil kerja dari kecerdasannya untuk diabdikan kepada Tuhan. Kedua; guru harus dapat menggunakan kemampuan intelektual dan emosional spiritualnya untuk memberikan peringatan kepada manusia lain agar dapat beribadah kepada Allah. Ketiga; guru harus dapat membersihkan diri orang lain dari segala perbuatan dan akhlak tercela. Keempat; guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengarah, pembimbing dan pemberi bekal ilmu pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kepada orang-orang yang memerlukannya.[3]
b. Tugas, ciri dan karakter guru
Ada tiga tugas dan tanggung jawab seorang guru, diantaranya adalah; Pertama; guru sebagai pengajar. Dalam tugas ini guru dituntut memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar, disamping menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkannya. Kedua; guru sebagai pembimbing, Tugas ini merupakan aspek mendidik, sebab tidak hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan tetapi juga menyangkut pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. Ketiga; guru sebagai administator kelas, pada hakekatnya merupakan jalinan antara ketata laksanaan bidang pengajaran dan ketata laksanaan pada umumnya. Namun demikian, ketata laksanaan bidang pengajaran lebih menonjol dan lebih diutamakan bagi profesi guru.
Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi ada tujuh sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, diantaranya adalah; Pertama; guru harus memiliki sifat zuhud, yaitu mengutamakan untuk mendapatkan materi dalam menjalankan tugasnya melainkan karena mengharap ridho Allah SWT. Kedua ; seorang guru harus memiliki jiwa yang bersih dari sifat dan akhlak yang tercela. Ketiga ; seorang guru harus ikhlas dalam melaksanakan tugasnya. Keempat ; seorang guru harus memiliki sifat pemaaf terhadap muridnya. Kelima ; seorang guru harus dapat menempatkan dirinya sebagai seorang bapak sebelum menjadi seorang guru. Keenam ; seorang guru harus mengetahui bakat, minat dan watak anak didiknya. Ketujuh ; seorang guru harus menguasai materi bidang studi yang akan diajarkannya.[4]
Sifat-sifat tersebut pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama ; sifat-sifat yang berkaitan dengan kepribadian guru dan sifat yang Kedua ; berkaitan dengan keahlian seorang guru di bidang akademik.
Selain kurikulum, guru merupakan komponen terpenting dalam peningkatan kualitas pendidikan. Jika gurunya berkualitas baik maka pendidikan pun akan baik pula, kalau tindakan para guru dari hari ke hari bertambah baik, maka akan menjadi baik pula keadaan dunia pendidikan kita. Dan sebaliknya jika tindakan guru dari hari ke hari makin memburuk, maka akan parahlah dunia pendidikan kita. Jadi agar dalam mendidik itu berhasil, maka guru harus mampu melaksanakan inspiring teaching, yaitu guru yang melalui kegiatan mengajarnya mampu mengilhami murid-muridnya.


[1] Ibid., 13
[2] Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), 74
[3] Abudin Nata, Perspektif Islam Ttg Pola Hubungan Guru Murid, (Jakarta:Gaya Media Pratama, 2005), 74
[4] Muhammad Samsul Ulum dan Trito Supriyanto, Qur'anniyah, (Malang: UIN Malang Press, 2006), 70-71

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...