Senin, 28 Februari 2011

Pendayagunaan Zakat Untuk Usaha Produktif


Pendahuluan
Segala puji hanya milik Allah ta’ala, kami memuji-Nya, kami meminta tolong hanya kepada-Nya, kami minta ampun kepada-Nya serta kami berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa-jiwa kami dan kejelekan amal-amal kami, barang siapa telah diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang bisa untuk memberikan petunjuk kepadanya, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah saja dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, semoga Shalawat dan salam selalu tercurah kepadanya, keluarga serta seluruh pengikutnya sampai akhir zaman.

Menikmati Lapar


Oleh : Abdurrahman MBP


Apakah anda masih merasakan lapar ketika sedang berpuasa? Kalau tidak lagi merasakannya maka ada sesuatu yang hilang dalam diri kita, yaitu rasa lapar. Lapar adalah suatu kondisi di mana tubuh memerlukan adanya asupan energy, baik berupa makanan ataupun minuman dan bisa juga zat-zat tertentu yang dimasukan ke dalam tubuh.
Seseorang yang berpuasa tentu merasakan lapar, ini adalah tabiat dari manusia. Lantas apa kaitannya dengan pertanyaan di awal tulisan ini? Sejatinya tujuan berpuasa adalah agar kita menjadi orang-orang yang bertaqwa (QS Al-Baqarah : 183), di antara sarana untuk mencapai ke tingkat ini adalah dengan melemahkan anggota badan, dengan melemahnya beberpa fungsi anggota badan akan berpengaruh kepada hawa nafsu yang melemah pula. Dengan ini tingkat spiritualitas seseorang akan meningkat. Rasulullah pernah bersabda “Iman itu bertambah dan berkurang, bertambah karena berbuat ketaatan dan berkurang karena berbuat maksiat” HR Muslim. 
Ketika hawa nafsu manusia melemah dengan melemahnya beberapa fungsi anggota badan maka nilai spiritualitasnya akan meningkat, hal ini dipacu lagi dengan kesadarannya dalam melakukan ibadah puasa. Rasa lapar sendiri menjadi salah satu sebab melemahnya beberapa fungsi anggota badan, selain itu ada hikmah besar yang harus kita singkap dari rasa lapar ini. Ternyata ketika seseorang berada dalam keadaan lapar ia akan lebih mampu mengontrol tingkah lakunya, hal ini agak berbeda dengan fakta bahwa seseorang yang dalam keadaan lapar akan mudah marah dan hawa nafsunya sering tidak terkendali.
Di antara hikmah adanya rasa lapar adalah bahwa dengan merasakan rasa lapar itu semestinya kita bersyukur karena ini adalah bukti kita masih menjadi manusia normal dalam arti fungsi-fungsi dari anggota tubuh kita masih berjalan normal. Coba anda bayangkan bagaimana jika kita tidak bisa merasakan lapar, tentu kita tidak akan berselera untuk menyantap makanan di saat berbuka, padahal Rasulullah penah bersabda “Dua Kenikmatan yang akan dirasakan oleh setiap orang yang berpuasa yaitu ketika dia berbuka dan ketika bertemu dengan Tuhannya”. Maka di tengah bulan yang penuh berkah ini mari kita bersama-sama menikmati lapar, mudah-mudahan ini adalah salah satu wasilah untuk menjadi derajat muttaqun yang telah Allah ta’ala janjikan. Wallahua’lam.

Valentine Versi Betawi


Oleh : Handayani San

Hampir tiap tahun umat Islam direpotkan oleh maraknya perayaan yang satu ini. Kata mereka  yang merayakan sih namanya  “hari kasih sayang”. Padahal berkasih sayang sesama muslim itu wajib, tidak terkecuali dengan umat non muslim. Begitu meriahnya, sampai-sampai hampir semua media masa tidak mau ketinggalan menayangkan program khusus untuk menyambut hari kasih sayang ini. Pusat-pusat perbelanjaan atau yang sering kita sebut  “mall” pun tidak mau kalah. Warna “pink” mendominasi perayaan ini. Dari baju berwarna pink, Balon berwarna pink, sampai coklat berbentuk hati yang berwarna pink. Saya juga bingung kenapa coklat berwarna pink masih disebut coklat ya.., kenapa ngga disebut gula-gula atau permen..? Bisa dibilang ini adalah salah satu bentuk  kreatifitas anak manusia, namun salah dalam penempatannya, yaitu tasyabbuh, mengikuti kebiasaan kaum kufar, berpartisipasi merayakan perayaan kaum non muslim.
Itulah realita yang ada. Berbagai perayaan yang tidak dicontohkan oleh suri tauladan kita Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam sedikit demi sedikit masuk ke dalam pemikiran umat Islam. Syubhat pun ada di dalam fikiran kita “siapa juga yang menolak berkasih sayang?”. Abang, Mpok, Encang, encing, Nyak, Babe, yang namanya kasih sayang tuh…ya harus setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap waktu. Masa sih kasih sayang Cuma sehari doang, masa memberi  hadiah cuma saat hari “Valentine” aja. Berarti setelah hari itu gontok-gontokan lagi dong…kaya yang sering diberitakan di televisi…isinya tawuran terus. Padahal Islam mengajarkan kita untuk saling berkasih sayang dan saling memberi hadiah.

Mitos Kufu


Oleh : Bambang Sahaja

    "Kalau mau mencari pasangan hidup cari yang sekufu” itulah pesan dari murabiku. Pesan ini selalu menjadi pertimbanganku dalam mencari pasangan hidup. Kufu berarti sepadan atau setara, dalam ruang lingkup kehidupan rumah tangga berarti kesepadanan antara pasangan atau minimal mendekati sama, baik dari segi umur, pendidikan, strata sosial, pemahaman agama dan sebagainya. Dalam budaya Jawa istilah kufu barangkali sepadan dengan istilah bibit, bebet dan bobot, sebuah syarat dalam mencari pasangan hidup. Prinsip dalam mencari pasangan hidup ini masih terus diamalkan oleh masyarakat kita, barangkali termasuk aku waktu itu. Melalui bincang-bincang dengan sesama ikhwan aku juga mendengar adanya berbagai kasus perselisihan dalam rumah tangga karena sejak awal tidak ada kesepadanan (kufu) antara pasangan. Benarkah kufu adalah suatu prasyarat dalam sebuah rumah tangga? Atau hanya mitos yang salah dipahami oleh masyarakat kita?
    Tahun 1997 akhirnya aku mendapatkan seorang pendamping hidup, seorang akhwat yang begitu bersemangat dalam mendalami ilmu-ilmu keislaman, teman satu liqa'. Aku sendiri baru mulai aktif di beberapa pengajian. Melalui seorang murabbi yang cukup kukenal akhirnya tanpa pertimbangan sekufu atau tidak, berlangsunglah perkawinan kami. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, namun sepertinya aku telah melabrak sebuah mitos tentang kufu yang selama ini kuyakini.
    Benar, waktu menikah aku berumur 18 tahun, baru tiga bulan menyelesaikan SMU, sedangkan istriku sudah berumur 35 tahun. Aku berasal dari desa terpencil nun jauh di selatan Jawa, sementara istriku gadis metropolitan (tapi akhwat lho..) yang besar di ibu kota Jakarta. Sebuah perbedaan yang tidak ada tempat bagi si kufu untuk disebut. Berbekal iman dan takwa yang membara dalam dada kami mengarungi samudera rumah tangga. Kini sudah sepuluh tahun lebih kami membina rumah tangga, pahit getir dan manis asam rumah tangga telah kami rasa.
Untuk meningkatkan kualitas hidup aku kembali ke bangku sekolah -kuliah tepatnya-. Walaupun hanya kuliah di perguruan tinggi swasta dan mengambil kelas ekstention, namun tidak memupuskan semangatku untuk terus maju, menyibak takdir yang tidak pernah aku tahu, termasuk mitos kufu yang sepertinya tak lagi berlaku dalam rumah tanggaku. Kurang lebih empat tahun akhirnya aku bisa menyelesaikan kuliah, namun semangatku untuk terus maju semakin menggebu-gebu hingga tanpa menunggu berganti tahun aku langsung melanjutkan ke program pascasarjana. Hanya memerlukan waktu kurang lebih dua tahun akhirnya aku menyelesaiakan program magister, dengan hasil cumlaude, kami merayakan keberhasilanku. Istriku ? ia tertinggal di belakang, sibuk dengan urusan rumah tangga, bukan aku ingin lepas landas sendiri, tapi ia tidak mempunyai keinginan untuk melanjutkan studinya.
Apa yang terjadi dengan si kufu? Di tengah persiapanku memasuki program doktoral, mitos kufu ternyata hanya sebuah syarat yang relatif di setiap rumah tangga. Dalam kehidupan rumah tangga yang kami selami selama lebih dari sepuluh tahun, ia tidak mempunyai tempat sama sekali. Hal ini bukan berarti rumah tangga kami adem-ayem, konflik sebagai bumbu dalam rumah tangga terkadang juga muncul, namun dapat diselesaikan dengan pengertian bersama. Benar, pengertian telah membunuh si kufu sehingga dia tidak bisa berkutik sama sekali, perbedaan pendidikan, umur dan strata sosial semua itu hilang bersama dengan segudang pengertian.
Saling mengerti dan memahami itulah kunci rumah tangga hakiki, ia laksana jembatan yang menghubungkan antara timur dan barat, atau laksana Terusan Suez yang menghubungkan antara Laut Tengah dengan laut Merah. Karena itu, mulailah hari ini dengan saling memahami dan mengerti kelebihan dan kekurangan pasangan kita. Apalagi katanya wanita ingin dimengerti. Wallahualam bishawab.          

Qana'ah Dalam Ibadah


Oleh : Abu Aisyah


Qana'ah secara bahasa berarti merasa cukup dengan yang ada, dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah nrimo artinya sama yaitu menerima keadaan yang tengah terjadi. Qana'ah pada beberapa hal memiliki nilai positif terutama jika dikaitkan dengan masalah keduniaan. Dalam arti kita banyak dianjurkan untuk bersifat qana'ah kepada dunia ini, yaitu merasa cukup dengan keadaan dunia yang kita hadapi. Bagaimana jika qana'ah ini juga terjadi pada masalah ibadah? Apakah qana'ah dalam ibadah juga dianjurkan?
Qana'ah dalam ibadah berarti merasa cukup dengan ibadah yang selama ini dilakukan. Seorang laki-laki yang merasa cukup untuk shalat wajib di rumahnya, atau jika ia berjama'ah di masjid cukup dengan berada di shaf yang paling belakang. Demikian juga seorang perempuan yang merasa sudah nyaman dengan kerudung yang melilit lehernya. Semua itu adalah contoh qana'ah dalam ibadah. Merasa diri cukup dengan ibadah-ibadah yang telah dilakukannya.
Qana'ah dalam masalah harta dan keduniaan lainnya adalah mulia, hal ini karena jangan sampai ia tertawan dengan kehidupan dunia. Merasa cukup dengan apa yang telah diberikan oleh Allah ta'ala baik berupa rizqi, keturunan atau hal keduniaan lainnya. Sedangkan qana'ah dalam ibadah adalah tercela, karena menunjukan seseorang kurang memiliki motivasi untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah ta'ala. Sifat ini bukan saja menunjukan kadar keimanan seseorang yang standard, tapi juga ukuran keimanannya yang terus berkurang. Kenapa demikian? Karena dalam masalah ibadah kita diperintahkan untuk terus meningkatkan keimanan kita tentunya saratnya adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita. Bagaimana mungkin kita akan bersifat qana'ah dalam ibadah sementara kita tidak tahu apakah ibadah yang selama ini kita lakukan diterima oleh Allah ta'ala. Tidak ada yang menjamin ibadah kita diterima, kalau demikian kenapa kita merasa puas dengan ibadah kita?
Sifat qana'ah sejatinya hanya berkenaan dengan masalah keduniaan yang menyangkut rizqi, keturunan dan hal-hal keduniaan lainnya. Sementara qana'ah dalam ibadah adalah hal yang tercela karena menunjukan tingkat keimanan seseorang yang stagnan. Hal inilah yang banyak disebutkan oleh para cendekiawan bahwa “Qanaah dalam keduniaan adalah Mulia sementara qana'ah dalam masalah ibadah adalah tercela”. Wallahu A'lam.        

Mengembangkan Ide Tulisan


Oleh : Abu Aisyah

Beberapa persoalan bagi para penulis pemula dalam mengembangkan tulisannya adalah berkenaan dengan bahan tulisan atau cara mengembangkan sebuah tulisan. Minimnya perbendaharaan kata, ide yang sudah mentok dan pokok tulisan yang sudah dituliskan adalah beberapa kendala seorang penulis tidak lagi bisa mengembangkan idenya. Beberapa teman mengalami apa yang disebut dengan Blocking mental yaitu perasaan tidak bisa menulis atau perasaan bahwa tulisan yang dihasilkannya terlalu buruk untuk dibaca orang lain.
Semua itu adalah kendala yang menjadikan kita tidak bisa melanjutkan sebuah tulisan. Lantas, bagaimana cara mengembangkan sebuah ide dalam tulisan? Dalam pembahasan kita mengenai kerangka tulisan sudah disebutkan bagaimana tema yang kita tuliskan dapat dikembangkan. Fungsi kerangka ini sangat membantu para penulis dalam mengembangkan ide tulisannya. Bagaimana jika tulisan itu hanya sebuah artikel pendek? Tetap saja kerangka ini diperlukan, walaupun tidak mesti tertulis.
Pada tulisan artikel atau tulisan pendek lainnya, cara mengembangkan tulisan dapat dilakukan dengan membagi tiga bagian pokom tulisan.
Pertama, Pendahuluan : bagian ini memuat tulisan dan ide kita yang akan mengantarkan pembaca untuk masuk ke dalam inti pembahasan. Pendahuluan bisa berupa fenomena terkini, anekdot, pepatah, kata mutiara, Al-Qur'an, Hadits atau perkataan pra cendekiawan. Intinya dalam pendahuluan ini kita menggiring pembaca untuk dapat memahami apa isi pokok dari tulisan kita. Karena sifatnya hanya mengantarkan maka isi dari tulisan kita jangan dulu dibahas di sini.
Kedua, Isi Tulisan : bagian inilah yang menjadi inti dari tulisan kita. Pada artikel pendek bagian ini menjadi pembahasan utama yang harus kita perhatikan. Pembahasan dalam bagian in tentu disesuaikan dengan metode analisa (cara membedah kasus) yang kita gunakan, misalnya kita akan membahas tentang fenomena nikah sirri maka pembahasan kita adalah mengenai nikah sirri yang diambil dari Al-Qur'an dan hadits beserta pendapat para shabat Nabi. Model pembahasan disesuaikan dengan siapa yang akan membaca tulisan kita (Lihat Pembahasan tentang “Segmentasi Pembaca”).  Metode pembahasan juga disesuaikan pilihan tema yang kita tuliskan.
Ketiga, Penutup : bagian ini adalah kesimpulan dari pembahasan pada bagian sebelumnya. Beberapa alternatif kesimpulan dapat digunakan sesuai dengan ide penulis masing-masing. Kesimpulan dapat berupa kepastian sebuah hukum misalnya...... “Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa hukum poligami adalah....... “  atau bisa juga kesimpulan adalah upaya penulis untuk merangsang pembaca agar lebih kritis dalam menghadapi sebuah kasus. Kesimpulan seperti ini biasanya diserahkan sepenuhnya kepada pembaca. Misalnya  “dari pembahasan ini dapat kita ketahui baha poligami adalah sunnah Nabi,  karena sifatnya yang sunnah (ditinggalkan tidak apa-apa dilaksanakan dapat pahala) maka silahkan saja anda mau memilih yang mana, mau dapat pahala? Atau tidak dapat apa-apa?”
Mudah bukan? Sekarang silahkan menulis dan kembangkan ide anda dan tuliskan dalam sebuah tulisan, mudah-mudahan tulisan anda dapat bermanfaat untuk pembaca........  

Menentukan Judul Tulisan


Oleh : Abu Aisyah

Menentukan judul tulisan memang gampang-gampang susah. Padahal judul adalah mahkota dari sebuah tulisan. Pemilihan judul yang salah akan mengakibatkan tulisan sebagus apapun tidak akan dibaca oleh orang.  Sebaliknya walapun tulisan itu tidak bagus tapi judulnya mengundang rasa penasaran maka pembaca akan segera membaca tulisan tersebut. Judul menjadi salah satu kunci bagi pembaca untuk me,ihat lebih jauh apa yang ada di dalam sebuah tulisan.
Judul sebuah tulisan, baik itu untuk buku ataupun artikel hendaknya memperhatikan hal-hal yang mendukung agar judul tersebut benar-benar mewakili isi dari tulisan. Sebuah judul yang bagus tidak harus bersifat bombastis, judul yang sederhana juga menjadi ciri khas tersendiri dari sebuah tulisan.
Pemilihan judul juga ditentukan oleh segmen pembaca, siapa yang akan membaca tulisan kita. Tidak mungkin tulisan untuk anak-anak menggunakan judul yang rumit dan menggunakan kata-kata ilmiah. Demikian juga pemilihan judul untuk anak-anak remaja tentu akan berbeda dengan untuk orang dewasa. Jadi bagaimana sebenarnya menentukan suatu judul tulisan? Sederhana saja, sebuah judul yang baik haruslah memenuhi beberapa kriteria berikut ini :
1.Judul tulisan benar-benar mewakili isi dari tulisan tersebut. Ini adalah sesuatu yang harus ada pada setiap judul. Ketika kita sedang menulis tentang masalah aliran-aliran sesat maka judul yang dipilih haruslah mencerminkan aliran-aliran sesat tersebut.
2.Memiliki keunikan. Ini sangat penting terutama untuk menarik rasa penasaran pada pembaca, khususnya pada tulisan yang hanya dibaca sekilas saja semisal artikel. Keunikan sendiri berarti sebuah ide yang jarang atau belum pernah dibuat oleh orang lain.
3.Memiliki Kekhasan. Judul seperti ini biasanya berlaku pada artikel atau tulisan pendek yang dibuat oleh seseorang. Sebenarnya kekhasan ini akan secara otomatis ada pada setiap tulisan yang dibuat oleh satu orang. Tulisan saya sendiri ketika dibaca oleh banyak orang akan dapat diketahui bahwa itu adalah tulisan saya.

Ketiga kriteria di atas hanya sebagai pedoman saja, dalam prakteknya semuanya diserahkan kepada penulis masing-masing. Hanya saja jangan sampai pembaca kecewa ketika membaca sebuah judul yang menarik namun ketika dalamnya dibaca ternyata biasa saja.
Pemilihan judul yang bombastis atau kontroversi juga bisa dijadikan pertimbangan. Misalnya buku-buku yang mengangkat tentang hal-hal di luar mainstream (kebiasaan masyarakat), sebagai contoh buku-buku Agus Mushtofa yang dari judulnya mengundang kontroversi, seperti judul “Ternyata Akhirat Tidak kekal”, “Ternyata Adam dilahirkan” dan yang lainnya. Judul-judul seperti ini biasanya mengundang rasa penasaran pembaca untuk melihat apa isi dari buku tersebut.
Tidak semua pembaca menyukai judul-judul yang kontroversi, pada kalangan konservatif mereka akan cenderung melihat sebuah buku atau tulisan dengan judul yang spesifik dan menukik. Misalnya judul “Pedoman Shalat Lengkap” jelas ini adalah judul sederhan yang semua orang pasti memahami apa yang ada di dalamnya.
Pemilihan judul sebuah tulisan diserahkan sepenuhnya kepada penulis untuk menentukannya. Hanya saja penulis juga harus jeli ketika memilihnya. Judul yang bagus akan menentukan apakah seseorang akan membaca tulisan atau buku tersebut atau hanya melihat sekilas saja.    

Minggu, 27 Februari 2011

Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah



Oleh Wanty Handayani Sutrisno

Ketika berada di dalam angkutan kota (angkot), sering kita jumpai pengemis dan pengamen yang bisa jadi menimbulkan rasa iba bagi yang melihat.  Mereka masih balita, tapi  terkadang ada juga wanita dewasa, menggendong seorang anak dengan wajah memelas. Padahal entah anak siapa yang mereka bawa. Hanya bermodalkan amplop kosong yang kumal dan botol bekas minuman yang mereka isi dengan pasir atau beras, mereka menyayikan lagu yang tidak jelas syairnya. Kadang mendengarnya pun malas, tapi kadang iba juga melihatnya. Fenomena ini sering kita jumpai, bahkan hampir setiap hari, bukan hanya di kota Jakarta yang semakin dirasakan semakin sulit saja untuk bernafas, namun fenomena ini sudah merambah ke kota-kota lain.

Tidak hanya pengemis, pengamen yang nota bene berbadan tegap nan gagah pun tidak mau kalah dengan metode ini. Mereka menjadikan profesi ini sebagai mata pencaharian. Ada yang terpaksa melakukannya karena desakan ekonomi. Namun ada juga yang menjadikan profesi ini sebagai hiburan untuk menyalurkan bakat… katanya, dari pada menyanyi di rumah ngga ada yang dengerin, siapa tau ada produser lewat dan mendengar suaranya lalu mengajaknya untuk rekaman.

Sabtu, 26 Februari 2011

ADP


Oleh : Abu Aisyah

Siapa menanam dia memanen, kata bijak ini memberikan sebuah pemahaman kepada kita bahwa siapa saja yang berbuat baik niscaya ia akan mendapatkan balasan dari perbuatan baiknya tersebut. Sebaliknya seseorang yang melakukan keburukan ia akan mendapatkan pula balasan berupa keburukan, entah balasan itu di dunia ataupun di akhirat. Semua tergantung ADP (Amal dan Perbuatan) yang kita lakukan.
Di dalam Al-Qur'an disebutkan :
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). QS Asy-Syura : 30.
Tergantung ADP berarti setiap apa yang kita lakukan akan kita pertanggungjawabkan, atau dalam makna yang lebih spesisfik bahwa setiap amalan yang kita lakukan akan dibalas sesuai dengan ADP kita.
Sebagai contoh seseorang yang hidupnya gelisah, tidak tenang dan selalu dirundung kesusahan adalah proses balasan dari ADP-nya di masa lalu. Walaupun ia memiliki rumah yang bagus, kendaraan yang bagus dan  kekayaan lainnya yang melimpah, namun tetap saja hidupnya tidak tenang. Berbeda dengan seseorang yang keadaan ekonominya sederhana, namun hidupnya penuh kebahagiaan dan ketenangan.
Bila kita merenung sejenak kita dapati bahwa semua “musibah” yang menimpa kita sebenarnya adalah hasil dari ADP yang kita lakukan. Bila kita berpikir positif tentang hal itu maka bisa jadi kita dapat menyikapinya dengan bijak. Apalagi jika yang menimpa kita adalah kebaikan-kebaikan yang melimpah, kita akan yakin sekali bahwa semua itu adalah atas kehendak Allah ta'ala dikarenakan ADP yang selalu berada di jalanNya.
Dari pengalaman beberapa teman yang berangkat Haji ternyata ADP sangat tampak ketika sedang berada di tanah suci. Setiap ADP yang kita lakukan di sana akan dibalas secara “cash” oleh Allah ta'ala. Sehingga kita sering mendengar bagaimana seseorang yang berangkat haji memiliki pengalaman-pengalaman spiritual yang biasanya berkaitan erat dengan ADP-nya.
Sebenarnya tidak hanya pada saat haji, setiap siklus kehidupan kita adalah proses yang tidak lepas dari ADP yang telah kita lakukan. Ketika seseorang selalu istiqamah  menjalankan syariahNya, berupaya secara optimal menegakan kebenaran dan menghiasi hati dengan amal-amal Ilahi niscaya ia akan mendapatkan balasan sesuai yang dia lakukan.
Maka setiap ADP yang kita lakukan seharusnya kita fikirkan sebelumnya, apakah ia akan mendatangkan pahala atau sebaliknya mengundang murakaNya. Pikirkan sebelum melakukan...... Niscaya kita menang.    





Kamis, 24 Februari 2011

Bila harus memilih…..


Oleh : Abdurrahman MBP

Kehidupan selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, bisa jadi dua pilihan itu sesuatu yang saling berlawanan misalnya antara halal dan haram. Jika kita dihadapkan pada hal seperti ini maka dengan mudah kita akan memilih yang halal, demikian pula ketika dihadapkan pada dua permasalahan antara yang penting dan tidak penting, tentu kita akan memilih yang terpenting.
Permasalahannya adalah ketika dihadapkan kepada dua hal yang sama-sama penting dan sama-sama halal, di sinilah kita harus pandai-pandai dalam memilihnya. Skala prioritas adalah kunci dalam menghadapi masalah seperti ini. Maksudnya kita harus bisa mengurutkan pilihan-pilihan tersebut secara tepat. Misalnya ada dua pilihan apakah harus berangkat haji atau membeli mobil baru? Maka ketika kita dapat mengurutkan dengan menguraikan keuntungan dan kekurangan setiap tindakan tersebut maka berarti kita akan mampu memilih mana yang terbaik untuk kita.
Memilih skala prioritas berarti merinci setiap pilihan yang ada. Bagaimana cara merincinya? Kemaslahatan dan kemanfaat utama terutama dalam masalah agama haruslah menjadi prioritas utama. Ketika ia menyangkut masalah agama dan keyakinan maka tidak ada kompromi padanya , namu lagi-lagi ilmu tentangnya juga harus ada. Misalnya kita dihadapkan pada dua model ibadah yang sama-sama wajib atau sama-sama sunnah. Manakah yang harus dipilih?
Ketika kita sedang shalat sunnah tiba-tiba ibu kita memanggil, maka sesuai dengan sunnah Nabi panggilan ibu haruslah diutamakan karena hak ibu adalah wajib dipenuhi, sementara shalat sunnah dapat ditunda. Kenapa demikian? Kuncinya adalah ilmu dan pengetahuan tentang agama kita. Demikian pula ketika akan pergi berjihad namun ibu kita melarang maka hendaklah kita mentaati beliau.
Pada masa nabi sendiri seorang laki-aki dihadapkan pada dua pilihan, ia akan pergi berjihad sementara istrinya yang akan berhaji tidak memiliki mahram, maka Rasulullah memerintahkan untuk menemani istrinya berhaji dan menunda jihadnya.
Apa yang bisa kita petik dari ini semua? Skala prioritas dengan pertimbangan pemahaman agama adalah kunci utama dalam memutuskan sebuah pilihan. Ini standar utama sebelum kita menggunakan pertimbangan lainnya. Wallahu a'lam.   Bila harus memilih…..
Oleh : Abdurrahman MBP

Kehidupan selalu dihadapkan kepada pilihan-pilihan, bisa jadi dua pilihan itu sesuatu yang saling berlawanan misalnya antara halal dan haram. Jika kita dihadapkan pada hal seperti ini maka dengan mudah kita akan memilih yang halal, demikian pula ketika dihadapkan pada dua permasalahan antara yang penting dan tidak penting, tentu kita akan memilih yang terpenting.
Permasalahannya adalah ketika dihadapkan kepada dua hal yang sama-sama penting dan sama-sama halal, di sinilah kita harus pandai-pandai dalam memilihnya. Skala prioritas adalah kunci dalam menghadapi masalah seperti ini. Maksudnya kita harus bisa mengurutkan pilihan-pilihan tersebut secara tepat. Misalnya ada dua pilihan apakah harus berangkat haji atau membeli mobil baru? Maka ketika kita dapat mengurutkan dengan menguraikan keuntungan dan kekurangan setiap tindakan tersebut maka berarti kita akan mampu memilih mana yang terbaik untuk kita.
Memilih skala prioritas berarti merinci setiap pilihan yang ada. Bagaimana cara merincinya? Kemaslahatan dan kemanfaat utama terutama dalam masalah agama haruslah menjadi prioritas utama. Ketika ia menyangkut masalah agama dan keyakinan maka tidak ada kompromi padanya , namu lagi-lagi ilmu tentangnya juga harus ada. Misalnya kita dihadapkan pada dua model ibadah yang sama-sama wajib atau sama-sama sunnah. Manakah yang harus dipilih?
Ketika kita sedang shalat sunnah tiba-tiba ibu kita memanggil, maka sesuai dengan sunnah Nabi panggilan ibu haruslah diutamakan karena hak ibu adalah wajib dipenuhi, sementara shalat sunnah dapat ditunda. Kenapa demikian? Kuncinya adalah ilmu dan pengetahuan tentang agama kita. Demikian pula ketika akan pergi berjihad namun ibu kita melarang maka hendaklah kita mentaati beliau.
Pada masa nabi sendiri seorang laki-aki dihadapkan pada dua pilihan, ia akan pergi berjihad sementara istrinya yang akan berhaji tidak memiliki mahram, maka Rasulullah memerintahkan untuk menemani istrinya berhaji dan menunda jihadnya.
Apa yang bisa kita petik dari ini semua? Skala prioritas dengan pertimbangan pemahaman agama adalah kunci utama dalam memutuskan sebuah pilihan. Ini standar utama sebelum kita menggunakan pertimbangan lainnya. Wallahu a'lam.   

Realistis Saja......


Oleh : Bambang Sahaja
 


Pada sebuah kesempatan, sebut saja Hasan ditanya oleh seorang temannnya “Hasan, kamu mau berangkat haji?” hasa yang hanya pegawai biasa dengan penghasilan pas-pasan hanya berucap “kalau Niat sih ada, tapi realistis aja lah.... buat makan aja susah” katanya jujur.
Lain lagi dengan Ahmad, ia  dibesarkan di keluarga yang kurang mampu, sehingga ketika ditanya “Kamu mau jadi orang kaya?” dia hanya menjawab “Saya mah orangnya realistis aja, nggak macam-macam, nikmati saja hidup ini”.
Realistis aja.... itulahh inti dari dari jawaban Hasan dan Ahmad. Mereka adalah orang-orang yang selalu berpikir logis dan tidak neko-neko (banyak angan-angan). Berpikir logi sendiri memandang bahwa semua yang ada di dunia adalah apa yang dapat dicerna oleh panca indra. Sehingga ketika ditanya mau berangkat haji atau tidak, dia akan menjawab “Realistis saja lah..... buat kebutuhan sehari-hari saja kurang” atau ajwaban Ahmad “Tidak usah banyak mengkhayal pengin jadi orang kaya, realistis saja....”
sepintas realistis adalah sifat orang “pintar” yang mengutamakan analisa pikiran atau logika, ia akan cenderung melihat sesuatu dengan panca indra dan apa yang dapat dicerna dengan otaknya. Memang ada yang salah dengan ini semua?
Sikap realistis telah mengabaikan dan menghilangkan sesuatu keadaan atas kendali Ar-Rahman. Tidak semua yang kita hadapi dapat dicerna oleh panca indra. Seseorang yang sakit parah dan diivonis oleh dokter hanya berumur beberapa hari saja, ternyata dengan izin Allah ta'ala ia dapat sembuh dan hidup dalam jangka waktu yang lama. Demikian juga seseorang yang mengalami tabrakan, secara logika dia akan meninggal, namun dengan kehendak Allah ta'ala ia tidak mengalami luka sedikitpun ketika tabrakan itu menimpanya.
Demikian pula seseorang yang secara logika tidak mungkin bisa berangkat haji seseorang yang tidak memiliki uang sepeserpun. Namun lagi-lagi kuasaNya telah mengantarkannya ke Makkah yang Mulia.
Semua itu adalah peristiwa yang tidak bisa dicerna oleh panca indra, tidak masuk logika dan tidak realistis lah ya..... semua itu terjadi dengan kehendakNya. Peristiwa-peristiwa itu juga sering kali terjadi di sekitar kita, bahkan saya sendiri telah mengalaminya. Apakah anda juga telah merasakannya juga?
Selama ini kita terlalu bangga dengan logika, sehingga sering kali kita menafikan apa yang disebut dengan “KuasaNya”. Pola pemikiran seperti ini sangat bahaya karena perlahan namun pasti telah mengikis nilai keimanan kita. Apa maksudnya? Seseorang yang mengandalkan logika bisa jadi cenderung melihat segala sesuatu yang nampak saja, padahal seperti kita ketahui bahwa kehidupan ini terdiri dari dua dimensi, dimensi nyata dan ghaib. Keimanan sebagai salah satu dimensi kehidupan haruslah kita yakini dan amalkan. Seseorang yang cenderung terpaku kepada logika akan melihat seala sesuatu dengan “ketajaman” logikanya. Padahal apa sih... kekuatan logika? Apalagi jika dihadapkan pada kuasaNya. Tak ada setetes airpun dibandingkan samudera ilmuNya. Jika demikian kenapa kita masih bangga dengan logika, dan kita lupa dengan kuasaNya.
Logika hanya digunakan untuk masalah dunia, tidak terkait dengan agama. Jika ia masuk ke dalam ranah agama bisa jadi agama ini akan rusak dan tidak lagi bermakna. Maksudnya adalah bahwa logika yang diciptakanNya memiliki keterbatasan jika sudah sampai kepada ranah agama apalagi masalah keimanan maka tidak ada baginya tempat.
Kembali ke pembahsan bahwa makna “Realistis Saja.... “ cenderung ke arah peniadaan KuasaNya sehingga menyandarkan segala sesuatu yang hanya bisa dicerna dengan panca indra. Sementara sesuatu yang sering kali kita lupa..... Allah Maha Kuasa sering kita lupakan. Karena itu janganlah kita terlalu bangga dengan logika, sehingga seolah-olah semua yang ada di dunia harus dapat dicerna olehnya, padahala semua yang ada di dunia adalah atas kehendakNya. Wallahu a’lam.  

Divided At Empire


Oleh : Abu Aisyah

Belum lama ini saya ngobrol dengan seorang teman, ia adalah seorang yang memiliki pemahaman agama yang lumayan. Apalagi sejak di kantornya diadakan pengajian intensif setiap hari senin hingga kamis. Pemahaman agamanya semakin meningkat manakala ruang diskusi dibuka ia baru menyadari bahwa amalan-amalan yang selama ini dilakukan ternyata menyelisihi pentunjuk Nabi. Kini ia semakin semangat beribadah yang sesuai dengan sunnah. Hampir setiap buku baru yang dibawa oleh para pemateri pada kajian selepas dhuhur itu dibelinya. Ia juga mendatangkan ustadz di rumahnya untuk mengajarkan bahasa Arab.
Namun semua itu berubah ketika ia browsing di internet dan menemukan sebuah milis (mailing list) yang berisi diskusi tentang Islam. Terutama tentang kelompok-kelompok yang ada saat ini. Ia bingung, heran dan cari info ke sana ke mari untuk mengetahui topik yang diperdebatkan di milis tersebut. Pada beberapa kesempatan ia juga memberikan komentarnya.
Hati manusia siapa tahu, ia termakan subhat dalam diskusi atau tepatnya debat dalam milis tersebut. Akibatnya ia menjadi antipati dengan salah satu kelompok Islam, dan membenci simbol-simbol yang ada pada mereka. Dalam beberapa kesempatan ia menyebutkan berbagai alasan kenapa ia tidak mau lagi mengikuti kajian selepas dhuhur “Sekarang kalau ada ustadz fulan yang ngisi saya gak mau ikut” begitu katanya. Ternyata dari keterangan yang dia sebutkan kelompok yang dia maksud terlalu mengedepankan hal-hal yang sifatnya ikhtilaf (beda pendapat).
Namun kalau saya lihat sebenarnya bukan itu penyebab utama. Justru akar dari semua itu adalah pemahaman yang kurang memadai dalam menghukumi suatu kelompok dalam Islam. Akibatnya dengan mudah ia mengatakan bahwa kelompok ini sesat dan serng menghina nabi. Dari dialog yang saya lakukan dengannya dapat diambil kesimpulan bahwa semua komentar dan pendapat tentang kelompok yang ia anggap sesat tidak benar. Beberapa pendapat hanya bersifat umum dan tidak merinci kenapa ulama ini berfatwa demikian.
Terlepas dari kelompok itu bahwa ternyata saat ini umat Islam benar-benar dihadapkan pada berbagai  bentuk adu domba yang dirancang oleh musuh-musuh Islam. Sengaja setiap kelompok dihadapkan dengan kelompok lainnya. Menggali berbagai kekurangannya dan membeberkan kepada umat Islam yang kurang paham terhadap permasalahan ikhtilaf (perbedaan). Ini adalah agenda musuh-musuh Islam dalam menghancurkan Islam dari dalam. Hal ini diperparah dengan sikap umat Islam yang kian taklid dan bangga dengan kelompoknya, maka sempurnalah upaya menghancurkan Islam ini.
Jika pada masa penjajahan kita mengenal divided at empire atau politik belah bambu, maka saat ini strategi seperti ini kembali dilaksanakan. Umat Islam adalah obyek utama strategi ini, apakah kita akan diam saja? Atau hanya mengikuti apa yang akan terjadi tanpa sedikitpun berkontribusi untuk Islam ini?
Sudah saatnya bagi seluruh umat Islam untuk tidak mudah terpengaruh oleh propaganda musuh-musuh Islam dalam bentuk adu domba dengan sesama umat Islam. Pelajari kembali Islam, hal-hal mana yang dibolehkan ada perbedaan dan bagian mana yang tidak ada kompromi tentangnya. Dengan upaya ini diharapkan kisah seperti teman saya tersebut dapat dihindari, menganggap suatu kelompok lain sesat padahal dia sendiri berada di depan pintu kesesatan. Wallahu A'lam.    

Selasa, 22 Februari 2011

Konsep Rumah Tangga Ala Nabi

Rumah tangga sebagai  sarana bagi setiap individu yang ada didalamnya  untuk mencapai tujuan hidup sebagai hamba-Nya memiliki peranan yang sangat urgen, sehingga Rosul sendiri mempraktekannya, ini tentu sangat berbeda sekali dengan agama-agama lain dimana kebanyakan pemimpin atau pemuka-pemuka mereka tidak menikah, Rosul pernah bersabda :
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِي فَمَنْ لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِي
“ Nikah itu adalah sunnahku, barang siapa yang tidak mengamalkannya  maka dia bukan termasuk golonganku “ HR  Ibnu Majah No 1836.
Hidup berumah tangga adalah sebagai penyempurna bagi agama seseorang, dan salah satu dari  tujuan membina rumah tangga ini adalah seperti yang disebutkan oleh Rosululloh dalam hadistnya :
مَنْ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ
“ Barang siapa telah mampu untuk “ ba’ah “ maka hendaklah dia menikah karena hal itu lebih menjaga pandangan dan dan mensucikan farj (kemaluan  “ HR Bukhori no : 1772, kata ba’ah pada hadist di atas adalah mampu untuk berjima’ dan mampu untuk memberi nafkah keluarga, ini adalah salah satu konsep dan tujuan dari keluarga yaitu menjaga kehormatan dan kesucian anggotanya.
Untuk membina sebuah keluarga yang harmonis Rosululloh sangat memperhatikan “bahan-bahan“ yang menjadi dasarnya, sebagaiman sabda beliau  :
إِنَّ الْمَرْأَةَ تُنْكَحُ عَلَى دِينِهَا وَمَالِهَا وَجَمَالِهَا فَعَلَيْكَ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“ Sesungguhnya wanita itu dinikahi karena agamanya, hartanya, kecantikannya, dan cukuplah bagimu agamanya niscaya keberkahan ada ditanganmu “ HR Bukhory dan Muslim
Kemudian beliau menyebutkan  bahan dasar yang kedua dalam sabdanya :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ إِلَّا تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ
“ Apabila datang kepadamu ( untuk melamar ) seorang laki-laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaknya maka nikahkanlah,  jika tidak maka akan terjadi fitnah  dan kerusakan di muka bumi “ HR Thirmidzi no 1005, dua “ bahan dasar “ inilah yang dijadikan oleh beliau sebagai awal dari terciptanya sebuah keluarga idaman, dari keduanya akan terjalin sebuah ikatan yang kokoh yaitu Al-Hubbu fillah yaitu ikatan yang didasari atas kecintaan karena Alloh ta’ala, inilah konsep yang menjadi inti dari rumah tangga yang dibina oleh Rosul, yaitu kecintaan karena Alloh yang akan menyatukan dua insan yang berbeda dan membawanya mengarungi samudera rumah tangga.

Jangan Mengganggu Kaum Muslimin....


Oleh : Abdurrahman Misno Bambang Prawiro



Fitnah dan cobaan yang menimpa kaum muslimin adalah salah satu dari nikmat Allah ta'ala yang harus senantiasa di syukuri. Ia adalah salah satu sebab diangkatnya dosa-dosa dan kesalahan kaum muslimin baik yang sengaja ataupun tidak disengaja dilakukan. Di sisi lain, seharusnya orang-orang yang dengan sengaja mengadu domba dan menyakiiti kaum muslimin menyadiri bahwa kaum muslimin adalah suatu kaum yang hanya mengharapkan kehidupan akhirat dan berusaha untuk beribadah kepada Allah ta'ala. Sehingga bagaimanapun keadaan yang menimpa mereka maka hal itu adalah baik menurut keyakinannya.
Orang-orang yang menyakiti kaum muslimin, baik dalam bentuk fitnah, adu domba ataupun dengan sengaja membuat makar seharusnya memperhatikan firman Allah ta'ala berikut ini :  
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَانًا وَإِثْمًا مُبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. QS Al-Ahzab : 58.
dalam ayat ini disebutkan bahwa siapa saja baik itu orang Islam ataupun orang di luar Islam yang menyakiti kaum muslimin dalam berbagai bentuknya, tanpa adanya sebab pemicu yang dilakukan oleh mereka (kaum muslimin) maka sungguh ia telah menanggung dosa yang nyata yaitu dalam bentuk kebohongan terhadap kaum muslimin.
Fitnah yang merebak berkenaan dengan citra kaum muslimin yang selalu dianggap sebagai orang-orang ekstrimis, fundamentalis, teroris dan berbagai bentuk penamaan negatif lainnya adalah salah satu bentuk dari kebohongan tersebut. Bagaimana tidak? Islam yang penuh dengan kedamaian ini selalu digambarkan dengan kelompok yang primitif dan haus darah. Padahal bila kita mempelajari Islam kita akan menemukan bagaimana Islam menjunjung tinggi kemanusiaan, menghormati agama lain, toleransi dalam batasan syar'i dan tidak pernah memaksakan agama kepada orang lain yang sudah beragama. Aturan-aturan (syariah) yang ada dalam Islam adalah sebagai kebaikan (kemaslahatan) bagi umat manusia.
Sebenarnya ketika seseorang menyakiti kaum muslimin dengan fitnah dan celaan terhadap syiar-syiar keyakinan mereka sesungguhnya ia tengah mencela Allah dan rasulNya. Hal ini jelas sebuah dosa besar. Sebagaimana firmanNya :
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan menyediakan baginya siksa yang menghinakan. Al-Ahzaab: 57
Ancaman bagi orang-orang yang menyakiti Allah dan rasulNya dalam ayat ini sangat jelas, yaitu akan disiksa di akhirat kelak. Menyakiti Allah dan rasulNya berarti menghina, mencela dan merendahkan aturan-aturan yang telah ada dari keduanya. Baik yang terdapat di dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah.
Jika menyakiti kaum muslimin saja adalah bentuk kedustaan maka menyakiti Allah dan rasulNy adalah salah satu bentuk kekufuran. Menyakiti sendiri bisa dalam bentuk pelecehan, penghinaan, merendahkan dan menghina kaum muslimin, baik dalam hal keduniaan ataupun keagamaan. Intinya adalah kehormatan kaum muslimin dilanggar yang berarti juga melanggar kehormatan Allah dan rasulNya.
Kenapa hal ini diharamkan? Karena harta, darah dan kehormatan kaum kaum muslimin adalah seuatu yang haram untuk dilanggar, maka menyakiti mereka berarti melanggar kehormatan tersebut.
Sisi lain dari ayat ini juga bahwa kaum muslimin bukanlah kaum yang suka mencela, menghina dan menyakiti umat lainnya. Sebagai sebaik-baik umat, kaum muslimin adalah mereka yang selalu menjaga kehormatan umat manusia, selama mereka juga tidak melanggar kehormatan kaum muslimin. Wallahu a'lam.  

Gue Akan Terus Nulis, Loe Gimana?


Oleh : Ananda Muhammad

Masih inget dengan tulisan gue  “This is My Way”? Kalau belum mending buka lagi aja biar jelas. Inilah jalanku, jalan Islam dan tentu saja jalan menulis. Gue yakin banget kalo ini emang bener-bener jalan yang bisa nganterin gue ke surga. Masih muda mikirin surga? Emang kenapa? Surga bukan cuman punya orang tua,  kita juga bisa. Bener firend.... surga itu bukan cuman punya bapak-apak ato emak-emak yang bau tanah, kita juga kudu mikirin surga. (ngapain dipikirin?) ngapain? Jelas dong surga itu kudu dipikirin. Maksudnya bagaimana gue, loe dan semua pembaca blog ini bisa masuk surga. emang itu urusan nanti di sono sih, tapi kudu dari sekarang loe siapin.
Kalo loe punya hobby and kesukaan itu barangkali jalan loe, cuman ya kudu liat-liat dulu lah hobby dan kesukaan loe itu, cocok ga sama Islam? Jangan karena hobby and suka banget pada sesuatu loe ninggalin Islam. Dan..... hobby dan kesukaan gue adalah menulis, karena itu gue akan terus nulis, Loe gimana?
Friend..... loe punya masa depan, kalo masa depan loe gak disiapkan dan dimanage dari sekarang loe bakalan rugi. Soalnya keahlian itu gak datang tiba-tiba, ia memerlukan proses yang panjang, so... kalo ga sekarang kapan lagi......
Mungkin loe nanya, kenapa gue nulis? Ini adalah pilihan hati nurani (cie...... ) bener ko' gue yakin dengan menulis gue akan terus eksis, dalam arti ide-ide gue ada yang baca. Syukur-syukur kalo ada yang ngamalin. Gue nulis bukan untuk gaya'-gayaan apalagi pamer kemampuan. Sorry aja Jack, gue cuman pengin agar kebaikan itu bisa tersebar ke semua orang (mulia banget khan?). Apalagi jaman sekarang, udah mau jadi orang baek susah ditambah maksiat di depan mata, siapa yang gak kegoda?
Kalo gue suka nulis, loe juga kudu punya keahlian dan hobby yang bikin loe eksis. Yang penting gak ngelanggar syar'i and ada manfaatnya buat diri loe dan orang lain. Itu aja ko', nggak susah khan?
Jangan karena loe suka musik trus nyetel kenceng-kenceng or latian band pakai suara luar. Ini bukan nyalurin hobby loe, tapi ngeganggu tetangga yang pada istirahat. Coba deh loe cari hobby and kegiatan yang ada manfaatnya. Gue yakin loe bisa.
Kalo loe suka nulis, gabung aja di majelis penulis. Gue juga seneng di sini, bisa nulis apa aja gak perlu salah EYD lah, yang penting syar'i gak mengandung pornografi dan pornoaksi and ada manfaatnya buat siapa aja, baik di dunia apagi di akhirat sana. Setuju gak? Setuju dong …....!!!
Pokoknya gue akan terus nulis, Loe gimana?      

Dahsyatnya Sholat Sunnah


Oleh : Abu Aisyah


Sebagai seorang muslim tentu kita meyakini bahwa shalat adalah sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan. Hal ini sebagaimana firmanNya :
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاَةَ فَاذْكُرُوا اللهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَّوْقُوتًا
Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. QS An-Nisaa : 103.
Dalam ayat yang lainnya disebutkan secara tegas tentang perintah shalat ini :  
وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَءَاتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ  
Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. QS An-Nur : 56
Perintah shalat dalam ayat-ayat tersebut adalah berkenaan dengan shalat fardhu.  Maka wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakan shalat fardhu tersebut. Dalam hadit-hadits nabi disebutkan bahwa Shalat adalah tiang agama. Ia menjadi salah satu dari rukun Islam. Mengenai hal ini Rasulullah bersabda : “Islam itu dibangun atas lima, Syahadat bahwa tidak ada Ilah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, Mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan menunaikan haji”. HR Bukhari dan Muslim.
Selain adanya shalat wajib kita juga diberikan opsi (pilihan) untuk meningkatkan kualitas shalat wajib kita. Bukan  sekadar peningkatan kualitas saja melainkan juga perbaikan dan penyempurna shalat wajib yang telah kita lakukan. Siapa yang menjamin shalat kita sempurna? Siapa yang menjamin shalat kita akan diterima? Tidak ada satu orangpun yang menjamin bahwa shalat seseorang akan diterima di sisiNya. Bagaimana jika ternyata shalat wajib kita tidak diterima? Ibarat sebuah kain yang bolong maka agar kain tersebut dapat terus dipakai maka tamballah kain tersebut. Demikian pula dengan shalat kita, jika ia bolong-bolong baik dari segi pelaksanaannya ataupun kurang kesempurnaannya maka tamballah ia dengan amalan shalat sunnah.
Kedudukan shalat sunnah sebagai sebuah penopang bagi shalat wajib disebutkan oleh nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam dalam haditsnya :
عَنْ رَبِيعَةَ بْنِ كَعْبٍ الْأَسْلَمِيِّ -رِضَى اَللَّهُ عَنْهُ- قَالَ : قَالَ لِي اَلنَّبِيُّ سَلْ . فَقُلْتُ : أَسْأَلُكَ مُرَافَقَتَكَ فِي اَلْجَنَّةِ . فَقَالَ : أَوَغَيْرَ ذَلِكَ ? , قُلْتُ : هُوَ ذَاكَ , قَالَ : " فَأَعِنِّي عَلَى نَفْسِكَ بِكَثْرَةِ اَلسُّجُودِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Rabiah Ibnu Malik al-Islamy Radliyallaahu 'anhu berkata : Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah bersabda padaku: "Mintalah (padaku)." Aku menjawab : Aku memohon dapat menyertai baginda di surga. Beliau bertanya: "Apakah ada yang lain?" Aku menjawab: Hanya itu saja. Beliau bersabda: "Tolonglah aku untuk mendoakan dirimu dengan banyak sujud." Diriwayatkan oleh Muslim.
Memperbanyak sujud dalam sabda beliau adalah memperbanyak shalat selain shalat fardhu. Ia berupa shalat sunnah rawatib yang dilaksanakan sebelum dan setelah shalat sunnah sebagaiamana yang beliau sebutkan dalam hadits lainnya. Siapa yang tidak mau bersama manusia termulia di surga?
Shalat sunnah rawatib adalah shalat sunnah yang mengiringi shalat wajib, pelaksanannya adalah sebelum dan setelah shalat fardhu. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa jumlahnya ada dua belas raka’at :
وَعَنْ أُمِّ حَبِيبَةَ أُمِّ اَلْمُؤْمِنِينَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : سَمِعْتَ اَلنَّبِيَّ يَقُولُ : مَنْ صَلَّى اِثْنَتَا عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي اَلْجَنَّةِ  .رَوَاهُ مُسْلِمٌ . وَفِي رِوَايَةٍ " تَطَوُّعًا"
Dari Ummu Habibah Ummul Mu'minin Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa melakukan sholat dua belas rakaat dalam sehari semalam niscaya dibangunkan sebuah rumah baginya di surga." Hadits riwayat Muslim. Dan dalam suatu riwayat: "Sholat sunat."
Alangkah besarnya pahala shalat sunnah, selain akan bersama Rasulullah di surga kita juga akan dibangunkan rumah di sana. Sungguh merugi orang yang menolak janji yang pasti ini. Pada beberapa shalat sunnah bahkan pahalanya setara dengan duniadan seisinya, seperti disebutkan dalam sabdanya :
وَعَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ : لَمْ يَكُنْ اَلنَّبِيُّ عَلَى شَيْءٍ مِنْ اَلنَّوَافِلِ أَشَدَّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَيْ اَلْفَجْرِ.  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
'Aisyah Radliyallaahu 'anhu berkata: Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tidak pernah memperhatikan sholat-sholat sunat melebihi perhatiannya terhadap dua rakaat fajar. Muttafaq Alaihi.
رَكْعَتَا اَلْفَجْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Dua rakaat fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. HR Muslim
Jika pahala itu akan terasa di akhirta kelak, maka pahala shalat sunnah juga dapat dirasakan di dunia ini dalam bentuk rahmat Allah ta’ala yang terus mengalir kepada kita. Hal ini disebutkan dalam sabdanya :
وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ   رَحِمَ اَللَّهُ اِمْرَأً صَلَّى أَرْبَعًا قَبْلَ اَلْعَصْرِ  رَوَاهُ أَحْمَدُ , وَأَبُو دَاوُدَ وَاَلتِّرْمِذِيُّ وَحَسَّنَهُ , وَابْنُ خُزَيْمَةَ وَصَحَّحَهُ
Dari Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "(Semoga) Allah memberi rahmat orang yang sholat empat rakaat sebelum Ashar." Riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi. Hadits hasan menurut Tirmidzi dan shahih menurut Ibnu Khuzaimah. Dalam riwayat yang lainnya ia akan diharamkan masuk ke dalam neraka dan terbebas dari siksa apinya.  
مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعٍ قَبْلَ اَلظُّهْرِ وَأَرْبَعٍ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اَللَّهُ عَلَى اَلنَّارِ  
Menurut riwayat Imam Lima darinya (Ummu Habibah r.a): "Barangsiapa memelihara empat rakaat sebelum Dhuhur dan empat rakaat setelahnya niscaya Allah mengharamkan api neraka darinya."
Setelah kita mengetahui besarnya pahala shalat sunnah maka bagaimana cara kita mengerjakannya? Sebagaimana disinggung pada hadits sebelumnya bahwa shalat sunnah rawatib teridir dari dua belas rakaat. Perinciannya disebutkan dalam hadits berikut ini :
وَعَنْ اِبْنِ عُمَرَ -رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا- قَالَ : حَفِظْتُ مِنْ اَلنَّبِيِّ عَشْرَ رَكَعَاتٍ : رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلظُّهْرِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا, وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْمَغْرِبِ فِي بَيْتِهِ , وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ اَلْعِشَاءِ فِي بَيْتِهِ , وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ اَلصُّبْحِ  مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ
Ibnu Umar Radliyallaahu 'anhu berkata: Aku menghapal dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam 10 rakaat yaitu: dua rakaat sebelum Dhuhur, dua rakaat setelahnya, dua rakaat setelah maghrib di rumahnya, dua rakaat setelah Isya' di rumahnya, dan dua rakaat sebelum Shubuh. Muttafaq Alaihi. Dalam suatu riwayat Bukhari-Muslim yang lain: Dan dua rakaat setelah Jum'at di rumahnya.
Adapun ketika dalam perjalanan, tidak pernah disebutkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adanya satu shalat rawatib kecuali dua rakaat fajar. Beliau tidak pernah meninggalkannya, baik ketika menetap maupun ketika dalam perjalanan. Adapun pelaksanaan shalat sunnah adalah di rumah, inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Shalala ‘Alaihi Wasalam : “Seutama-utama (pelaksanaan) shalat adalah di rumah kecuali shalat fardhu”
Terakhir mari kita kembali merenungi diri kita sendiri, berapa banyak ilmu yang telah kita ketahui namun belum kita amalknan. Padahal ilmu tanpa amalan seperti pohon tanpa buah. Maka ketika kita mengetahui keutamaan shalat sunnah yang begitu besar hendaknya kita dapat mengamalkannya. Untuk kembali mengingat keutamaan itu khatib ulang kembali ganjaran bagi mereka yang melaksanakan shalat shalat sunnah :
1.Bersama Rasulullah di dalam surga
2.Dibangunkan rumah di dalam surga
3.Didoakan oleh Rasulullah
4.Shalat Sunnah Fajar pahalanya lebih baik dari pada dunia dan seisinya
Adapun shalat sunnah rawatib tersebut adalah :
1.Dua raka’at sebelum shubuh
2.Dua atau empat rakaat sebelum dhuhur
3.Dua atau empat rakaat setelah dhuhur
4.Dua rakaat setelah shalat maghrib
5.Dua rakaat setelah ‘isya   

Cuman Nulis Yang Bikin Loe Eksis


Oleh : Ananda Muhammad

Eksis di Facebook, Twitter and jejaring sosial lainnya? Mau? Gampang aja loe kudu rajin nulis. Nulis apaan, gue seumur-umur susah banget nulis. Kalo ngomong gue pinter cuman kalo nulis nyerah deh..... Oke kalo loe gak suka nulis ya ga apa-apa. Cuman kaya'nya bayangan loe tentang nulis itu yang bikin loe gak bisa nulis. Nulis itu berat banget, nulis harus pake keahlian khusus, nulis harus orang yang berpendidikan and bayangan nulis yang susah-susah banget,
Padahal nulis itu nggak sesusah yang loe bayangin. Kaya' gue nulis tulisan ini aja, sante ga ' pakai EYD pokoknya semau gue deh. Yang penting loe yang baca paham apa yang gue tulis. (Loe paham gak?) kalo gak paham percuma dong gue nulis, tapi gak juga sih.... anggap aja buat latian nulis.
Emang bener ko' nulis iru enjoy, jangan dijadiin beban ga usah mikir EYD apalagi kudu sempurna banget. Udah ga jaman lagi nulis kudu baku (kecuali emang buat para guru), pokoknya tumpahin deh semua perasan loe di tulisan. Gue yakin loe bisa.
Kalo udah bisa nulis loe bakalan eksis di dunia maya, ngapain sih kudu eksis segala? Ya iyyalah jaman sekarang masak ga punya akun di fb, twitter ora JJS (jejaring sosial maksudnya) lainnya. Cuman ya.. itu keeksisan loe juga kudu yang positif, jangan menatang-mentang loe pengin eksis, nulis apa aja gak ada batasnya.... bahaya bro......
Kalo loe mo eksis coba deh.... nulis pengalaman loe, biasa waktu di sekolah, di kampus, di kampung  and any where loe berada. Ga usah malu apalagi ada hikmah dalam peristiwa yang loe alami. Lumayan tau buat tabungan loe di akhirat. Akhirat?...........Arrrrrggghhhhh. Jangan panik dulu, emang niat nulis loe juga kudu bener kalo mau eksis, makanya gue bilang tadi yang positif bukan negatif. Itu manfaatnya bakalan loe dapetin di dunia and di akhirat.
Pokokna mah.... (Sunda euy....) kalo loe mo nulis nulis aja..... ingat nulis sama dengan eksis. Ga cuman eksis di dunia maya nama loe juga akan terkenang sepanjang masa selama tulisan loe masih ada. Apalagi kalo tulisan loe emang jadi master piece.... loe bakalan masuk ke dalam buku sejarah yang akan dipelajari oleh anak cucu loe. Loe mau? Gue mau dong. Kalo mau, nulis dong.... jangan bengong kaya' sapi ompong ngeliat jerangkong di kolong sama sundel bolong... lagi pada nongkrong (udah ah... jadi serem sih....). Pokoke (kiye... Jawa) nulis is eksis...... (English.......)          

Senin, 21 Februari 2011

Mufidah Gadis Kecil Nan Sholihah


Oleh Ummu Reza

Umurnya belum genap 10 tahun,  dia baru duduk di kelas 3 SD. Pertama kali bertemu dengan Mufidah di sebuah kajian, kebetulan dia duduk di sebelahku di shaf paling depan.  Iseng aku bertanya, ‘Siapa namanya?”.  “Mufidah” Jawabnya. “o…Kelas berapa?” Aku bertanya lagi. “kelas 3. Saya datang sama Abi,  Umi ngga ikut, jagain adik. Adik saya ada 5”…Ah, Subhanalloh…Aku jadi teringat sabda Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam  yang berbunyi, “Nikahilah wanita yang banyak anak lagi penyayang, karena sesungguhnya aku berlomba-lomba dalam banyak umat dengan umat-umat yang lain di hari kiamat (dalam riwayat yang lain : dengan para nabi di hari kiamat)”.
[Hadits Shahih diriwayatkan oleh Abu Daud 1/320, Nasa'i 2/71, Ibnu Hibban no. 1229, Hakim 2/162 (lihat takhrijnya dalam Al-Insyirah hal.29 Adazbuz Zifaf hal 60) ; Baihaqi 781, Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah 3/61-62]

Motor Gue, Gimana Gue....


Oleh : Ananda Muhammad


Udah sering baca khan tulisan kaya' gini nempel di belakang motor? Kalo basa sundanya “Motor Aing, Kumaha Aing” basa Jawa Cilacapan “Motore Enyong, Kepriwe Enyong” . Emang sih... namanya motor sendiri terserah yang punya mau diapain juga terserah. Mau joknya dibalik atau diganti pakai kulit buaya, setangnya diputar ke belakang, bannya diganti pake ban traktor atau knalpotnya suaranya kaya' geledek siang bolong terserah. Nah..... yang terakhir ini nih.... yang lagi kita omongin. Motor gue gimana gue.... emang bener tapi gue juga punya kuping, so.... kuping gue gimana gue, jadi kalo kuping gue gak mau ngedengirin suara knalpot yang na'udzubillah kencengnya terus gue ngerusakin knalpot loe, khan kuping gue juga punya hak. Ya gak?
Cuman masalah “Motor Gue Gimana Gue”, (Gue singkat jadi “MG3” keren khan?) nggak cuman masalah loe-loe pade. Ini masalah serius yang menyangkut ideologi lho.... gak percaya?. MG3 adalah life style (tau khan?) plus ideologi para individualis yang gak mau banget idup bermarakasyat (bermasyarakat). Bayangin aja, mentang-mentang motor sendiri ngeganti knalpot dengan suara menggelegar, kalo di rumah sendiri yang dikunci or di peti mati yang terpatri sih gak peduli. Ini di jalan raya banyak manusia, kendaraan di mana-mana mengumbar suara tanpa rasa, jelas ini adalah sebuah pelanggaran kemanusiaan, termasuk para hewan juga akan terganggu, andai kucing bisa bicara, “Loe gak menghormati privasi (apaan nih....) kami”
Satu lagi masih ngomongin knalpot, yang sering banget menguji iman gue kalo pas lagi di jalan, yaitu knalpot yang sengaja dibuat nungke (bahasa Ende:nungging) ke atas and so pasti orang yang ada di belakang langsung kena semburan penuh racunnya. Wuih...... huok..... kesiksaan gak sih? Tidak usah dijawab karena sudah jelas berefek pada rasa su'udzan dan menguji keimanan. Sabar..... Ya  Ikhwan.
Kembali ke knalpot..... Ini jelas mengganggu kenyamanan umat manusia dan juga hewan-hewan di dunia. Karena itu harus dihentikan.... kalau tidak saya yang akan berhenti meneruskan tulisan ini. Tapi tulisan ini nggak cuman ngomongi itu doang, inti dari tulisan ini cuman mau ngomong kalo MG3 itu adalah gaya hidup yang jauh banget dari nilai-nilai Islam. Gue yakin Islam ngelarang yang kaya' githuan (apaan coba?) mengganggu orang di jalan dengan suara dan asap buangannya. Sangat berbahaya bagi dunia dan umat manusia seisinya, apalagi bagi manusia tanpa dosa (bayi maksudnya).
So.... MG3 ternyata bukan sekadar simbol ketidakpedulian seseorang pada lingkungan tapi lebih kepada ideologi yang tidak lagi menghormati sesama insani di dunia ini. And jelas sangat bertentangan dengan nilai-nilai Ilahi.... mau tau lanjutannya lagi..... komentari aja tulisan ini dijamin akan dibahas lagi. Termasuk masalah polisi tidur yang sampai-sampai seorang temen keukeuh (ngotot) akan dijadikan bahan skripsi (kaya'nya rame nih..... ) tunggu aja di blog ini....      

Menikmati Cinta


Oleh : Abu Aisyah


Cinta adalah sebuah kalimat penuh pesona, mengguncang jiwa, merasuk sukma, menggairahkan raga dan menjadikan hidup lebih bermakna. Benarkah cinta demikian adanya? Para pemuja cinta akan menjawab “Tentu saja”. Namun orang-orang yang telah merasakan dikhianati cinta akan menganggap cinta itu dusta. Ia hanya nafsu penuh hawa, dusta berbalut suka, nestapa berlapis pesona dan bencana berlumur cita.
Terlepas dari semua pemahaman tentang cinta, kita sering sekali merasa bahwa cinta membuat hidup kita lebih bermakna. Inikah cinta? Kenapa kita dapat merasakan hidup memesona dengannya? Sejatinya cinta adalah sebuah perasaan yang ada pada setiap makhlukNya, sebuah perasaan “suka” pada sesuatu yang didasari oleh berbagai kepentingan jiwa dan raga. Itulah makna cinta yang saya pahami untuk sementara. Jika demikian maka rasa cinta adalah suka karena ada rasa, antara suka dan rasa dalam arti suka atau cinta pada sesuatu karena ada rasa dalam jiwa dan raga yang ada. Maka bagaimana kita dapat menikmati cinta?
Setiap makhlukNya tentu memiliki rasa suka (baca:cinta), entah itu pada keluarga, pasangan dan sesuatu yang ada di luar dirinya. Pada beberapa kasus rasa suka ini berbalik ke arah kepada dirinya sendiri. Maka bisakah kita menikmatinya? Atau hanya ilusi yang akan binasa seiring berjalannya masa?
Cinta yang didasari atas kepentingan dunia tentu akan mudah binasa, ia akan hilang seiring hilangnya kepentingan itu. Ketika kita mencintai seseorang karena ada sesuatu pada dirinya yang membuat kita suka, maka ketika sesuatu hilang dari dirinya niscaya rasa cinta itu akan hilang pula. Jika demikian maka alasan “sesuatu” yang membuat rasa cinta kita senantiasa ada haruslah selalu ada sepanjang masa. Sesuatu yang yang menjadi sebab kecintaan kita haruslah abadi selamanya. Apakah ada yang abadi di dunia ini? Allah Sang Maha Abadi adalah satu-satunya Dzat yang terus hidup dan berdiri sendiri, Dia akan ada ketika suka dan duka menyapa. Inilah dasar yang seharusnya menjadi pijakan cinta.
Sehingga menikmati cinta berarti mendasarkan semua rasa tersebut kepada Sang Maha Pencipta, bukan hanya kepentingan dunia apalagi nafsu raga sementara. Demikian pula ia menjadi sebab kita menerima cinta dari semua manusia. Jika seseorang menyukai kita hanya karena dunia maka tolaklah cinta itu jika tak ingin terbelenggu dalam cinta palsu.
Permasalahannya adalah bagaimana kita mengetahui cinta seseorang yang bukan dusta? Ujilah ia, karena cinta sejati tak pernah mati, walau raga dalam bumi, ia akan terus bersemi hingga kembali berdiri di hadapan Ilahi...... 

Minggu, 20 Februari 2011

Adab Al-Mizah


Oleh : Abdurrahman MBP



Al-Mizah dalam bahasa Arab berarti bercanda atau bergurau, dan sebagaimana kita tahu bahwa bergurau atau bercanda adalah melakukan suatu perbuatan atau mengucapkan suatu perkataan dengan maksud main-main bukan dengan sebenarnya tujuannya agar orang lain tertawa atau merasa terhibur dengannya , bila kita melihat di TV maupun di berbagai surat kabar maka gurauan ini telah menjadi sebuah kebutuhan bagi masyarakat sampai-sampai banyak sekali acara-acara di TV yang membawakan acara gurauan ini, begitu juga dimajalah dan surat kabar sehingga ada majalah yang khusus membahas tentang gurauan ini.
Islam sendiri sebagai Dien (agama) yang mengatur seluruh kehidupan manusia, sangat memahami manusia dan memberikan waktu untuk bercanda atau bergurau, namun bedanya semua gurauan dan canda dalam Islam diatur sehingga hal ini tidak membawa mudhorot bagi pelakunya, hal ini dilakukan karena apabila kita terlalu banyak berguraupun tidak baik dalam pandangan agama ini, karena Islam adalah agama yang memandang bahwa hidup ini adalah serius , karena itu seorang muslim akan berhati-hati menjalani hidup ini , selalu bersikap cermat dan bersungguh-sungguh, bukan dengan santai dan terlalu banyak bercanda.
Nabi sendiri sebagai seorang yang termulya diantara manusia beliau melakukan seluruh aktivitas kehidupannya dengan serius, akan tetapi beliaupun sekali-kali bercanda untuk menyegarkan suasana, dan itupun atas dasar kebenaran artinya walaupun beliau bercanda akan tetapi itu adalah benar.

Tertawa itu racun.
Dalam sebuah kesempatan beliau Abu Dzar, seorang Shahabat Rosul pernah datan kepada Nabi dan meminta nasihat darinya , maka Nabi bersabda :
إياك وكثرة الضحك فإنه يميت القلب
“ …jauhilah olehmu banyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan ( melumpuhkan ) hati….”
Hati adalah raja bagi seluruh anggota badan , maka jika raja ( hati ) ini mati maka akan rusaklah seluruh anggota badan sebagaimana sabda Nabi , dari Nu’man bin Basyir ia berkata aku pernah mendengar Rosul bersabda :
ألا وإب فى الجسد مضغة إذا صلحت صلح الججسد كله وإذافسدت فسد الجسد كله ألآ وهي القلب
….ketahuilah bahwasanya pada tubuh kita akan segumpal daging , maka apabila daging ini baik maka akan baiklah seluruh tubuh dan apabila daging ini rusak maka akan rusaklah seluruh tubuh semuanya ketahuilah segumpal daging itu adalah hati” HR Bukhory dan Muslim. Dari hadits diatasa kita dapat mengetahui bahwa dengan banyak tertawa maka hal itu dapat mematikan hati kita, dan ini adalah racun bagi diri kita baik fisik maupun mental kita, itulah sebabnya mengapa Rosul tidak pernah berlebihan dalam tertawa, karena itu apabila Rosul tertawa maka beliau hanya tersenyum sebagaimana haits yang diriwayatkan oleh Aisyah :
عن عائشة قالت : ما رايت رسولالله مستجمعا قط ضاحلا حتى ترى منه لهواته إنما كان يتبسم
“ dari Aisyah ia berkata : aku tidak pernah sama sekali melihat Rosul tertawa secara berlebihan sehingga terlihat anak lidahnya , sesungguhnya apabila Rosul tertawa beliau hanya tersenyum, HR Bukhory dan Muslim.
Karena itu hendaklah bagi kita untuk mencontoh beliau dalam tertawa ini,dimana beliau tidak pernah tertawa sampai berlebihan ( ngakak ) sampai terbuka lebar mulutnya, beliau hanya tersenyum dan memperlihatkan giginya.

Gurau dan hidup santai
Seseorang yang terlalu banyak bercanda akan mati hatinya, demikianlah yang disabdakan oleh Rosul, apabila seseorang telah mati hatinya maka dia akan sulit sekali untuk menerima kebenaran karena hatinya telah mati, karena itu juga seseorang yang hatinya mati maka dia tidak lagi mempunyai ghirah ( semangat ) dalam beragama ini sehingga apabila dia melihat kemungkaran-kemungkaran atau syariat Alloh banyak dilanggar maka hatinya tertutup untuk mencegahnya.
Seseorang yang hatinya mati juga hidupnya tidak pernah disiplin , dia tidak bisa mengatur waktu , dan sering menyia-nyiakan kewajiban ibadahnya, serta pekerjaan-pekerjaan lainnya, ia menganggap waktu tidak punya arti sama sekali maka ia membiarkan waktu itu berlalu begitu saja tanpa memenfaatkannya untuk hal-hal yang positif.
Hati yang mati juga akan mengakibatkan tidak adanya kesungguhan dalam segala hal, kareana ia memandang bahwa hidup ini adalah main-main belaka , biasanya dia tidak suka diserahi pekerjaan yang berat-berat , dia malas berfikir otaknya cepat capai tubuhnya cepat layu dan dan sebagainya karena ia tidak pernah berlatih untuk hidup lebih serius.
Hati yang mati yang disebabkan karena banyak tertawa dan bersenda gurau memang hanya menghendaki hidup santai yang selanjutnya akan berakibat kerugaian besar bagi dirinya dan bagi masyarakat disekitarnya.

Bergurau dan Taqwa
Rosululloh pernah bersabda bahwa taqwa itu tempatnya didalam hati, karena itu jika seseorang terlalu banyak tertawa dan matilah hatinya maka hal ini akan berakibat lumpuhnya ketaqwaan seseorang , dan bila ketaqwaannya sudah rusak dan tidak sehat lagi maka hidup ini akan tidak sehat lagi dan ketaqwaanpun perlahan-lahan pudar dan hilang.

Bergurau dan Pergaulan.
Memang bergurau bisa menjadikan hubungan diantar kita semakin dekat, namun hal ini harus tetap dalam batas-batas syariat, karena jika sudah melanggar syariat maka tidak jarang gurauan itu menjadikan orang lain merasa tersinggung dan sakit hati sehingga timbulah dendam, sering kali kita temui perkelahian yang disebabkan karena gurauan yang keterlaluan, dan bahkan dengan gurauanyang keterlaluan ini juga terkadang terputuslah pesaudaraan antara sesame muslim , karena telah melewati adab dan kesopanan yang berlaku, karena itu apabila kita hendak bercanda hendaklah difikirkan terdahulu akibatnya.

Gurauan Nabi.
Tidak semua gurauan dan canda itu berakibat buruk , bergurau akan berakibat posotif apabila dilakukan dalam batas-batas tertentu dan ditempatkan pada tempat yang semestinya atau ada waktu yang sesuai, sebagaimana disebutkan diatas Nabi sendiri pernah bercanda dengan para shabatnya, namun semua canda beliau mempunyai maksud dan makna, bukan canda yang sia-sia dan tanpa arti :
عن أبى هريرة قال : قالوا : يا رسولالله إنك تدعبنا قال إنى لاأقول إلا حقا
“ Dari Abu Hurairoh ia berkata , Wahai Rosululloh ! sesungguhnya engkau juga bergurau dengan kami , Rosul bersabda : sesungguhnya aku tidak berkata melainkan hak ( benar ) HR Thirmidzi.
Dari hadits diatas kita dapa melihat bahwa Rosul juga bercanda dengan shahabat-shahabatnya akan tetapi semua yang dijadikan bahan gurauan beliau itu adalah benar, dan jelas tidak melanggar syariat.

Boleh bercanda tapi jangan berdusta.
Sebagaiman Nabi bercanda dan bergurau dengan para shahabatnya , kitapun dibolehkan melakukannya akan tetapi tidak boleh bercanda yang mengandung unsure dusta didalamnya sebagaimana Nabi melarangnya :
عن بخز بن حكيم عن أبيه عن جده قال سمعت رسولالله يقول : ويل للذين يحدث بالحديث ليضحك به القوم فيكذب ,ويل له ويل له
“ Dari Bahz bin Hakim dari ayahnya dari Kakeknya ia berkata Rosululloh bersabda : celakahlah bagi orang yang becerita ( dengan maksud ) agar orang lain tertawa, tetapi dia berdusta, celakalah dia, celakalah dia… HR Thirmidzi.
Berdusta ( berbohong ) dalam Islam sangat dilarang, dan pada hadits diatas juga melarang kit berdusta kepada orang lain walaupun hanya bercanda , karena hal itupun termasuk berdusta, hal ini seharusnya menjadi perhatian kita dimana saat ini kita lihat banyak sekali para pelawak yang berbicara dusta agar orang lain tertawa: “ Dari Sufyan bin Asid Hadhramy ia berkata : aku pernah mendengar Rosul bersabda :
كبرت خيانتة أن تحدث أخاك حديثا هو لك به مصدق و أنت له به كاذب
besar pengkhianatanmu, engkau berkata sesuatu perkataan kepada saudaaaramu dan dianggap benar olehnya padahal engkau berdusta HR Abu Dawud.

Jangan menakut-nakuti
Diantara bentu Canda ( gurau ) yang banyak dilakukan oleh anak-anak dan remaja adalah melakukan sesuatu yang membuat temannya terkejut atau merasa takut, misalnya berpakaian seperti pakaian mayat di malam hari agar teman ynag melihatnya mejadi takut dan lain sebagainy, bercanda semacam ini dilarang oleh Rosul :
عن عبد الرحمن بن أبى ليل قال حدثنا أصحاب محمد أنهم كانوا يسرون مع النبى فنام رجل منهم فأنطلق بعض هم إلى حبل معه فأخذه ففزغ فقال النبى : لا يحل لمسلم أن يروع مسلما
“ Dari Abdur-rahman bin Abi Lailaia berkata : Shahabat-shahabat Nabi pernah bercerita kepada kami bahwa mereka pernah berjalan ( dimalam hari ) bersama Rosul lalu salah seorang diantara mereka tidur, lalu seorang diantara meeka pergi mengambil tali yang dibawanya ( oleh yang sedang tidur ) iapun terkejut, maka Nabi bersabda : tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim lainnya HR Abu Dawud.

Jangan menyembunyikan barang orang lain
Kebiasaan lain dari cara bergurau adalah menyembunyikan barang-barang milik temannya, seperti menyembunyikan sandal, sepatu jam yangan, pensil, pena dll, cara gurau seperti ini tidak dibenarkan oleh Islam sebagaimana larangan Nabi :
لا ياخذن أحدكم متاع أخيه لاعبا ولاجادا
janganlah salah seorang diantar kamu mengambil barang saudaranya dengan maksud main-main atau benar-benar HR Abu Dawud.
Itulah beberapa larangan dalam bercanda yang diajarkan oleh Islam, dan jika kita praktekan maka hal ini tidak akan membawa mudhorot bagi kita bahkan menjadikan persaudaraan kita semakin erat.

Beberapa contoh canda Rosululoh
Canda-canda Rosul selalu membawa hikmah dan makna yang agung, dan selalu sesuai denga syariat Islam, berikut ini kami bawakan sedikit tentang canda Rosul :
عن الحسن البصرى قال أتت عجوز إلى النبى فقالت : يا رسول الله أدع الله أنيدخلنى الجنة فقال يا أم فلان إن الجنة لايدخلوها عجوز قال : فولت وهى تبكى فقال النبى أخبزوها أنها لاتدخلوها وهى عجوز إن الله تعالى إنا أنشأنا هاإنشاء فجعلنهن أبكار عربا أتراب
Dari Hasan Al-Basry ia berkata telah datang wanita tua kepada Rosul lalu iapun memohon : wahai Rosul do’akanlah aku agar dapat masuk surga , maka Rosul menjawab : wahai ibu fulan ! sesungunya surga itu tidak dimasuki oleh perempuan tua ( seperti kamu ) “ Hasan Al-Basri berkata “ kemudian wanita tua itupun pergi dan menangis, lalu Rosul bersaabda : katakanlah kepadanya bahwa ( yang kumaksudkan ) ia tidak akan masuk surga dalam keadaan tua usia ( seperti sekarang ini) sesungguhnya Alloh berfirman : yang kami jadikan mereka itu perawan-perawan yang penuh percintaan lagi sebaya HR Thurmudzi.
Perhatikanlah canda rosul diatas , jawaban Nabi bahwa surga tidak dimasuki oelh perempuan tua itu membuat wanita tersebuut menangis karenamerasa dirinya tidak akan masuk surga, wanita tadi rupanya kutrang cepat berfikir sehingga Rosul perlu menjelaskan bahwa yang dimaksud adaah seperti firman Alloh dalam suratAl-Waqi’ahayat 35-36, yakni disurga nanti tidak akan dijumpai orang-orang tua karena semuanya akan dikembalikan dalam keadaan muda belia.
Dalam canda diatas tidak ada perkataan dusta atau hal yang sia-sia, jawaban beliau justru berdasarkan ayat Al-Qur’an yang ternyata belum diketahui oleh wanita tua tadi.
Dari Anas bahwasanya seorang laki-laki datang menemui Nabi lalu berkata : wahai Rosululloh naikanlah aku diatas kendaraan ( onta ), maka Nabi menjawab:
إنا حاملك على ولد ناقة قال : وما أصنع بولد الناقة ؟ فقال النبى وهل تلد الإبل إلا النوق ؟
sesungguhya kami akan menaikan anda deiatas anak onta , orang itu berkata lagi : apa yang dapat kubuat dengan anak onta tersebut ? maka Nabi menjawab : bukan onta itu tidak beranak kecuali onta ( juga ) HR Abu Dawud
Bagi orang yang kurang cepat berfikir memang jawanban nNabi itu akan memberi makna seperti yang ditangkap oleh laki-laki dalam hadits iatas, ia mengira bahwa yang akan diberikan adalah seekor anak onta yang masih kecil, yang tentu saja tidak dapat ditungganginya seperti yang dimaksudkan, orang itu baru mengerti maksud Nabi setelah dijelaskan bahwa semua onta ituadalah anak onta.
Dari Auf bin Malik Al-Asja’I ia berkata :
عن عوف بن مالك الأشجعى قال أتيت رسول الله فى غزوة تبوك وهو فى قبة من أدم فسلمت فرد فقال أدخل فقلت أكلى يا رسول الله ؟ قال كلك فدخلت
Aku pernah mendatangi Rosul pada waktu peperangan Tabuk dan beliau sedang berada di dalam kemah yang terbuat dari kulit lalu aku memberi salam kepada beliau dan beliau menjawabnya seraya berkata “ masuklah “ kemudian aku bertanya semuaku ya Rosululloh ? beliau menjawab ya semuamu maka akupun masuk HR Abu Dawud.
Auf bin Malik bertanya semuaku ? itu maksudnya apakah aku harus masuk dengan semua tubuhku ? ia bertanya demikian karena kemah Nabi waktu itu sangat kecil sehingga sulit untuk dimasuki , tetapi Nabi yang mempunyai rasa humor yang tinggi langsung memberikan jawaban dan mengerti apa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
Dalam canda –canda diatas kita tidak mendapati hal-hal yang negatif dan tidak pula kita jumpai kata-kata dusta atau pelanggaran terhadap syariat Islam, dan canda yang demikianlah yang beliau contohkan dan yang sehat dan dibenarkan oleh Islam.
Semoga kita dapat menghindarkan diri dari canda-canda serta gurauan-gurauan dan lawak-lawak yang tidak bermanfaat yang hanya membuang-buang waktu serta akan mematikan hati kita , semogalah kita dijauhkan dari hal-hal yang akan merusak ketaqwaan kita melalui gurauan dan canda yang tidak bermanfaat, dan agar kita menjadi muslim yang yang baik seperti yang disebutkan dalam sebuah hadits :
من حسن الإسلام المرء تركه ما لايعنيه
“ Sebagian dari kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tidak berguna baginya, HR Thurmudzi.

Jangan Seperti Lampu Petromak


Oleh Abdurrahman As-Silasafi
 


Pernah melihat lampu petromak? Bagi anak sekarang mungkin sudah jarang melihatnya. Saat ini lampu petromak hanya digunakan beberapa pedagang keliling dan mangkal yang berada di pinggir-pinggir perkotaan. Jika di pedesaan dan perkampungan lampu petromak masih digunakan terutama kawasan yang belum ada listrik. 
Lampu Petromak berfungsi sebagai alat penerang. Ia menjadi sumber utama penerangan bagi sekitarnya. cahayanya yang terang dan irit bahan bakar menjadikannya banyak menjadi pilihan bagi masyarakat pada masa lalu, terutama ketika dilaksanakan perayaan-perayaan besar. 
Lampu petromak sebagaimana lampu neon atau boklam memberikan cahaya penerang bagi sekitarnya. namnun tidak seperti lampu neon dan boklam lampu petromak menerangi hanya bagian pinggir dari sumber cahayanya. Sementara bagian atas dan bawahnya tidak dapat menerima cahaya tersebut. dengan kata lain lampu petromak dapat menerangi tempat-tempat di sekitarnya namun tidak bisa menerangi tempat yang tepat berada di bawahnya. 
Inilah tamsil dari para juru dakwah yang hanya mengurusi umat namun melalaikan orang-orang yang berada di bawah tanggung jawabnya. seorang juru dakwah memberikan penerangan berupa ilmu dan petunjuk keagamaan kepada orang lain, ia menjadi seorang da'i kondang yang dianut oleh banyak masyarakat. namun ia lupa dengan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya. Keluarga, anak dan anggota keluarga yang menjadi tanggung jawabnya baik di dunia maupun di akhiratnya. 
Maka tamsil lampu petromak adalah seorang dai yang memberikan penerangan kepada umat sementara keluarganya sendiri dilupakan. Bagaimana ini terjadi? bisa jadi karena kesibukan dakwah mengakibatkan sulit membagi waktu untuk keluarga. namun ini tentu bukan alasan, karena seorang da'i juga harus memahami bahwa kewajiban yang paling utama adalah mengajak anggota keluarga terdekat agar selamat dari adzab di akhirat. 
Karena itu berdakwahlah namun jangan lupakan keluarga kita, karena mereka adalah orang-orang yang akan meminta tanggung jawab kita di akhirat sana. wallahu a'lam.     

Menikmati Masa Muda


Oleh : Abu Aisyah


Seorang pemuda adalah pemimpin di masa depan. Kata mutiara ini haruslah menjadi bahan renungan bagi setiap generasi muda. Masa muda adalah masa ketika kondisi badan berada pada level puncak vitalitas. Penuh energi dan semangat serta kemauan yang tinggi. Masa muda juga merupakan tahapan perkembangan kecerdasan dan ketajaman analisa manusia. Sehingga masa muda adalah mas yang menjadi puncak bagi siklus kehidupan manusia. Maka melihat potensi yang besar ini wajarlah jika Islam sangat memperhatikan bagaimana seharusnya masa muda digunakan untuk hal-hal yang bersifat posiyif dan mendatangkan kemaslahatan bagi Islam.
Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasalam sendiri banyak memberikan petunjuk-petunjuk bagaimana masa muda itu seharusnya digunakan dengan sebaik-baiknya. Rasulullah bersabda :
 « اغتنم خمسا قبل خمس : شبابك قبل هرمك ، وصحتك قبل سقمك ، وغناءك قبل فقرك ، وفراغك قبل شغلك ، وحياتك قبل موتك » « هذا حديث صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه »
“Jagalah olehmu lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya, jaga masa mudamu sebelum tuamu, jaga masa sehatmu sebelum datang waktu sakit, jaga masa kayamu sebelum jatuh miskin, jaga masa lapangmu sebelum sempit, dan jaga masa hidupmu sebelum datang kematian”.(Mustadrok Hakim kitab roqooq :4/306)
Secara bahasa kata اغتنم artinya adalah mengambil kelebihan atau mengambil keuntungan, jadi artinya adalah peliharalah, ambillah atau jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara yang lainnya. Dalam hadist tersebut Nabi kita menerangkan dan memerintahkan kepada umatnya agar menjaga lima hal sebelum datang perintah untuk menjaga lima hal yang lain, di antara perintah tersebut adalah menjaga masa muda sebelum datang masa tua.
Menjaga masa muda berarti menggunakan masa tersebut dengan optimal sesuai dengan tuntunan Islam. Apakah ini berarti Islam mengekang masa muda? Tentu saja tidak. Islam memahami bagaimana potensi masa muda, karena itu ia harus disalurkan sesuai dengan fitrahnya.
Menikmati masa muda sendiri bermakna menjadikan masa muda yang hanya datang satu kali untuk sesuatu yang dapat mendatangkan kebaikan di masa tua. Dengan kata lain masa muda adalah saatnya untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan sebagai bekal di masa yang akan datang. Kenapa harus mempersiapkan bekal? Karena kita tidak tahu apa dan bagaimana keadaan yang akan dihadapi oleh para pemuda saat ini di masa datang.
Jika masa muda hanya digunakan untuk hal-hal yang bersifat hura-hura, foya-foya dan hanya memuaskan selera mudanya maka di masa tua tentu ia akan sengasara. Berbeda dengan seseorang yang menggunakan masa mudanya untuk hal-hal yang positif, belajar, menuntut ilmu, menyiapkan diri dengan berbagai keterampilan dan aktifitas lainnya yang bersifat positif. Kita sudah sering melihat bagaimana seseorang di masa tuanya hidup sejahtera karena sejak masa muda sudah dipersiapkan dan direncanakan dengan sempurna.
Menikmati masa muda bukan berarti meninggalkan hal-hal yang menjadi ciri khas anak muda seperti bergaul dengan teman sebayanya atau melakukan aktifitas dalam sebuah komunitas. Menikmati masa muda adalah mengarahkan setiap aktifitas yang dilakukan pada masa muda untuk sesuatu yang memiliki manfaat dan berguna, baik bagi dirinya ataupun bagi masa depannya. Jadi menikmati masa muda bukan dengan menggunakannya tanpa makna, kalau hanya bersenang-senang itu namanya bukan menikmati tapi menyi-nyiakan masa muda.
Sebagaimana sabda Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasalam bahwa gunakanlah masa mudamu sebelum datang masa tuamu. Ini berarti masa muda harus digunakan untuk hal-hal yang dapat bermanfaat di masa tua. Karena itu untuk generasi muda, optimalkan potensimu untuk meraup perbekalan bagi masa tuamu. Setuju?     

Sabtu, 19 Februari 2011

HIDUP INDAH DENGAN TAZKIYAH

Oleh : Abu Aisyah


Anda mungkin merasa asing dengan istilah tazkiyah. Tazkiyah berasal zakka yang berati membersihkan atau mensucikan, apa bila disambung dengan An-nafs maka akan menjadi Tazkiyah An-nafs yang artinya usaha seseorang untuk mensucikan diri atau jiwa. Tazkiyah An-Nafs adalah bagian integral dari islam sebagai Way Of Lipe. Seperti termaktub dalam
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا مِن قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُّبِينٍ {2}
"Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antaramereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata."  (Qs Al Jum'ah ayat:2).
 Ayat yang mulia ini menyebutkan bahwa salah satu tahapan dari tugas rasul adalah mensucikan jiwa-jiwa mereka dari berbagai racun-racun yang dapat merusak dan mematikan hati manusia. Seperti perbuatan syirik, dengki ghibah dsb. Tazkiyatun nufus sendiri mempunyai arti cakupan yang sangat luas dari sekedar dosa-dosa yang dianggap kecil sampai dosa-dosa besar, dibahas dan dikelola dengan mengambil nash-nash dari Al-Qur'an maupun perbuatan nabi T.
    Dalil-dalil yang ada, baik di dalam Al-Qur'an maupun As-Sunnah sering sekali berkaitan dengan usaha untuk mensucikan jiwa manusia di antaranya adalah:
Firman Allah ta'ala
قَدْأَفْلَحَ مَن زَكَّهَا
"sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu." (Qs. Asy-Syams : 9)
 Ayat ini jelas menerangkan kepada kita bahwa orang-orang yang mensucikan diri adalah orang-orang yang beruntung.
Setelah kita mengetahui begitu berharganya tazkiyatun Nufus ini, lalu bagaimana cara kita mentazkiyah (mensucikan) jiwa-jiwa kita, apakah dengan dzikir-dzikir seperti yang dilakukan oleh orang-orang sufi, atau dengan menyendiri dan bertapa seperti orang-orang budha. Dien (Agama) Islam sebagai agama yang sempurna tentu mengatur seluruh sendi-sendi kehidupan manusia termasuk bagaimana cara mensucikan jiwa manusia itu. Sumber dari pensucian jiwa dalam Islam adalah taqwa kepada Allah Ta'ala, ini adalah asas utama, cabang-cabangnya adalah segala tingkah laku ibadah yang kita kerjakan maka itu merupakan sarana bagi kita untuk mensucikan jiwa-jiwa kita, karena itu pada saat kita melaksanakan segala bentuk ibadah maka bersamaan dengan itu juga kita sedang mentazkiyah jiwa kita, seperti dalam contoh-cuntoh di bawah ini:
1.    Shahadat
  Ketika seseorang masuk Islam tentu dia mengucapkan dua kalimat syahadat, begitu juga bagi kita yang telah masuk Islam maka setiap sholat kita pun melafadzkan syahadat tersebut, ketika kita bersyahadat itu berarti kita sedang mentazkiyah/ mensucikan jiwa kita dari segala bentuk kesyirikan yang menjadikan lawan dari syahadat tersebut. setelah kita membersihkan jiwa kita dari segala sifat kesyirikan (menyekutukan Allah) maka tahap tazkiyah selanjutnya adalah memberikan kepada jiwa … dan pungisi jiwa yang telah bebas dari kesyirikan tadi.
2.     Sholat
Apabila kita mengerjakan sholat, secara benar sesuai sunnah Nabi T bersamaan dengan itu jiwa kita akan dibersihkan dari sifat sombong, sabar, disiplin dan lain sebagainya. Ketika kening kita menempel lantai maka pada waktu itulah jiwa kita di tazkiyah/ dibersihkan dari sifat sombong, karena begitu hinanya kita dengan mencium lantai, namun disaat itulah jiwa kita merasa damai karena begitu dekatnya seorang hamba dengan Robbnya ketika dia dalam keadaan bersujud, dan ini memang salah satu tujuan dari sholat yaitu:
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَئِ وَالْمُنْكَرْ
"Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuata keji dan mungkar."                                                                                                   
3.    Zakat
Pada saat kita mengerluarkan zakat maka terlihat jelas adanya usaha kita untuk melatih dan mentazkiyah jiwa kita agar lebih peduli dengan sesama manusia, serta melatih jiwa kita untuk bersifat Ikhlas dalam mengeluarkan zakat, dan salah satu tujuan atau fungsi zakat adalah membersihkan/mentazkiyah jiwa kita serta membersihkan harta kita.
4.    Puasa
Seseorang yang berpuasa tentu akan menahan amarahnya ketika dia di ganggu oleh orang lain, ini tentu sesuai ketentuan dari Nabi T  yaitu Nabi bersabda yang artinya: "Apabila kamu sedang puasa dan diganggu oleh orang lain maka ucapkanlah":
إِنِّى صَائِمٌ
" Sesungguhnya aku sedang puasa "
Ini jelas sebuah cara untuk mensucikan jiwa kita dari sifat mudah marah dan senantiasa mungkin untuk menahan amarah kita.
5.    Haji
Haji adalah rukun kelima dalam….hukum Islam, haji sendiri hukumnya sunnah, akan tetapi bisa menjadi wajib apabila seseorang itu mampu untuk melaksanakannya, dalam ibadah haji ini maka akan terlihat bahwa semua ibadah ini memerlukan pengorbanan lahir dan batin, sisi tazkiyah pensucian jiwa pada ibadah ini dalah bahwa seseorang itu harus Ikhlas dalam melaksanakannya karena membutuhkan dana yang banyak, kemudian menghilangkan segala sifat 'Ujub/sombong, serta meluruskan niat sehingga hanya mencari keridhoan Allah saja, bukan berniat agar sepulangnya dari sana di panggil pak haji atau bu haji, serta niat-niat yang lainnya yang akan mengotori hati dan ibadah itu sendiri.
Masih banyak lagi ibadah-ibadah yang lain yang mengajarkan kepada kita untuk mensucikan hati-hati kita, seperti do'a, jihad, berwudhu dan lain sebagainya. Semua itu adalah sarana-sarana yang dapat mensucikan hati-hati kita dari berbagai penyakit-penyakit hati yang dapat mengotorinya, ini adalah ajaran yang dibawa oleh Nabi kita untuk melaksanakannya, dan kita tidak boleh mengambil selain dari petunjuk Nabi T, seperti cara-cara orang Sufi yang mereka mempunyai dzikir-drikir tersendiri dalam rangka membersihkan hati-hati mereka katanya, padahal ini hanya talbis (tipuan) iblis untuk menyesatkan mereka dari jalan kebenaran ini, semoga kita selalu dapat mengikuti petunjuk Nabi T dalam segala hal termasuk dalam rangka mensucikan jiwa kita, dan kita juga harus banyak berdo'a seperti do'a yang dicontohkan oleh Nabi kita untuk meminta kepada Allah Ta'ala agar hati kita selalu berada di dalam ketetapan iman dan islam:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبَ ثَبِتْ قُلُوْبَنَا عَلَى دِيْنِكَ
 "Wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku diatas agama-Mu." Demikian juga do'a tentang meminta ditetapkannya taqwa dan meminta di bersihkannya hati kita.
اَللَّهُمَّ أَتِ نَفَسِ تَقْوَاهَا وَزَكَّهَا أَنْتَ فِي مَنْ زَكَاهَا,أَنْتَ وَلِيُهَا وَمَوْلاَهَا

 "Ya Allah berikanlah kepadaku hati yang bertaqwa dan bersihkanlah/sucikanlah dia, engkau adalah sebaik-baik dzat yang mensucikan jiwa, engkau adalah pemilik dan pelindungnya."