Kamis, 31 Maret 2011

Raga...


Oleh : Abu Aisyah  



Kau ada dari tiada
Dari tiada menjadi ada
Ada yang akan tiada
Tiada selamanya

Raga
Kau memesona
Manusia
Alam dunia

Kau indah
Penuh gairah
Lemah
Meremah

Kau belahan jiwa
Semayam sukma
Amanah dunia
Menuju Dia

Raga ..........
Kenapa kau merana
Kenapa kau terluka
Kenapa kau terlena
Kenapa kau terbawa

Manusia
Raga dan jiwa
Satu yang terbagi dua 
Simbol kesempurnanNya

Raga ........
Kau melena
Kau melupa
Kau menyiksa
Kenapa kau ada ?

Raga adalah kita
Jiwa adalah kita 
Kita adalah raga dan jiwa
Keduanya menyatu dalam keagunganNya

Raga……
Kau harus patuh 
Kau harus luruh
Jangan rapuh
Jangan mengeluh

Kau akan bahagia
Jiwamu akan cita
Kau akan mulai
Bila dihiasi dengan syariatNya.

     


Sentuhan Menuju Siksaan

Oleh : Abu A

Tatkala kulit bersentuhan
Tatkala hati bertautan
Tatkala pandangan memabukan
Tatkala insan berdekatan
            Bukan sentuhan yang halal
            Bukan tautan yang kekal
            Bukan pandang menetramkan
            Bukan insan berdekatan
Sentuhan penuh ancaman
Tautan penuh peringatan
Pandangan penuh keingkaran
Kedekatan bukan karena Ar-rahman
            Wahai insan
            Sentuhan
            Tautan
Pandangan
Harus dengan landasan
Landasan Islam dengan peribadahan
Landasan Iman dengan keyakinan
Landasan ikhsan dengan  ketakwaan


Susahnya Bertaubat


Oleh : Abdurrahman MBP


“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat Nasuha (sebenar-benarnya) “ Kalam Alloh ini sudah sering kali kita dengar, dan setiap kita mendengarnya selalu  ada azzam kita untuk kembali bertaubat, namun apa dikata setelah beberapa waktu berlalu ternyata kita terjatuh kembali kepada kesalahan yang serupa, pernah suatu saat seorang pemain judi telah berjanji untuk tidak mau main judi lagi, dan diapun bekerja pada sebuah pabrik, diakhir bulan setelah dia mendapatkan gajian dan melihat dompetnya telah tebal, keinginan penjudi tersebut timbul lagi, hal ini didorong oleh teman-temannya yang dulu seprofesi, apa hendak dikata janji tinggal janji.
 Manusia memang tempat salah dan dosa, namun apakah contoh di atas dapat kita maklumi?, tentu saja tidak. Bisa dipastikan setiap kita pernah mengalami hal seperti diatas walau kadar kemaksiatan tersebut sangat beragam, kita sadar bahwa itu adalah dosa, namun tanpa sadar kita terus menerus mengerjakannya atau bisa jadi kita sulit untuk meninggalkannya, lalu apa yang jadinya jika kita terus menerus melakukan kemaksiatan?, taubat yang selalu di dengung-dengungkan oleh para Da’i hanya sepintas lalu, setelah ceramah selesai kembali kita melakukan kesalahan itu lagi. Taubat adalah sebuah usaha sungguh-sungguh untuk tidak melakukan sebuah kesalahan, kita sudah memahami definisinya lalu bagaimana cara agar taubat kita tidak seperti taubat sambal? pertama kita harus bertekad untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut, kedua ingatlah akan siksa Alloh jika kita melakukan hal tersebut yang ketiga putuskan  semua hubungan yang menyampaikan kepada dosa tersebut, tiga langkah diatas menjadi senjata ampuh bagi kita untuk bertaubat.
Ketergelinciran atau kealpaan adalah sesuatu yang manusiawi, tentunya hal tersebut memang tidak disengaja, seseorang yang dalam perjalanan kemudian dia menunda sholatnya lalu setelah sampai dirumah dia lupa mengerjakan sholat tersebut, bukanlah sesuatu dosa, dosa itu adalah ketika dia sadar dan sengaja untuk melalaikan kewajiban atau melakukan sebuah kemaksiatan, karena itu tidak ada lagi kata-kata susah dalam bertaubat, bertaubatlah,    bertaubatlah, bertaubatlah... jangan ada kata akhir sampai kita menghadap kepada-Nya dalam keadaan terus memperbaharui taubat kita. Wallohua’lam bishowab.


Bisa Nulis Doang......


Oleh : Bambang Prawiro


Apa persamaan antara ngomong dengan nulis? Kalau ditanyakan kepada saya maka akan saya jawab keduanya sama-sama memerlukan pengamalan. Kenapa demikian? Baik ngomong ataupun nulis keduanya memerlukan adanya implementasi. Jadi bukan sekadar ngomong atau nulis doang, Ngomong  doang tanpa amalan jadi bohong dan nulis doang tanpa diamalkan juga sama saja. Terus bagaimana agar antara ngomong, nulis dan pengamalan bisa seimbang?
Gampang aja, kita harus tahu bahwa apa yang kita omongin dan kita tulis harus kita pertanggungjawabkan. Jadi bukan sekadar ngomong dan nulis, keduanya memerlukan adanya tanggung jawab moral. Kalau seseorang nulis tentang hal-hal yang baik, namun dia tidak bisa mempraktekan apa yang ditulisnya maka sama saja ia dengan orang yang bisa ngomong tapi gak bisa ngamalin.
Sekarang kita ngomongin nulis, ternyata banyak di antara kita yang pintar menulis namun amalan kesehariaannya tidak sesholeh apa yang ditulisnya. Hal ini seperti disitir oleh Allah ta'ala dalam firmanNya :
أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ [٢:٤٤]
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?. QS Al-Baqarah : 44.
Ini adalah salah satu dari ciri ahli kitab, mereka banyak menyuruh orang lain agar berbuat baik, namun mereka sendiri melupakan diri mereka sendiri. Dalam dunia penulisan seseorang menuliskan begitu banyak kebaikan namun dia sendiri tidak bisa mengamalkan apa yang ia tulis. Sungguh merugi orang-orang seperti ini.
Lantas bagaimana agar kita tidak terancam dengan ayat ini? Ketika menulis adalah sebuah amal ibadah maka tuliskanlah segala bentuk kebaikan agar para pembaca dapat mengamalkannya, selain itu tuliskanlah kejelekan-kejelekan agar para pembaca juga dapat menjauhinya. Selanjutnya berusahalah agar kita konsisten dengan apa yang kita tulis. Maksudnya ketika kita menulis tentang suatu kebaikan maka usahakan agar kita yang terlebih dahulu melaksanakan kebaikan tersebut. Sebalikny apabila kita menuliskan sebuah kejelekan maka jadilah kita orang pertama yang menjauhi kejelekan tersebut.
Bagaimana jika kita cuman bisa nulis doang dan belum bisa melaksanakannya? Memiliki azzam dalam hati dan usaha terus-menerus untuk dapat melaksanakannya. Itulah jalan keluarnya, sehingga kita tidak terkena ancaman seperti ahli kitab tersebut.   Wallahu A'lam. 

Tashfiyah dan Tarbiyah Menuju Kejayaan Umat


Oleh Ummu Afif


Kali ini saya hanya mau cerita tentang temannya teman saya... (bingung-bingung deh). Tapi bukan ghibah lho…sebut saja “fulan” deh. Fulan ini kalau sudah bicara masalah hukum pemerintah..wuiih… semangat buanget…pokoknya kalah deh ‘pejuang 45’. Katanya kita harus berhukum hanya pada hukum Alloh (ane setuju banget tuh..), dan orang yang tidak berhukum pada hukum Alloh adalah ‘kafir’….eit..tunggu dulu…Ngga semudah itu menghukumi seseorang kafir. Ada kaidah-kaidah yang harus diperhatikan dan bukan kita yang berhak menghukumi seseorang itu kafir. Kita ini siapa sih?…hanya manusia biasa yang banyak kekurangan dan masih suka dengan yang namanya maksiat..(hayooo…ngaku…benarkan? ). Ya… gitu deh…emang ya sesuatu yang  diharamkan Alloh itu terasa nikmat, tapi kalau yang halal itu ribet…ah..kata siapa…yang halal juga mudah ko’ kalau kita melaksanakannya hanya mengharap ridho Alloh (jiahh…pe de banget).

Si  fulan ini kalau sudah yang menyinggung hukum Alloh dan Jihad…wuih…kaya dia yang benar sendiri and dia aja yang boleh hidup di dunia gitu deh. Hanya karena satu diskusi yang membahas masalah ini, teman saya ini sampai di kirimi sms berupa dalil tentang takfiri. Mau tau sms-nya seperti apa. Di bawah ini saya menukil dari tiga sms fulan.

“Berhukum kepada syari’at Islam berarti ibadah kepada Alloh subhanallohu wa ta’ala saja, satu-satunya dan tidak kepada yang lainnya. Pedang-pedang jihad tidak di hunus kecuali untuk merealisasikan hal itu (majmu fatawa Ibni Ibrahim XII/251)”

“Dan itnah itu lebih bahaya dari pembunuhan (QS. 2: 1991) dan fitnah itu lebih besar dari pembunuhan (QS2: 217), Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, majmu fatawa XXVIII/355 berkata tentang ayat ini bahwa pembunuhan sekalipun di dalamnya terdapat keburukan, kerusakan, akan tetapi  dalam fitnah kekafiran terdapat keburukan dan kerusakan lebih besar dari pada pembunuhan”

“Syaikh Abdullah bin Humaid dalam ahamiyatul jihad fii nasyri ad da’wah hal. 196 siapa yang menetapkan undang-undang umum  yang diwajibkan atas rakyat yang bertentangan dengan hukum Alloh, berarti telah ke luar dari millah dan kafir”

Ihhh…serem kalau denger kata “kafir”. Kalau kita melihat konteks dalil ini memang benar adanya. Tetapi jangan sampai salah dalam memahaminya. Karena orang yang melakukan hukum thoghut ini bisa jadi dia melakukannya karena keawamnya, karena kejahilannya. Dan kita wajib memberikan tarbiyah berupa da’wah dengan ilmu. Jadi dalam menghukumi seseorang kafir tidak main serampangan kaya bang jampang, main sikat, hunus golok gitu. Yang terbaik adalah memberikan tarbiyah dan tashfiyah, kembali kepada pemahaman Islam yang murni, menegakkan tauhid menuju kejayaan umat.

Kalau tauhid sudah tegak, kesyirikan sudah musnah, insya Alloh Islam akan jaya. Jangan menekan seseorang untuk melaksanakan hokum Alloh tapi diri sendiri masih melakukan maksiat. Hati ini lemah bung…Kita manusia dalam 1 hari saja bisa jadi sudah melakukan berapa maksiat. Dan hukum Alloh itu bukan hanya untuk pemerintahan dan jihad  saja, tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan.  Jika kita menginginkan orang lain mengikuti perkataan kita, tengoklah diri kita..Sudahkah kita melaksanakan hukum Alloh dalam kehidupan kita? Jangan sampai perkataan kita akan menjadi bumerang, dan menyerang balik kita. Seperti temannya teman saya ini. Menuntut orang lain untuk berhukum pada hukum Alloh saja, tetapi saat sedang diskusi berikutntya tiba-tiba handphonenya berbunyi and nada deringnya itu lho…masa lagunya Nidji “Laskar Pelangi’…he he…ternyata benar kalau perkataan kita itu bisa jadi bumerang bagi kita sendiri.

Wallohu A’lam

Rabu, 30 Maret 2011

Daulah Islamiyyah

Oleh Ummu Reza


Mendengar kata daulah Islamiyyah mungkin ada sebagian dari kita yang masih merasa asing. Yang kita ketahui selama ini, termasuk saya kata Daulah Islamiyyah adalah negara Islam, seperti Arab Saudi, Iran, Sudan, Afganistan dan negara-negara yang ada di jazirah arab.

Sebenarnya kata daulah (negara) yang dipadankan dengan kata islamiyyah bisa juga berarti khilafah. Di dalam Muqaddimah Ibn Khaldun rahimahulloh (ditulis tahun 779H) terdapat kata daulah dengan pengertian negara. Kata ini tercantum dalam bab fî ma’na al-khilafah wa al-imamah (Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, hlm. 170-210). Beliau juga menggunakan kata Daulah Islamiyyah (Negara Islam). Artinya, kata daulah disifati dengan kata islamiyyah untuk menyebut al-khilafah (Ibn Khaldun, Muqaddimah Ibn Khaldun, hlm. 180 dan 210-211). Beliau memberikan sifat islamiyyah (Islam) terhadap kata daulah karena kata daulah memiliki arti umum, mencakup negara Islam. Sedangkan untuk selain negara Islam, beliau cenderung menggunakan kata al-Mulk (kerajaan) atau  ad-daulah (negara) saja tanpa Islamiyyah.

Istilah lain yang juga banyak digunakan oleh para fuqaha yang menggambarkan realitas yang sama dengan Daulah Islamiyah atau Khilafah, yaitu Dar al-Islam.  Lawan kata dari dar al-Islam adalah dar al-kufr, dar al-musyrik, atau dar al-harb. Dari sini terdapat kesepadanan pengertian dan realitas yang sama pada kata Daulah Islamiyah, Khilafah, dan Dar al-Islam.

Bagaimana sebuah negara dapat dikategorikan Daulah Islamiyyah? Bebarapa ulama mendefinisikannya dalam pandangan yang berbeda.  Namun demikian pendapat mereka bermuara pada satu, yaitu Hukum Islam. Lalu apakah negara-negara Islam yang kita ketahui selama ini termasuk atau bisa dikategorikan sebagai Dar al-Islam, atau Daulah Islamiyah (Negara Islam), atau Khilafah Islamiyah?

Bersambung ya…. Insya Alloh

Di balik Rasa

Oleh Handayani San


Ada yang tak biasa dirasa
Sejak bertemu dengannya
Kharismanya begitu menggoda
Menyibak asa di dada

Duhai rasa....
Pergilah jauh kemana kau suka
Jangan kau goda diri dengan pesonanya
Karena diri takut azab Sang Maha Pencipta

Duhai rasa....
Bersembunyilah meninggalkan asa
Karena semua adalah semu belaka
Yang hanya akan membawa petaka


Duhai rasa....
Tinggalkan diri sendiri di sini
Berkutat pada ajaran Illahi
Karena tak seorang pun tau kapan maut menghampiri

Duhai rasa....
Biarkan tersimpan cerita ini
Tertutup rapi di dalam diary
Hingga ajalku nanti


Duhai rasa....
Mengapa kau tak pernah mengerti
Mengapa diri harus bersembunyi

Di balik semua yang terjadi


Duhai rasa....
Sampaikan salam ini padanya
Salam ukhuwah dari saudaranya
Karena memilihnya tak kan pernah menjadi realita


Duhai rasa....
Izinkan diri berlalu
Dari bayang-bayang semu
Dari bayang-bayang fitnahmu
Dari murka Tuhanku



Senja di Cibinong
Penghujung Maret

Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kriminalitas Di Kalangan Anak

Abdurrahman, M.E.I


A.      Pendahuluan
Tindakan Kriminal (kejahatan) ternyata tidak hanya dominasi orang dewasa, anak-anakpun kini telah melakukannya. Bahkan perkembangan lima tahun terakhir menunjukan tindakan kriminal yang dilakukan anak-anak semakin meningkat. Penelitian ini memfokuskan pada faktor dominan apa saja yang mempengaruhi anak-anak berbuat kriminal.
Penelitian ini dilaksanakan terhadap napi anak di Lapas anak Tangerang, Rutan Bandung dan Lapas Sukabumi pada bulan Agustus sampai Desember  2010. Sebagai data primer, diambil sebanyak 105 responden anak laki-laki dari 198 yang ada (53%) dan 11 responden anak perempuan (100%) dengan rincian pria di Tangerang 49 dari 170, wanita di Tangerang 9 (seluruhnya), pria di Sukabumi 36 (seluruhnya), wanita di Sukabumi 2 (seluruhnya), dan pria di Bandung 20 dari 28 yang ada. Seluruh responden pria adalah Napi, sedangkan dari Lapas Wanita, 4 anak dalam status tahanan dan 5 Napi. Responden wanita dari Lapas Sukabumi adalah 1 tahanan dan 1 Napi. Keterbatasan data untuk wanita menyebabkan seluruh anak wanita dijadikan responden. Di samping itu, jawaban mereka atas pertanyaan terutama yang menyangkut faktor pendorong berbuat kejahatan, semua memberikan alasan.  Oleh karena itu derajatnya dapat disamakan dengan Napi. Dalam penyajian data, seluruh (38) responden Sukabumi yang dimaksud adalah termasuk 2 responden wanita.
Data bulan Agustus menunjukkan bahwa untuk wilayah Jawa Barat, secara umum (terutama dewasa) kejahatan didominasi oleh kasus narkoba, secara berturut-turut diikuti oleh pencurian, kekerasan terhadap anak, penipuan, perampokan, kejahatan psikotropika dan penggelapan. Pada usia anak, di antara 16 jenis kejahatan penting pada tahanan dan Napi anak didominasi oleh pencurian (119), perampokan (25), narkotika (23), pelanggaran ketertiban (19), perkelahian (11) dan asusila (11) yang andilnya berturut-turut sebesar 4%, 2,7%, 0,5%, 4,4%, 2% dan 2,5% dari seluruh pelaku.  

B.       Hasil Penelitian : Faktor-faktor pendorong kejahatan pada anak
Di antara kondisi individu yang memicu terjadinya kejahatan yang diperkirakan (ekonomi, hobi, kurang pembinaan, dendam), ternyata menghasilkan jawaban yang beragam dan faktor lain yang tak terduga dan meragukan penggolongannya (Tabel 6). Tiga alasan pribadi pemicu terpenting untuk Sukabumi (81,5%) adalah kurang pembinaan (44,7%), ekonomi dan salah pergaulan (masing-masing 18,4%), Bandung (80%) adalah dendam (35%), ekonomi, kurang pembinaan dan ketidaksengajaan (masing-masing 15%), pria Tangerang (71,5%) adalah ekonomi (28,6%), kurang pembinaan (24,5%) dan salah pergaulan (18,4%), serta wanita Tangerang mengaku salah pergaulan (55,6%), ekonomi dan tidak mengaku (masing-masing 22,2%), sedangkan 2 wanita Lapas Sukabumi mengaku akibat penipuan teman. Ini berarti korban pergaulan tetap dominan (63,6%).
Dari angka-angka di atas ekonomi dijadikan alasan utama oleh responden pria Tangerang, kurang pembinaan oleh responden Sukabumi, dendam oleh responden pria di Bandung, salah pergaulan oleh responden pria dan responden wanita Tangerang. Responden pria Tangerang yang sebagian besar keluarganya bermatapencaharian sebagai buruh dan miskin mengaku uang sakunya cukup  ternyata memberikan peringkat pilihan kriminal berupa narkoba dan asusila. Dengan alasan ekonomi itu dimungkinkan telah terjadinya pemaksaan terhadap orang tua untuk membiayai anak, yang selanjutnya disalahgunakan untuk kesenangan melalui kejahatan narkoba dan asusila. Adapun responden wanita yang merasa kurangngnya perhatian orang tua mereka memilih pelampiasannya dengan pergaulan bebas yang mengarah ke kejahatan narkoba Dengan demikian, kriminalitas di Sukabumi nyata akibat kurangnya pembinaan, sedangkan untuk daerah yang lebih maju akibat kecemburuan sosial karena ketimpangan ekonomi sehingga menimbulkan dendam. Hanya di Lapas anak Laki-laki  saja yang menjadikan kriminalitas sebagai hobinya walaupun dalam jumlah kecil (10,2%).
Berbuat kriminal karena ajakan teman adalah dorongan utama mereka (37,1%), baru faktor lain, yaitu kemauan sendiri (24,1%), terpaksa (23,3%) dan iseng (14,7%). Jawaban umum ini hampir mirip dengan Lapas anak Laki-laki . Urutan pemicu beragam antar lokasi; untuk Sukabumi terbanyak karena terpaksa (39,5%), lalu ajakan teman (28,9%), kemauan sendiri (18,4%) dan iseng (13,2%), untuk Bandung kemauan sendiri atau terpaksa (masing-masing 30%), iseng (20%), ajakan teman (15%), Lapas anak Laki-laki  karena ajakan teman (49%), kemauan sendiri (26,5%), iseng (16,3%) dan keterpaksaan (8,2%), serta di Lapas wanita karena ajakan teman (55,6%) dan kemauan sendiri atau terpaksa (masing-masing 22,2%). Dari angka-angka ini jelas bahwa khusus pada wanita, kejahatan terjadi lebih disebabkan karena problem yang serius, dan bukan karena iseng. Dari kedua faktor individu tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaku kriminal di kota kecil bisa saling terkait antara profesi keluarga, kemiskinan harta dan pembinaan serta pencurian. Adapun di kota maju kejahatan banyak dilakukan dengan kesadaran atau pengaruh teman.
Secara umum responden mengakui bahwa perhatian keluarga cukup (35,3%), sangat cukup (33,6%), dan sebanyak 25,9% menjawab kurang. Lapas Sukabumi dengan angka berturut-turut 47,4%, 31,6% dan 21,1%. Angka tertinggi untuk Bandung adalah cukup (40%), diikuti kurang (35%) dan sangat cukup (25%). Urutan untuk Lapas Anak Laki-laki  adalah sangat cukup (42,9%), baru cukup atau kurang (masing-masing 28,6%). Ketidakpedulian keluarga terhadap anak diakui oleh responden wanita Lapas Tangerang (55,6%). Hal ini membuktikan bahwa khususnya wanita memandang perlu dan menuntut perhatian lebih banyak dibanding pria, sedangkan anak Laki-laki  menganggap cukupnya perhatian orang tua namun kenakalannya tidak bisa dikendalikan oleh orang tuanya. Sebaliknya dua responden wanita Sukabumi mengaku orang tuanya sangat memperhatikan, mungkin karena keawaman dan kemiskinan mereka, maka anak-anaknya tidak terurus sehingga berbuat kriminal.
Uang saku yang kurang, bukan pencetus utama kriminalitas pada anak (12,9%), karena rata-rata mengaku uang saku mereka sedang sampai cukup (masing-masing 34,5%). Pola ini teramati di semua Rutan/Lapas selain Lapas anak Laki-laki  yang berurut sangat cukup (34,7%), cukup (32,7%), sedang (20,4%) dan kurang (12,2%). Data tersebut menunjukkan bahwa anak tidak terasa terbebani oleh kewajiban mencari biaya hidup, dan bahwa kemiskinan keluarga sebagai pemicu kejahatan anak (contoh Sukabumi) bukan dalam hal kurangnya pemberian uang saku, melainkan lebih disebabkan oleh faktor pendidikan dalam keluarga.
Secara keseluruhan, anak sangat membutuhkan kebersamaan acara keluarga agar tidak mendorong kenakalan yang mengarah ke kriminalitas. Hasil polling keseluruhan menunjukkan pertemuan yang sangat kurang (44,8%) atau sering (33,6%) yang diikuti polanya pada jawaban responden Bandung (55 dan 30%), Lapas Anak Laki-laki  (49 dan 26,5%) dan wanita Tangerang (68,7 dan 22,2%) atau gabungan. Walaupun urutan untuk Lapas Sukabumi sering (47,4%), sangat jarang (28,9%) dan sangat sering (23,7%). Gabungan faktor-faktor di atas makin memperjelas bahwa kebersamaan, keterbukaan dan perhatian dalam keluarga penting peranannya bagi kebahagiaan keluarga.

C.  Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa faktor dominan seorang anak melakukan tindakan kriminal adalah karena kurangnya pembinaan dari lingkungan khususnya orang tua. Selain itu pergaulan dengan teman-teman sebaya juga sangat mempengaruhi tindakan-tindakan mereka. Pada anak wanita faktor pendorong tindakan kriminal yang terjadi adalah lemahnya pertahanan diri mereka dalam menghadapi orang lain, sehingga mereka mudah dipengaruhi oleh pihak lain terutama teman-temannya yang mengajak untuk berbuat kriminal.
Rekomendasi dari penelitian ini adalah pentingnya bagi setiap orang tua untuk memperhatikan anak-anak mereka, tidak hanya dalam masalah materi namun juga pergaulan tingkah laku dan akhlak mereka. Pendidikan akhlak dan norma keagamaan adalah solusi tepat bagi pencegahan tindakan kriminal di kalangan anak.     

D.      Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Munawar Sholeh, Psikologi Perkembangan, Penerbit Rineka Cipta : Jakarta, 2005.
Al ‘Adawi, Mustafa, Fiqh Pendidikan Anak. Qisthi Press: Jakarta, 2006.
----------------, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara: Jakarta, 1996.   
Al-Hasyimi, Abdul Hamid Muhammad, Ilm an-Nafs At-Takwini, lihat Hanan At-Thiyah Ath-Thuri (Mendidik Anak Perempuan di Masa Remaja), Amzah: Jakarta, 2007.
Arifin, Muhammad, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, Bulan Bintang: Jakarta,  1984
Arikunto, Suharsimy, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta, 2002
Ash-Shiddieqi, Hasby, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Departemen Agama Republik Indonesia: Jakarta, 1980.
Baharits, Adnan Hasan Shalih , Mendidik Anak Laki-laki, Gema Insani: Jakarta, 2007.
Bali, Wahid Abdussalam, Terdakwa Utama Menggugat Televisi, Jakarta; Darul Haq, 2002.
Daradjat, Zakiah,  Ilmu Jiwa Agama,  Bulan Bintang: Jakarta, 1972
Dariyo, Agus, Psikologi Perkembangan Remaja, Ghalia Indonesia : Jakarta, 2004.
George Ritzer-Douglas J. Goodman, Teori Sosial Modern, Kencana: Jakarta, 2007 ed. 6.
Kalangie, Nico S, Kebudayaan dan Kesehatan, Percetakan KBI: Jakarta, 1993
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset dan Sosial. Mandar Maju: Bandung. 1990.
Kementerian Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2008 cet. IV.
Mahayoni, Anak VS Media, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2008
Mahfudz, M. Jamaludin, Psikologi Anak dan Remaja Muslim, Pustaka Al-Kautsar : Jakarta, 2001
Moekijat, Kamus Manajemen, CV. Mandar Maju: Bandung, 2000.
Muzaham, Fauzi, Sosiologi Kesehatan, Penerbit Universitas Indonesia: Jakarta, 1995.
Nasir. A. Salihun, Peranan Pendidikan Agama terhadap Pemecahan Problema Remaja, Kalam Mulia, Jakarta, 2002
Rogers, Bill, Behaviour Recovery, Grasindo : Jakarta, 2004.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Psikologi Remaja, Grafindo Persada : Jakarta, 2007.
Sarwono, Sarlito Wirawan, Sosiologi Kesehatan, Gajah Mada University Press: Yogyakarta, 1993.
Soediono, Optimalisasi Penelitian Tentang Pengembangan Tenaga Kesehatan dalam Rangka Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan, BPPK Departemen Kesehatan RI: Jakarta,1990.
Surbakti, EB, Kenakalan Orang Tua Akibat Kenakalan Remaja, Elex Media Komputindo : Jakarta, 2008.
Thalib, Syamsul Bachri, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis, Empiris Aplikatif, Kencana : Jakarta 2010
Weda, Made Darma, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada: Surabaya, 1995
Widyanti, Ninik, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya, PT. Pradnya Paramita: Jakarta, 1987.
Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Rosdakarya : Bandung, 2006

Subhat dan Syahwat VS Tasfiyah dan Tarbiyah


Oleh Abu Aisyah 


Dunia adalah tempat tinggal bagi kita serta sebagai tempat untuk mencari bekal menuju akhirat, namun ternyata kita tidaklah sendirian di dunia. Ada Iblis dan bala tentaranya yang juga tinggal di dalamnya. Dan  tanpa kita sadari ternyata di bumi ini telah terjadi  sebuah peperangan antara keduanya, peperangan yang maha dahsyat!!!  Begitu dahsyat karena melibatkan seluruh isi jagad, dari barisan para ummat yang terkadang berderajat lebih tinggi dari malaikat sampai iblis dan bala tentaranya yang terlaknat, genderang perang telah ditabuh sejak iblis bersumpah di depan Robbnya :
قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغْوَيْتَنِي لأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي اْلأَرْضِ وَلأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ
“ Iblis berkata : Wahai Robbku, Karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik ( perbuatan maksiat ) dimuka bumi dan pasti aku kan menyesatkan mereka semua “ QS  Al-Hijr : 39.
قَالَ فَبِمَآأَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ {16} ثُمَّ لاَتِيَنَّهُم مِّنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَآئِلِهِمْ وَلاَتَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
Iblis menjawab : Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan ( mengahalang-halangi ) mereka dari jalan Engkau yang lurus. Kemudian saya akan mendatangi mereka dari depan dan belakang mereka, dari kanan dan kiri mereka dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur “ QS Al-A’rof : 6-7.
            Sejak itulah Iblis melancarkan berbagai serangan, dari serangan paling mengerikan berupa penyeretan manusia kepada kesyirikan sampai serangan paling lembut berupa riya’ dan sifat ‘ujub.
            Iblis selalu menggoda tanpa memandang siapa korbannya, dari kalangan bangsawan sampai para gelandangan dari penjual tape sampai para penggede semua jadi sasaran. Peperangan yang mereka  lancarkan tidak akan pernah berakhir sampai datangnya hari Akhir, fakta telah membuktikan, begitu  banyak korban berjatuhan. Bisa jadi kemarin teman kita hari ini saudara kita dan bisa jadi besok kita masuk ke dalam perangkapnya. Dua perangkap yang paling mematikan yang dibuat oleh Iblis adalah racun Subhat dan panah Syahwat, keduanya mampu membuat manusia tergeletak sekarat, sekarat dengan subhat-subhat dalam syari’at yang mereka buat dan sekarat di dasar jurang syahwat yang terlihat memikat. Dengan subhat dan syahwat inilah Iblis dan bala tentaranya terus menyerang benteng-benteng pertahanan ummat manusia.
            Penyakit Subhat adalah pengkaburan terhadap syariat Alloh ta’ala, sehingga sesuatu yang tidak ada dasarnya dianggap sebagai syari’at sedangkan yang jelas ada hujjahnya dianggap sebuah sikap ektrim, hal ini banyak menimpa orang-orang yang cenderung nyeleneh seperti disitir dalam Al-Qur’an :
فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغُُ فَيَتَّبِعُونَ مَاتَشَابَهَ مِنْهُ
“ Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat mutasyabihat ( samara-samar )”. QS Ali Imron : 7. padahal sebagaiman disabdakan oleh Nabi bahwa barang siapa yang berbuat suatu subhat maka dikhawatirkan dia akan masuk kedalam sesuatu yang haram :
( إن الحلال بين ، وإن الحـرام بين ، وبينهما
أمـور مشتبهات لا يعـلمهن كثير من الناس ، فمن اتقى الشبهات فـقـد استبرأ
لديـنه وعـرضه ، ومن وقع في الشبهات وقـع في الحرام
“ Sesungguhnya yang halal itu jelas dan sesungguhnya yang haram itupun jelas, dan diantara keduanya ada sesuatu perkara yang samar-samar ( subhat )” HR Bukhory dan Muslim. Subhat adalah racun paling berbahaya bagi ummat sehingga berjangkitnya racun ini seperti terjangkiti oleh penyakit Anjing gila ( rabies ) yang apabila seseorang telah terkena racun ini maka dengan segera akan menjalar ke seluruh tubuhnya dan dengan waktu singkat maka binasalah ia. Racun subhat membuat manusia merasa diri benar di atas syari’at yang tersamar, atau merasa diri diatas Sunnah ( nyunnah ) padahal dia berada di tepi jurang bid’ah bahkan dia merasa mendapat hidayah padahal itu adalah sebuah musibah.
            Senjata Iblis yang kedua adalah panah Syahwat, syahwat adalah hasil dari dorongan hawa nafsu seperti disebutkan dalam firman-Nya :
وَاللهُ يُرِيدُ أَن يَتُوبَ عَلَيْكُمْ وَيُرِيدُ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الشَّهَوَاتِ أَن تَمِيلُوا مَيْلاً عَظِيمًا
“ Dan Alloh hendak menerima taubatmu sedang orang-orang yang mengikuti syahwat ( hawa nafsu ) nya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya ( dari Al-Haq ) QS An-Nisaa : 27. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan : Syahwat adalah sesuatu yang diinginkan oleh hawa nafsu. Alloh ta’ala berfirman :
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللهِ
“ Siapakah yang lebih sesat dari pada orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa ada petunjuk dari Alloh “ QS Al-Qoshos : 50. ayat-ayat diatas adalah bentuk celaan dari Alloh ta’ala terhadap dorongan hawa nafsu yang berupa syahwat. Panah syahwat ini memang begitu beracun sehingga kebanyakan manusia tersungkur dibawahnya. Syahwat yang menggelora membuat manusia lupa akan amanahnya sebagai hamba, sehingga dia menjadi hamba ( budak ) bagi hawa nafsunya. mereka terpenjara oleh syahwat dunia yang berupa syahwat harta, tahta dan wanita. Berapa banyak manusia yang bertekuk lutut dibawah  syahwatnya.             
Dua senjata utama Iblis ini telah menjalar keseluruh tubuh ummat hingga keduanya bersarang, menjalar dan mengahncurkan ummat. Apakah kita akan diap saja dan menyerah dengan serangan Iblis ini ? tidak  !!! kita harus berbuat bangkit membekali diri dan melawan sekarang-serangan itu.
Setelah kita tahu dua senjata paling berbahaya yang menjadi andalan bagi serangan bagi Iblis dan bala tentaranya, maka mau tidak mau kita harus melawannya dan Alloh dan Rosulnya telah memberikan dua penangkal yang akan mampu untuk menangkis keduanya. Tashfiyyah adalah obat mujarab bagi racun subhat, Tashfiyyah adalah pembersihan hal-hal yang tidak ada nashnya baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah dan membuang sejauh-jauhnya. Dengan membersihkan keimanan dan amalan kita dari hal-hal tersebut maka racun subhat akan dapat diobati, karena dengan  tasfiyah ini akan terlihat jelas mana yang sesuai dengan Islam dan mana yang bukan berasal dari Islam, dengan itu racun subhat ini akan hilang biidznillah.
Adapun penangkal kedua untuk panah beracun Syahwat adalah Tarbiyyah atau pendidikan, dengan mendidik diri ( jiwa ) sesuai tarbiyyah Islamiyah yang shahihah maka insya Alloh penyakit syahwat akan dapat di atasi. Tarbiyyah sesuai manhaj Nabawiyyah akan mampu untuk mendidik jiwa agar dapat menahan hawa nafsunya mengekang syahwatnya, sehingga dengan jiwa yang telah dididik ini akan muncul jiwa manusia sebenarnya yaitu jiwa yang sesuai dengan fitrah yang telah diciptakan oleh sang Pencipta. Semoga kita termasuk orang-orang yang mampu untuk mendidik jiwa kita dan dapat mentasfiyah amalan serta keyakinan kita, sehingga akan sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Rosul-Nya. Wallohua’lam bishowab.


Solusi Islam bagi Kerusakan Alam


Oleh : Abdurrahman MBP




Pertama-tama dan yang paling utama marilah kita bersyukur kepada Allah jalla wa 'ala yang telah memberikan berbagai kenikmatan hidup yang tak terhitung jumlahnya. Berbagai kenikmatan tersebut haruslah senantiasa kita optimalkan sebagai bentuk responsibilty kita kepada sang Pencipta. Dan senantiasa kita menyebut dan menunjukan berbagai kenikmatan tersebut, sebagaimana diperintahkan olehNya :
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan. QS Adh-Dhuha : 11
Menyebut-nyebut kenikmatan Allah bukanlah bentuk dari kesombongan kita, namun ia adalah implementasi dari syukur kita kepadaNya.  
Selanjutnya khatib berwasiat kepada diri khatib pribadi dan juga kepada seluruh jama'ah jum'ah, wasiat taqwa yang bermakna mengoptimalkan seluruh potensi kita untuk senantiasa beribadah hanya kepadaNya dan melakukan pengekangan terhadap hawa nafsu kita agar tidak melakukan berbagai bentuk laranganNya.
  
Tak terasa hari terus berlalu dan tahunpun terus berganti, bumi yang kita diami inipun semakin renta. Sejenak, marilah kita berfikir tentang keadaan bumi yang semakin merana ini. Lihatlah planet hijau ini telah mengalami berbagai kerusakan, dari mulai (global warming) pemanasan global, lapisan ozon yang mulai menipis dan udara segar yang mulai sukar dicari. Ternyata kerusakan bumi tercinta ini bukanlah isapan jempol, bahkan ia telah terasa di sekitar kita. Bogor yang dulu sejuk kini mulai terasa panas. Beberapa waktu yang lalu, sungai Bengawan Solo meluap, banjir terjadi di Sulawesi, Sumatera dan daerah lainnya di Indonesia. Belum lagi kota Jakarta yang "berlangganan" banjir setiap tahun.
Sebaliknya ketika musim kemarau tiba, kebakaran hutan terjadi di negeri tercinta ini, kemarau panjang yang mengakibatkan susahnya mencari air bersih sudah terasa tahun-tahun terakhir ini.
Lantas kenapa kita masih menutup mata dan diam saja ? data-data yang menunjukan tentang kerusakan alam telah terbukti, di antara laporan tersebut adalah Fourth Assessment Report, yang dikeluarkan oleh Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), satu badan PBB yang terdiri dari 1.300 ilmuwan dari seluruh dunia, yang mengungkapkan bahwa 90% aktivitas manusia selama 250 tahun terakhir inilah yang membuat planet kita semakin panas. Sejak Revolusi Industri, tingkat karbon dioksida beranjak naik mulai dari 280 ppm menjadi 379 ppm dalam 150 tahun terakhir. Tidak main-main, peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer Bumi itu tertinggi sejak 650.000 tahun terakhir! IPCC juga menyimpulkan bahwa 90% gas rumah kaca yang dihasilkan manusia, seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida, khususnya selama 50 tahun ini, telah secara drastis menaikkan suhu Bumi. Sementara temperatur udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Pemanasan global terjadi terutama disebabkan oleh aktifitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. Diprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Fakta lainnya menunjukan tinggi permukaan laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21. Perubahan ini akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau kecil lainnya. Sementara kebakaran hutan yang terjadi di berbagai belahan bumi telah menghabiskan antara 2 hingga 3,5 juta hektar hutan pertahun, demikian yang dihimpun oleh The Georgetown – International Environmental Law Review (1999).

Tahukah anda,  bahwa berbagai kerusakan alam tersebut telah disebutkan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya :  
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ(41)
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). QS Ruum : 41
Bagaimana mungkin kerusakan alam yang baru terjadi setelah adanya Revolusi Industri di Eropa telah disebutkan oleh Al-Qur'an yang diturunkan abad ke-VII M ? Islam telah memberikan batasan-batasan bagaimana setiap manusia melakukan eksploitasi terhadap bumi ini, Allah ta'ala berfirman :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ(56)
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS Al-A'raf : 56
Syaikh As-Sa'di menyebutkan bahwa "Janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi" adalah dengan berbagai perbuatan maksiat (Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'dy, 2003 : 385). Dalam ayat yang lainnya disebutkan secara tegas :
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ(183)
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; QS Asy-Syu'ara 183
Perbuatan kerusakan yang disebutkan dalam ayat ini berkaitan dengan merusak segala hal yang ada di bumi ini, dimulai dari merusak tanaman, pohon-pohon dan hutan serta ekosistem di bumi ini. Maka ada benang hijau antara kerusakan alam dan kerusakan iman.
Al-Qur'an tidak hanya melarang umat manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi, ia juga memberikan berbagai bentuk dan model kerusakan yang dilakukan oleh umat manusia. Di antara kerusakan yang terjadi adalah :

Kerusakan lingkungan
وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ(205)
Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Al-Baqarah 205
Lihatlah bagaimana akar kerusakan lingkungan yang terjadi di muka bumi adalah karena ulah dari tangan manusia yang tidak bertakwa. Orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini adalah orang-orang kafir munafiq. Mereka melakukan aktifitas kehidupan tanpa dilandasi oleh iman sehingga lingkungan menjadi korban.
Rusaknya lingkungan tentu akan berakibat tidak hanya bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan saja, melainkan ia juga akan menimpa kepada manusia sebagai bagian dari alam.

Menimpakan kemudharatan kepada manusia  
وَلَا تَبْخَسُوا النَّاسَ أَشْيَاءَهُمْ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ(183)
Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan; QS Asy-Syu'ara 183. Di antara hak asasi yang sangat dihormati oleh Islam adalah hak untuk memperoleh lingkungan yang baik untuk kehidupannya. Maka pihak-pihak yang melakukan berbagai kerusakan di muka bumi ini jelas telah melanggar hak-hak kemanusiaan. Mereka hanya memenitingkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan orang lain yang tertimpa kemudzaratan karena perbuatannya. Kita lihat saat ini, semburan lumpur Lapindo, banjir di berbagai wilayah, tanah longsor dan berbagai bencana alam lainnya banyak diderita oleh orang-orang lemah, sementara pihak-pihak yang lemah iman mendapatkan keuntungan dunia dengan aktiftasnya. Lantas, masihkah kita membiarkan orang lain tertimpa kemudzaratan karena ulah tangan-tangan lemah iman ?   

Kemaksiatan  
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ(11)
Dan bila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." QS Al-Baqarah : 11
Sesuatu yang mengherankan adalah ternyata para perusak lingkungan mengklaim diri mereka melakukan perbaikan (Ishlah) di muka bumi ini. Mereka menamakan berbagai program aktifitas mereka dengan penghijauan, reboisasi, relokasi dan lain sebagainya. Padahal sejatinya, kerusakan itu berawal dari jiwa mereka yang tidak disinari cahaya keimanan. Maka bagaimana mungkin mereka akan melakukan perbaikan padahal hati mereka jauh dari kebaikan.
Mengenai ayat ini, Syaikh As-Sa'di Menyatakan "Bersungguh-sungguh dalam berbuat maksiat yang berakibat pada rusaknya bumi ini, baik di bidang pertanian, buah-buahan dan sebagainya yang jumlah produksinya berkurang demikian pula dari segi keberkahannya. Hal ini terjadi karena amal perbuatan maksiat yang dilakukannya". (Abdurrahman Bin Nashir As-Sa'dy, 2003 : 105).

Merubah syariat Allah ta'ala
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ(6)
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. QS Al-An'am : 6.
Inilah hal penting yang menjadi bahan introspeksi kita, ternyata pembangkangan kita kepada syariat Allah ta'ala berimplikasi kepada keruskan alam ini, kisah umat-umat terdahulu telah membuktikan hal itu. Mereka melakukan berbagai eksploitasi alam tanpa memedomani aqidah Islam.     

Kesyirikan
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ(73)
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar. QS Al-Anfal : 73. Inilah induk dari segala bentuk kerusakan di bumi ini. Berawal dari penghambaan kepada selain Allah ta'ala, mereka menjadikan segala aktifitasnya hanya untuk mendapatkan kehidupan dunia saja. Nilai agama tidak lagi dindahkan sehingga tujuan hidup mereka adalah mengumpulkan kekayaan. Tidaklah kita berfikir, awal dari segala bentuk keruskan di muka bumi adalah sifat keserakahan, eksploitasi tanpa aturan dan upaya mendapatkan keuntungan untuk sebuah kesenangan.

Keterkaitan yang dapat kita simpulkan adalah kerusakan di planet bumi ini ternyata berbanding lurus dengan keimanan manusia. Mereka melakukan berbagai kerusakan karena tidak ada lagi tujuan kehidupan, mereka meraup segala bentuk kekayaan hanya untuk kehidupan yang tidak kekal. Berbagai bentuk kerusakan alam jelas diawali oleh bentuk penghambaan kepada Selain Ar-Rahman. Maka solusi yang dapat kita lakukan adalah memperbaiki diri sebelum memperbaiki bumi ini. Seorang dokter yang sakit tidak mungkin dapat mengobati pasiennya yang sakit juga. Hal ini seperti disebutkan dalam sebuah pepatah :
"Orang yang tidak mempunyai sesuatu tidak akan dapat memberikan sesuatu"
Maka marilah kita memperbaiki dan melindungi kerusakan alam kita, dengan sebelumnya memperbaiki dan melindungi keimanan dan agama kita.
أقول قولي هذا وأستغفرالله لي ولكم ولجميع المؤمنين والمؤمنات 

Setelah kita mengetahui berbagai kerusakan di muka bumi, maka apa solusi Islam dalam hal ini ? Allah ta'ala berfirman :
وَمَآ أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّرَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. QS Al-Anbiyaa : 107.
Di antara hikmah diutusnya rasulullah adalah ia menjadi rahmat bagi seluruh alam, baik itu bangsa manusia, binatang, tanaman dan segala yang ada di bumi ini. Rahmat yang dimaksud adalah keberkahan, kemaslahatan dan kebaikan bagi semuanya. Maka Islam memberikan solusi mendasar bagi perbaikan di bumi ini. Sejak awal Islam telah memberikan wanti-wanti agar setiap muslim menjaga alam yang menjadi lingkungannya. Allah ta'ala berfirman :
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ(56)
Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdo`alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik. QS Al-A'raf : 56.
Dalam ayat ini Allah ta'ala melarang setiap manusia untuk berbuat kerusakan di muka bumi, karena bumi ini telah dicipta sedemikian rupa sehingga selaras dengan kehidupan manusia. Kemudian setelah itu, masih dalam rangkaian ayat ini Ia juga memerintahkan untuk berdo'a dengan penuh rasa khauf (takut) dan  raja' (penuh harapan). Perintah untuk berd'oa ini tentu berkaitan erat dengan benbagai kerusakan yang telah terjadi. Do'a adalah inti dari sebuah ibadah, sebagai mana sabda Nabi :
الدعاء مخ العبادة
Do'a adalah inti dari ibadah.
Jika do'a akan memberikan kontribusi bagi perbaikan alam ini, maka melaksanakan ibadah-ibdah yang lainnya tentu akan berpengaruh terhadap alam raya ini. Dan di antara seutama-utama ibadah adalah mentauhidkan Allah ta'ala dari berbagai bentuk perserikatan dengan yang lainNya.
Maka kesimpulan yang dapat kita dapatkan dari khutbah ini adalah bahwa segala bentuk kerusakan di muka bumi ini, baik itu pemanasan global, menipisnya lapisan ozon, berbagai bencana alam adalah disebabkan karena ulah tangan manusia itu sendiri. Mereka melakukan berbagai kerusakan karena keimanan mereka akan Ar-Rahman sangat kurang. Solusi yang diberikan oleh Islam adalah memperbaiki diri dengan memurnikan peribadahan kepadaNya agar hidup kita lebih bermakna, sehingga kita sadar bahwa segala aktifitas kita selalu dipantau oleh Al-Jabar pemilik seluruh jagad raya ini.
Jika demikian maka sangat wajar kita akan berfikir berulang-ulang jika akan melakukan suatu perbuatan yang sekiranya akan memudzaratkan alam. Hilangkan semua egois dan mementingkan diri sendiri, karena Allah ta'ala menjadikan kita sebagai khalifah yang bertugas untuk memelihara bumi ini. Perbaikan yang dilakukan tanpa didasari iman, akan sia-sia seperti debu yang beterbangan.