Rabu, 29 Februari 2012

Pengembangan Ekonomi Islam dengan Theori 'Urf

Oleh : Bambang Prawiro

Ketika Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam tiba di Madinah, beliau menyaksikan penduduknya melakukan jual beli dengan system salam.[1] Melihat hal tersebut beliau tidak melarangnya, namun hanya berpesan 'Barang siapa yang memesan sesuatu (jual beli salam), maka hendaknya ia memesan dalam jumlah takaran yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak), dan dalam timbangan yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak), dan hingga tempo yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak) pula’[2].
Melihat kejadian ini maka kita dapat simpulkan bahwa Islam datang bukanlah untuk menghapuskan tradisi yang telah berlaku di masyarakat. Ia datang memperbaiki dan meluruskan sendi-sendi kehidupan manusia agar dapat selaras sesuai dengan fitrahnya. Sebagai agama yang akomodatif dengan tradisi masyarakat Islam memberikan kesempatan kepada tradisi yang berlaku di masayarakat untuk tetap dipertahankan. Sebuah kaidah fiqhiyyah menyebutkan ‘Adat itu bisa menjadi hukum’[3] artinya adalah suatu adat/tradisi itu bisa menjadi hukum jika tidak terdapat nashnya di dalam Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Adat yang bisa menjadi hukum dalam Islam adalah adat yang dilakukan secara terus menerus oleh masayarakat pada umumnya. Ia berlaku universal dan dapat diterima oleh akal sehat manusia. Bagaimana dengan adat budaya yang berlaku di Indonesia, terutama di bidang muamalah? 
Selaras dengan pembahasan sebelumnya Islam memberikan kelonggaran bagi manusia untuk mengembangkan jual beli, sewa-menyewa dan berbagai bentuk muamalah yang dapat memberikan kebaikan bagi manusia. Karena itu, tidak heran jika dalam ranah muamalah Islam dikenal pula sebuah kaidah fiqhiyyah ‘Asal dari segala bentuk muamalah adalah mubah kecuali ada dalil yang mengharamkannya’[4]
Jika asal dari muamalah adalah mubah (boleh) maka umat Islam diberi kewenangan secara luas untuk melakukan berbagai transaksi. Ini berarti Islam bisa menerima berbagai transaksi yang ada di masyarakat, selama hal tersebut tidak ditemukan larangannya dalam Islam.
Bagaimana dengan akad dan transaksi yang berlaku pada masayarakat adat Badui di Kanekes Banten? Apakah system ekonomi mereka juga bisa diterima oleh Islam? Bagaimana dengan system ekonomi Islam yang selama ini hanya berkutat pada akad-akad yang “konvensional”?, apakah system ekonomi Badui dapat dijadikan bagian dari pengembangan ekonomi Islam? Penelitian ini akan mengkaji mengenai pengembanagn Urf bagi system hukum Islam, Studi system ekonomi masyarakat Badui Kanekes Banten. Ingin tahu lebih lanjut tentang hal ini? tunggu saja pembahasan berikutnya.... 


[1] Jual beli ini berupa pemesanan barang di mana pembeli memberikan uang terlebih dahulu dan barang diserahkan kemudian.
[2] HR Bukhari dan Muslim
[3] Al-Suyuthi, Al-Asybah wa al- Nazhair, Beirut : Daar Al-Kutub al- Araby Beirut.
[4] Ibid…

Selasa, 28 Februari 2012

Keutamaan Dzikir Pagi dan Petang




Oleh : Abdullah


"Sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat shubuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan /memerdekakan empat orang dari keturunan Nabi Isma'il (bangsa 'Arab). Dan sungguh aku duduk bersama suatu kaum yang berdzikir kepada Allah setelah shalat 'ashar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada membebaskan empat orang (budak)." (HR. Abu Dawud no.3667 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih Abu Dawud 2/698)
Banyak sekali dalil-dalil yang berkaitan tentang anjuran dan keutamaan dzikir di pagi hari dan pada petang.  Allah SWT dalam al-Quranul Kariim menganjurkan hamba-Nya agar senantiasa berdzikir kepada Allah SWT diwaktu pagi dan petang, diantaranya sebagai berikut;

:يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41) وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42) 
"Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. 33:41) Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 42)


فَاصْبِرْ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ (55)
"Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan atas dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabbmu pada waktu petang dan pagi. " (QS. Al-Mukmin: 55)
وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

" Dan sebutlah nama Rabbmu pada (waktu) pagi dan petang.” (QS. Ad-Dahr: 25)

Rasulullah SAW, senantiasa berdzikir pada waktu pagi dan petang. Dzikir-dzikir yang Rasul SAW pada waktu pagi dan petang adalah sebagai berikut, termasuk keutamaan-keutamaannya:
1. Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas.
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka dia akan dicukupi dari segala sesuatu.” (HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidziy 5/567, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/182)
2. Membaca ayat kursi (Al-Baqarah:255)
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa membacanya di pagi hari maka akan dilindungi dari (gangguan) jin sampai sore, dan barangsiapa yang membacanya di sore hari maka akan dilindungi dari gangguan mereka (jin).” (HR. Al-Hakim 1/562 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)
3. Membaca:

الْحَمْدُ أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ

أَ وَ ,وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ،

عُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Jika sore hari diganti:
ﺃﻤﺴﻴﻧﺎ ﻮ ﺃﻤﺴﻰ ﺍﻟﻤﻟﻙ ﻟﻟﻪ ... ﺮ ﺐﺃﺴﺄﻟﻙ ﺧﻴﺮ ﻤﺎ ﻔﻰ ﻫﺫﻩ ﺍﻟﻟﻴﻟﺔ ﻮﺧﻴﺮ ﻤﺎ ﺑﻌﺪﻫﺎ ﻮ ﺍﻋﻮﺬ ﺑﻚ ﻤﻦ ﺸﺮﻤﺎ ﻔﻲ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻠﻴﻠﺔ ﻮﺸﺮﻤﺎﺑﻌﺪﻫﺎ...
Dibaca sekali. (HR. Muslim 4/2088 no.2723 dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu)
4. Membaca:

اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Jika sore hari membaca:
اللَّهُمَّ بِكَ أَمْسَيْنَا وَبِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوْتُ وَإِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Dibaca sekali. (HR. At-Tirmidziy 5/466, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)
5. Membaca:

اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ،  
أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِ عُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ أَ

إِلاَّ أَنْتَ الذُّنُوْبَ لاَ يَغْفِرُ لِيْ فَإِنَّهُ كَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya dalam keadaan yakin dengannya ketika sore hari lalu meninggal di malam harinya, niscaya dia akan masuk surga. Dan demikian juga apabila di pagi hari.” (HR. Al-Bukhariy 7/150)
6. Membaca

اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ.

إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ الْقَبْرِ، لاَ بِ فْرِ وَالْفَقْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَاوْذُ بِكَ مِنَ الْكُاللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُ

Dibaca 3x ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.22 dan Ibnus Sunniy no.69, serta Al-Bukhariy di dalam Al-Adabul Mufrad dan dihasankan sanadnya oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.26)
7. Membaca

إِنَّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ فِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، اللَّهُمَّ اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَا

وْعَاتِيْ، وَآمِنْ افِيَةَ فِيْ دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ، اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْالْعَوَ

شِمَالِيْ، عَنْ وَ ،مِيْنِيْڍ وَعَنْ خَلْفِيْ، وَمِنْ ،يَ دَڍ بَيْنِ اللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ

غْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ أَنْ أُ مَتِكَظﺒﻌ أَعُوْ وَ،قِيْ وْوَمِنْ فَ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)
8. Membaca

اللَّهُمَّ عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَاطِرَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ

لاَّ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا، أَوْ أَجُرَّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/142)
9. Membaca

بِسْمِ اللهِ الَّذِيْ لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الْأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan tiga kali ketika sore, tidak akan membahayakannya sesuatu apapun.” (HR. Abu Dawud 4/323, At-Tirmidziy 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332)
10. Membaca


مَ نَبِيًّارَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّ
Dibaca 3x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya tiga kali ketika pagi dan ketika sore maka ada hak atas Allah untuk meridhainya pada hari kiamat.” (HR. Ahmad 4/337, An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.4 dan Ibnus Sunniy no.68, Abu Dawud 4/418, At-Tirmidziy 5/465 dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Ibnu Baz di dalam Tuhfatul Akhyaar hal.39)
11. Membaca

كَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِ

Dibaca sekali ketika pagi dan sore. (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya serta disepakati oleh Adz-Dzahabiy 1/545, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273)
12. Membaca

أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Jika sore hari membaca:
أَمْسَيْنَا عَلَى فِطْرَةِ الإِسْلاَمِ …
Dibaca sekali. (HR. Ahmad 3/406, 407, Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.34, lihat Shahiihul Jaami’ 4/209)
13. Membaca

سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Dibaca 100x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali ketika pagi dan sore maka tidak ada seorang pun yang datang pada hari kiamat yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang membaca seperti apa yang dia baca atau yang lebih banyak lagi.” (HR. Muslim 4/2071)
14. Membaca:

لَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَ

Dibaca 10x. (HR. An-Nasa`iy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.24, lihat Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/272)
Atau dibaca sekali ketika malas/sedang tidak bersemangat. (HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah, Ahmad 4/60, lihat Shahih Abu Dawud 3/957 dan Shahih Ibnu Majah 2/331)
Atau dibaca 100x ketika pagi. “Barangsiapa yang membacanya seratus kali dalam sehari maka (pahalanya) seperti membebaskan sepuluh budak, ditulis untuknya seratus kebaikan, dihapus darinya seratus kesalahan, dan dia akan mendapat perlindungan dari (godaan) syaithan pada hari itu sampai sore, dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada apa yang dia bawa kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu.” (HR. Al-Bukhariy 4/95 dan Muslim 4/2071)
15. Membaca

عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ:حَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِﺴﺒ

Dibaca 3x ketika pagi. (HR. Muslim 4/2090)
16. Membaca:

وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا،

Dibaca sekali ketika pagi. (HR. Ibnus Sunniy di dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.54, Ibnu Majah no.925 dan dihasankan sanadnya oleh ‘Abdul Qadir dan Syu’aib Al-Arna`uth di dalam tahqiq Zaadul Ma’aad 2/375)
17. Membaca:

اللهَ وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ أَسْتَغْفِرُ
Dibaca 100x dalam sehari. (HR. Al-Bukhariy bersama Fathul Baari 11/101 dan Muslim 4/2075)
18. Membaca:

أَعُوْذُ بِكَلِمَاتِ اللهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ
Dibaca 3x ketika sore. “Barangsiapa yang mengucapkannya ketika sore tiga kali maka tidak akan membahayakannya panasnya malam itu.” (HR. Ahmad 2/290, lihat Shahih At-Tirmidziy 3/187 dan Shahih Ibnu Majah 2/266)
19. Membaca:

اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Dibaca 10x ketika pagi dan sore. “Barangsiapa yang membaca shalawat kepadaku ketika pagi sepuluh kali dan ketika sore sepuluh kali maka dia akan mendapatkan syafa’atku pada hari kiamat.” (HR Ath-Thabraniy dengan dua sanad, salah satu sanadnya jayyid, lihat Majma’uz Zawaa`id 10/120 dan Shahih At-Targhiib wat Tarhiib 1/273).
Selain itu Rasulullah SAW bersabda;
"Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama'ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta'ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka'at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan 'umrah, sempurna, sempurna, sempurna." (HR. At-Tirmidziy no.591 dan dihasankan oleh Asy- Syaikh Al-Albaniy di dalam Shahih Sunan At-Tirmidziy no.480, Al-Misykat no.971 dan Shahih At- Targhiib no.468, lihat juga Shahih Kitab Al-Adzkaar 1/213 karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy)
Demikian keutamaan yang terdapat pada dzikir pagi dan petang. Rasulullah SAW senantiasa melaksanakan dzikir pagi dan petang sebagaimana yang telah digambarkan oleh Simak bin Harb yang ditanya oleh Jabir bin Samurah
"Apakah engkau sering menemani Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam duduk?"
Jabir menjawab,
"Iya. Beliau shallallahu alaihi wa sallam biasanya tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa. Sedangkan beliau shallallahu alaihi wa sallam hanya tersenyum saja." (HR. Muslim no. 670)

An Nawawi mengatakan, "Dalam hadits ini terdapat anjuran berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak memiliki udzur (halangan).

Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa dilakukan oleh salaf dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut untuk berdzikir dan berdoa hingga terbit matahari." (Syarh An Nawawi ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)

Para Ulama tidak menafikan keutamaan-keutamaan dzikir petang dan utamanya pada pagi hari setelah shalat subuh berjamaah. Seperti yang dikatakan oleh Ibnu Rajab rahimahumullah:
Ibnu Rajab rahimahullahu berkata:
 Maka tiga waktu ini, 2 waktu di antaranya yaitu awal siang dan akhir siang, telah berkumpul dalam masing-masing dari 2 waktu ini amalan wajib dan amalan sunnah. Amalan wajib yaitu shalat shubuh dan shalat ashar, keduanya adalah 2 shalat lima waktu yang paling afdhal, dinamakan Al-Bardaan yang mana barangsiapa menjaga keduanya maka akan masuk surga, masing-masing dari keduanya ada yang berpendapat bahwa dia adalah shalat Al-Wusthaa Adapun amalan sunnah maka yang dimaksud adalah dzikrullah setelah shubuh sampai matahari terbit, dan setelah ashar sampai tenggelam matahari, dalil-dalil tentang keutamaannya banyak, demikian pula dalil-dalil tentang dzikir pagi dan sore, dan keutamaan dzikir di waktu pagi dan sore" (Al-Mahajjah fii Sair Ad-Duljah hal: 61-62)

Shalafushshaleh dan Ulama pun senantiasa melaksanakan dzikir pagi kemudian dilanjutkan shalat setelah matahari terbit, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, seperti;
Kebiasan Ibnu Mas’ud r.a di pagi hari

Dari Abu Waa'il Syaqiiq bin Salamah Al-Asady rahimahullahu beliau berkata:
"Suatu hari setelah menunaikan shalat shubuh kami berangkat menuju rumah Abdullah bin Mas'ud, setelah sampai kami mengucap salam di depan pintu dan kamipun diizinkan masuk. Akan tetapi kami menahan diri di depan pintu sesaat sehingga keluar seorang budak wanita seraya berkata: Kenapa kalian tidak segera masuk? Maka kamipun masuk dan kami meihat beliau (Abdullah bin Mas'ud) sedang duduk bertasbih, beliau bertanya: Apa yang mencegah kalian masuk padahal sudah diizinkan bagi kalian? Kamipun menjawab: Tidak apa-apa, kami hanya menyangka bahwa ada sebagian anggota keluarga yang tidur. Beliau berkata: Apakah kalian menyangka keluarga Ibnu Ummi 'Abd lalai !?
Beliaupun melanjutkan bertasbih sampai menyangka bahwa matahari telah terbit, kemudian beliau berkata: Wahai budak wanita, lihatlah apakah matahari telah terbit? Maka budak wanita tersebut melihat akan tetapi matahari ternyata belum terbit. Kemudian beliau melanjutkan bertasbih, sampai menyangka bahwa matahari telah terbit, kemudian beliau berkata: Wahai budak wanita, lihatlah apakah matahari telah terbit? Maka budak wanita tersebut melihat dan ternyata matahari telah terbit. Beliau kemudian berkata: Segala puji bagi Allah yang telah memaafkan kita dan tidak mengadzab kita dengan dosa-dosa kita. " (Dikeluarkan oleh Imam Muslim di dalam Kitab Shahih beliau)

Makanan Syeikh Ibnu Taimiyyah

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah:
"Suatu saat aku menghadiri Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah shalat shubuh, kemudian setelah itu beliau duduk berdzikir kepada Allah ta'aalaa sampai mendekati pertengahan siang, kemudian beliau berpaling kepadaku dan berkata: Ini adalah makananku, seandainya aku tidak memakannya maka hilang kekuatanku, atau ucapan yang semakna dengan ucapan ini" (Al-Waabil Ash-Shayyib min Al-Kalim Ath-Thayyib hal:42) 

Semoga kita senantiasa berdzikir kepada Allah dan tidak melewatkan dzikir di pagi dan petang hari. Amiin. Wallahu’alam     

Senin, 27 Februari 2012

Kiat Menulis Skripsi & Tesis : Ikhlas


Oleh : Fathul Khotimah, M.Pd.I

                                             
Kekuatan, semangat, motivasi, adalah lahir dari niat awal ketika ingin mengerjakan suatu aktivitas. Apapun hasil akhir dari karya nyata yang dihasilkan, itulah yang terbaik apabila dilalui dengan proses dan prosedur yang semestinya harus dilalui. Niat pula yang kelak akan menentukkan hasil dari karya seseorang, baik dan buruk hasil karya akan didominasi oleh niat awalnya.
عَنْ أمِريْر اْلمُؤ مِنِيْنَ أبِيْ حَفْصِِ عُمَرَبْنِ الخطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ, قالَ: سَمِعْتُ رَسُوْ لَ الله (ص) يَقوْلُ: اِنَّمَااْلاَ عْمَالُ بَالنِّيَا تِ وَإنَّمَا لِكُلِّ امْر ىِِ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلىَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ , فَهِجْرَتُهُ إلَىاللهِ وَرَسُوْلِهِ. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُ نْيَا يُصِيْبُهَا أومْرَأَ ةِِ يَنْكِحُهَا , فَهِجْرَتُهُ إلَى مَاهَا جَرَ إلَيْهِ.   ( روه بخارى و مسلم)        
”Segala amal itu targantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya itu karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. (HR. Bukhari Muslim)
Pada kalimat ”segala amal hanya menurut  niatnya” yang dimaksud dengan amal di sini adalah semua macam amal yang dibenarkan syariat. Maksudnya, segala macam amal yang dibenarkan syariat yang dilakukan tanpa niat, menjadi tidak bernilai apa-apa.
Niat seseorang itu sebagai penyempurna, maksudnya amal atau aktivitas itu akan menjadi sempurna apabila disertai dengan niat.
Dengan niat yang tertancap serta azam yang kuat, seseorang bisa melalui kesulitan demi kesulitan yang datang bertubi, apapun sifat dan bentuk dari tantangan tersebut serta tidak akan cepat putus asa apabila menghadapi kesulitan.
Al-kisah dua orang murid yang hendak memuliakan gurunya. Murid pertama, punya niat ingin sekali memberi bingkisan untuk sang guru sebagai hadiah. Akan tetapi ia sempat bingung, kira-kira bingkisan apa yang pas yang akan diberikan untuk sang guru, karena ia tergolong orang yang kurang mampu. Akhirnya ia ingat bahwa di rumahnya ia memiliki singkong.
Kemudian, berangkatlah ia ke rumah sang guru sambil membawa singkong. Setelah ia bertemu dengan sang guru dan berbincang, ia minta pamit pulang. Gurunya pun hendak memberi hadiah pula kepada murid tersebut dengan seekor kambing. Akhirnya ia pulang dengan membawa kambing hadiah dari gurunya.
Di perjalanan pulang, ia bertemu dengan temannya yang sama-sama murid dari satu guru tadi. Ia ditanya sama temannya, ”Dari mana kamu?”  ”Kok pulang bawa kambing?”  lalu jawab murid pertama ”Aku baru saja pulang silaturahim dari rumah guru kita”. Lalu ia ditanya kembali. ”Memangnya kamu bawa apa tadi ke sana, kok dibawain seekor kambing?” murid pertama menjawab, ”Aku ke rumah beliau membawa singkong”. Kemudian berlalulah keduanya.
Murid kedua berpikir-pikir dalam benaknya, ”Bawa singkong berbuah kambing, kalau begitu, aku harus datang ke rumah guru dan membawa hadiah yang lebih baik dari singkong, supaya aku dapat hadiah yang lebih baik dari kambing”.  
Berangkatlah murid tersebut ke rumah gurunya dengan membawa martabak dan kue-kue lain yang tergolong mahal, (murid ke dua ini tergolong orang berada dari sisi ekonomi). Setelah sampai di rumah sang guru bercerita laiknya orang bertamu lainnya. Singkat cerita ia pamit pulang kepada sang guru. Sang guru pun sama memberikan hadiah pada murid ke dua ini. Murid ini diberi hadiah oleh sang guru dengan membawa pulang singkong yang dihadiahkan dari murid pertama tadi. Kemudian  pulanglah murid ke dua ini sambil menyesali dirinya, yang tadinya berharap mendapatkan yang lebih baik dari kambing.
Kita bisa lihat dan mengambil pelajaran dari kisah di atas. Betapa keduanya sama-sama memberi hadiah kepada guru mereka. Keduanya sama-sama datang ke rumah sang guru. Akan tetapi kedua murid tersebut memiliki dua kepentingan yang berbeda. Yang pertama memiliki rasa semata-mata memberi tanpa pamrih, sedangkan yang kedua memiliki rasa pamrih dari pemberiannya, sekalipun pemberiannya itu secara kasat mata lebih baik dari yang pertama. Akan tetapi di sinilah makna dari keutamaan niat yang ikhlas dari awal. Betapapun sulit dikerjakan mengingat kondisi yang tidak memungkinkan, akan tetapi apabila memiliki niat yang baik dan keyakinan mendalam akan balasan yang lebih baik hanya dari Allah SWT bukan dari yang lainnya.
Hendaknya setiap muslim memiliki keyakinan bahwa dalam beraktivitas sehari-hari tancapkanlah dalam-dalam di relung hati bahwa ”saya bekerja, dihargai maupun tidak dihargai, saya tetap hamba Allah SWT. Dengan demikian makna niat yang baik dan ikhlas tidak mempengaruhinya dari fluktuasi penghargaan dari manusia, ia akan bekerja secara stabil karena ia yakin betul akan balasan yang setimpal dari Rabbnya, serta etos kerjanya tidak tertumpu pada fluktuasi penghargaan manusia pada dirinya, yang apabila tidak mendapat penghargaan manusia ia hanya akan membawa kekecewaan dan stres belaka, na’udzubillah.  
 Demikian halnya dengan ilmuan Islam, hendaknya menjadikan aktivitas penelitiannya semata-mata untuk mendekatkan diri pada Sang Penciptanya. Mempersembahkan penelitiannya untuk kepentingan umat manusia, karenanya penelitian hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan dalam masyarakat keilmuan yang berlaku.
         Dengan begitu akan terhindar dari praktek-praktek plagiarisme dalam penelitian. karena dalam pribadi para ilmuan muslim telah tertanam jauh di lubuk hatinya dan telah dinyatakan setiap harinya sebanyak lima kali yaitu dengan kalimat:
اِ نَّ صَلا ةِ وَنُسُكِى وَ مَحْيَا يَ وَ مَمَاتِ لِ اللهِ رَبِّ ا ْلعَالَمِيْن  
Sesungguhnya shalatku, dan ibadahku, dan hidupku, dan matiku hanya untuk Rabb sekalian alam”.
         Kalimat di atas mengandung makna yang mendalam. Dalam kata ”hidupku” yang dimaksud adalah segala aktivitas hiruk-pikuk kehidupan dari yang terkecil sampai yang terbesar adalah muaranya hanya teruntuk Allah SWT. Betapapun padatnya aktivitas yang dijalaninya, namun apabila di dalamnya tidak ada unsur dan nilai ibadah semua akan sia-sia. Karenanya segala aktivitas hendaknya niatkan untuk ibadah dan ketaatan pada Tuhan.
         Kalimat di atas merupakan keharusan yang melandasi seluruh aktivitas kehidupan termasuk civitas akademika setiap ilmuan Muslim.   
         Adapun apabila mendapatkan penghargaan dari penelitiannya atau mendapat nobel atau sejenisnya..hal itu lebih dikarenakan sebagai imbas dari hasil kerjanya yang benar.
         Begitu pentingnya makna niat ikhlas, sehingga para ulama tidak jarang yang menulis buku karangannya mengawalinya dengan menuliskan hadits ini.
         Diharapkan dengan mengawali menulis hadits tersebut dalam  buku kecil ini, akan meluruskan niat para peneliti khususnya para peneliti muslim. Bahwa hanya dengan memiliki niat yang ikhlas, apapun proses yang akan dilalui sekalipun kesulitan dalam penelitian nanti, ia akan terus membobol kesulitan tersebut sampai mendapatkan kesuksesan dalam penelitiannya, dengan bekal niat yang ikhlas, ketaatan dan ketundukan penuh hanya pada Allah SWT, serta memiliki tanggung jawab moral yang tinggi di tengah-tangah masyarakatnya.   


Sabtu, 25 Februari 2012

Islam itu Modern, Gak Percaya?


Oleh Abu Aisyah

Friends....
Salah satu ciri orang modern adalah pintar karena ilmu dan pengetahuannya luas. Agar bisa jadi orang yang pintar, kita tentu harus rajin menuntut ilmu. Iya, kan?
Nah, hal ini sejalan banget sama Al-Quran maupun Al-Hadits. Kamu tentu masih ingat, ayat Al-Quran yang pertama kali turun adalah Iqra, yang artinya “bacalah”. Ini bukan cuma perintah untuk membaca buku pelajaran sekolah, lho. Membaca di sini luas banget deh pengertiannya.
Kalo kita mempelajari proses pertumbuhan pohon, itu juga membaca namanya. Kalo kita memikirkan kenapa bintang bisa bercahaya dan berkelap-kelip, itu juga membaca namanya. Dan seterusnya dan seterusnya.
Jadi, pengertian membaca pada ayat pertama Al-Quran itu luas banget, deh. Dengan membaca kita jadi pintar, tahu banyak hal, dan bisa mengikuti perkembangan jaman.
Nah, kita udah mendapatkan salah satu bukti bahwa Islam itu agama modern!
Dari hadits nabi disebutkan bahwa mencari ilmu itu dari mulai lahir (mahdi) hingga dikubur (lahdi), wah long life education banget dong.
Bahkan sewaktu Nabi masih tinggal di Madinah beliau telah membuka "Akademia" yang bernama Ahlu Suffah, di mana mereka tugasnya hanya menuntut ilmu dari Nabi dengan mencatat hadits-hadits yang disebutkan. Dan di antara alumni "akademia" ini adalah Abu Hurairah sebagai Profesor di bidang Hadits.
Kegiatan ilmiah ini terus berlanjut pada masa-masa berikutnya, dan kamu bisa baca deh Golden Age-nya Islam.  
Begitulah (bacanya sambil mendesah yah...) Islam itu paling konsen dengan ilmu pengetahuan, sehingga nggak heran kalau Islam telah memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan modern.  
*     *     *
Friends....
Ciri orang modern lainnya adalah menguasai (atau paling enggak tahu) ilmu pengetahuan dan teknologi. Itulah sebabnya kita dituntut sama ortu kita untuk sekolah setinggi-tingginya. Kalo kita enggak sekolah, gimana caranya kita bisa mengikuti perkembangan jaman. Iya enggak, sih?
Nah, ternyata di Al-Quran itu banyak banget lho, ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan. Ini dia beberapa di antaranya[1]:
Proses penciptaan manusia
“Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dari saripati tanah. Kemudian Kami ciptakan saripati itu (menjadi) mani (yang tinggal) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami ciptakan menjadi segumpal darah, lalu menjadi segumpal daging dan (pada) segumpal daging itu Kami ciptakan tulang-belulang, lalu tulang-belulang itu Kami tutup dengan daging. Kemudian kami ciptakan ia berbentuk yang lain (manusia yang sempurna). Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Ulung.” (Al Mukminun: 12 – 14)
Ayat ini merupakan dasar dari ilmu kedokteran mengenai proses pertumbuhan bayi di dalam kandungan ibunya. Di sini Allah SWT juga menegaskan bahwa hanya Zat Yang Maha Pintar yang bisa menciptakan makhluk sesempurna manusia.
Selain itu dalam ayat yang lain dikatakan "Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim". QS Luqman ayat 34.
Maksud dari ayat ini adalah bahwa ada beberapa ilmu pengetahuan yang itu hanya milik Allah saja, sementara ada pula ilmu pengetahuan yang diberikan kepada manusia.
Contohnya nih, kalau zaman dulu khan kita ngga tahu, apakah janin yang ada dalam rahim itu laki-laki atau perempuan? Namun kini, dengan di-USG kita bisa melihat jenis kelamin dari janin tersebut, walaupun terkadang ada yang meleset.
Namun yang pasti bahwa Al-Qur'an mengabarkan bagaimana proses penciptaan manusia dalam rahim, nah ini tentu menjadi tugas umat Islam (termasuk saya, kamu dan kita semua) untuk meneliti lebih jauh. Nah... pertanyaan yang muncul adalah, apa ada kita suci yang berbicara seperti ini selain Al-Qur'an?    
Mengenai tumbuh-tumbuhan
“Tuhan yang telah menjadikan bumi sebagai hamparan (tempat kamu tinggal) dan langit (ibarat) atap. Allah menurunkan hujan dari langit. Dengan air hujan itu tumbuh dan keluarlah buah-buahan rejeki untukmu....” (Al-Baqarah: 22)
Dari ayat di atas, kita mengetahui bahwa salah satu fungsi air hujan adalah untuk menumbuhkan buah-buahan dan tumbuh-tumbuhan yang bisa kita gunakan untuk kebutuhan kita sehari-hari (bisa dimakan dan sebagainya).
Pada ayat berikut ini, kita bisa mengetahui proses perkembangbiakan tumbuh-tumbuhan yang dibantu oleh angin.
“Dan Kami tiupkan angin untuk mengawinkan tumbuh-tumbuhan....” (Al-Hijr: 22)
Ini tentu sesuai banget kan, sama pelajaran biologi yang kita dapatkan di sekolah?
Selanjutnya, ayat berikut bercerita tentang manfaat air untuk menyuburkan negeri yang kekeringan karena kemarau.
“Dan Yang menurunkan hujan dari langit (awan yang mendung) menurut ukuran. Maka Kami hidupkan negeri yang mati (dengan air hujan itu). Demikianlah kamu akan dibangkitkan.” (Az Zukhruf: 11)
Walaupun zaman sekarang para ilmuwan mampu membuat hujan buatan, namun tetap saja masalah kapan akan turun hujan nggak ada yang tahu, belum lagi kapan badai berlalu, (ini sih mirip judul lagu...).
Yang pasti dalam proses turunnya hujan telah disebutkan secara rinci dalam Al-Qur'an, di sana adanya kekuatan Allah yang membuat hujan, namun tidak menutup adanya hukum sebab akibat. Sehingga manusia berhak untuk meneliti bagaimana hujan itu  terbentuk dan akhirnya turun ke bumi. So... apa ada kitab suci yang kaya' gini?  
Manfaat bintang di langit buat pelayaran (kapal laut dan nelayan)
“Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang agar kamu mendapat petunjuk (pedoman) dalam (perjalanan) di gelap gulita di daratan dan dalam (berlayar) di lautan yang gelap....” (Al-An’aam: 97)
Wah, cocok banget deh ayat ini sama kehidupan para pelaut. Coba kamu bayangkan jika para nelayan berada di tengah-tengah laut di malam hari yang gelap gulita. Mereka enggak tahu ke arah mana mereka harus berlajar. Subhanallah! Allah Maha Pintar.
Dia menciptakan langit yang bertaburan bintang-bintang. Bintang-bintang itulah yang dijadikan oleh nelayan dan para pelaut lainnya untuk mengetahui arah mata angin. Jadi, mereka enggak bakal kesasar ke tempat lain.
Ngomongin soal bintang, tapi bukan bintang yang TV lho, ternyata dalam Al-Qur'an ada surat yang bernama An-Najm yang berarti bintang, kemudian ada juga Al-Buruj yang berarti gugusan bintang-bintang. Kalau ngomongin tentang ayatnya jangan tanya deh, pokoknya dijamin banyak.
Selain sebagai penunjuk arah, bintang-bintang dilangit juga sebagai hiasan langit lho, simak deh firmanNya :
"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan binatang- binatang, dan Kami jadikan binatang- binatang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala"
Kata para ahli tafsir ini (tau khan?) menunjukan bahwa bintang itu juga berfungsi sebagai aksesoris langit, tapi kayaknya ga cuman itu deh, dan ini nih.... tugas kamu untuk menyingkap rahasinya, siapkan?
Selain itu bintang sebagai alat pelempar syetan, wow, keren gak? dua jenis ilmu pengetahuan diramu sekaligus, yaitu ilmu empiris yang harus kita observasi plus ilmu agama yang harus kita yakinin, hasilnya ruuuuaaaar biasa.....  
Manfaat peredaran bulan dan bumi
“Dialah yang telah menciptakan matahari yang bersinar (memberi sinar) dan bulan yang bercahaya (menerima sinar matahari). Dan ditentukanNya manazil-manazil (tempat-tempat waktu peredaran bulan itu) supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu)....” (Yunus: 5)
Karena kita tinggalnya di bumi, maka Al-Qur'an banyak sekali membahas tentangnya, ayat di atas dan di bawah sebagai contohnya (bingung khan lihat atas bawah ) benar, friends itu menunjukan bahwa Al-Qur'an memang tiada duanya....yang paling penting adalah ternyata semua itu tidak serampangan dibuat, semua itu pasti ada manfaatnya, dan belum semuanya terungkap. 
“Mereka bertanya kepadamu tentang (besar kecilnya) bulan. Katakanlah, ‘Bulan itu menunjukkan tanda-tanda waktu bagi manusia dan (untuk menentukan waktu) haji....” (Al Baqarah: 189)
Subhanallah! Kedua ayat di atas menceritakan hal-hal yang udah kita pelajari di sekolah.
Pertama, matahari memiliki sinar sendiri, sedangkan bulan hanya memantulkan cahaya yang berasal dari bulan.
Kedua, manusia bisa menentukan pergantian detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, dan abad. Dari mana manusia menentukan ini? Tak lain dan tak bukan dari peredaran bumi (mengitari matahari) dan bulan (mengitari bumi). Dengan kata lain, peredaran bumi dan bulan antara lain bermanfaat dalam pembuatan kalender di rumah kita! Melalui peredaran bulan pula kita bisa menentukan kapan tibanya bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Lebaran Haji.
Coba kamu bayangkan, kalau kita tinggal di planet yang mempunyai satelit (sejenis bulan) lebih dari satu, bingung khan ngitung hari dan bulan serta tahun.
Bukan cuma itu, perputaran matahari, bumi dan bulan ternyata menjadi semacam hukum alam yang dapat dijadikan prediksi kapan terjadi gerhana matahari, gerhana bulan atau musim panas dan musim hujan, lengkap to'...?
Mengenai gravitasi
Gravitasi adalah salah satu hukum alam yang menyebabkan manusia bisa “menyentuh” bumi. Kalo gak ada gravitasi, tubuh kita cuma bisa melayang-layang di udara, kayak balon gas. Bisa-bisa kita saling bertabrakan, iya khan?
Pokoknya gak kebayang deh kalau ngga ada gaya gravitasi, cuman ada nggak yah ayat yang berbicara tentang hal ini?
Nah, ini dia ayat Al-Quran yang menjelaskan soal gravitasi.
“....Dan Dialah yang menahan (isi) ruang angkasa sehingga tidak jatuh ke bumi (dengan kekuatan gravitasi yang diciptakanNya) kecuali dengan izinNya....” (Al Hajj: 65)
Ayat ini kesannya berbicara tidak hanya garvitasi yang dimiliki bumi saja, namun bintang-bintang di ruang angkasa juga memiliki gaya gravitasi tersendiri, apa benar demikian? kayaknya kita tunggu kontribusi kamu semua di bidang ini ?
Matematika Al-Qur'an
Wuih, ada-ada saja penulis buku ini, enggak friends, saya serius, ini adalah salah satu bukti nyata bahwa Al-Qur'an itu benar-benar wahyu dari Allah. Kamu yang keranjingan dengan matematika kudu pantengin tulisan ini.
Yup, satu di antara matematika Al-Qur'an adalah tentang kodetifikasi bilangan prima. Hah... bilangan prima? "gue nyerah deh". Gak apa-apa tapi coba deh perhatikan bagi yang serius membaca dan menghayatinya akan tahu dan akan menemukan contoh-­contoh struktur bilangan prima dari ratusan struktur yang ada.
Istimewa sekali karena struktur tersebut menggunakan bilang­an prima kembar, di samping ujicoba dengan menggunakan Hukum Benford untuk "melihat keaslian" Al-Quran.
Apa benar dalam al-Qur'an terdapat kodetifikasi tertentu?
Mana mungkin dalam kitab "antik" ada struktur matematika­nya?  
Paling tidak, terdapat dua ayat yang memberikan informasi bagi kita bahwa al-Qur'an diturunkan dengan "hitungan".
Pertama, dalam Surat al-Jinn, Tuhan menciptakan segala se­suatu (kejadian dan semua objek di alam semesta) dengan "hitungan yang teliti satu persatu", yaitu dari kata Arab, 'adad.
"Supaya Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-risalah Tuhannya, sedang sebenarnya ilmu­Nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu per satu. (QS al-Jinn 72 : 28)
Esensi ayat ini adalah bahwa ilmu Tuhan meliputi segala sesuatu, tidak ada yang tertinggal. Semua kejadian, objek alam, penciptaan di bumi dan langit, dan struktur Al-Quran tidak ada yang kebetulan. Semuanya ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti. Sebenarnya bila diketahui, (sebagian) ilmu tersebut meliputi risalah-risalah yang disampaikan dan ilmu yang ada pada para Rasul.  
Kedua, Al-Quran menjelaskan bahwa untuk menambah keimanan para pembaca kitab (Yahudi, Kristen, Islam, dan lain­nya), maka ia memberikan kita "enkripsi" atau "kode" bilangan 19.
Dalam bahasa Al-Quran disebut "suatu perumpamaan yang sangat aneh", atau matsal. Berguna untuk menambah keimanan dan keyakinan bagi para pembaca yang serius, berpikir terbuka, dan beriman, tetapi menambah kebingungan bagi orang-orang yang berprasangka, tertutup dan "menentang" kitab.
Keterangan tersebut dimulai ketika kita membaca Surat al­Muddatstsir:
"Neraka (saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (19) penjaga " (al-Muddatstsir 74: 29-31)
Dari situ, angka 19 menjadi "perumpamaan yang aneh" atau matsal bagi para ilmuwan yang membaca Al-Quran. Kare­na ditemukan ratusan struktur matematis yang berhubungan dengan bilangan prima.
Struktur matematis al-Quran sangat bervariasi, tetapi yang penting diperlihatkan adalah struktur bilangan prima kembar 19.  Struktur pertama berhubungan dengan jumlah surat dan banyaknya juz dalam Al-Quran. Jumlah surat di dalam al­-Qur'an adalah 114. Angka 114 adalah angka ajaib, karena bilangan prima ke-114 adalah 619, dan 114 adalah (6 x 19). Bilangan 619 merupakan prima kembar dengan pasangan 617. Kita ketahui pula, isi al-Quran terbagi dalam 30 juz. Angka 30 adalah bilangan komposit yang ke-19, yaitu: 4, 6, 8, 9,10,12,14, 15, 16, 18, 20, 27, 22, 24, 25, 26, 27, 28, 30. 
Al-Qur'an terstruktur dalam bentuk 6 x (10 + 9), yaitu 60 surat dengan nomor ayat-ayat yang genap, dan 54 surat dengan nomor ayat-ayat yang ganjil. Contohnya adalah al-Fatihah dengan 7 ayat berarti surat dengan ayat ganjil. Tetapi al-Baqarah dengan 286 ayat merupakan surat dengan ayat genap.
Prof. Abdullah Jalghoom dari Yordania menemukan suatu ketentuan paritas dengan kondisi di atas; jumlah ke-60 surat dengan ayat-ayat genap adalah 3.450 atau (345 x 10) dan jumlah nomor surat ke-54 dengan ayat-ayat ganjil adalah 3.150 atau (345 x 9). Total jumlah nomor surat adalah 6.555 atau (345 x 19). Dari sisi matematis, bilangan tersebut adalah 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6+7+....+114=6.555.[2] 
Ekonomi Islam
Wah ini nih, keahlian saya. Soalnya kalau ngomongin tentang ekonomi pasti UUD (Ujung-Ujungnya Duit) dengan modal sedikit mungkin memperoleh laba sebanyak-banyaknya. Oke prinsip itu gak seratus persen salah, tapi gak juga benar. Cuman kita bukan ngomongin tentang itu.
Friends ......
Justru kita ngomongin tentang bagaimana norma-norma dalam Al-Qur'an yang menjadi dasar bagi berbagai kegiatan ekonomi yang ada, ini buat nunjukin sama kamu bahwa Al-Qur'an mengatur masalah ekonomi juga. Nggak heran khan kalau akhir-akhir ini trend ekonomi Islam terus berkembang.
Di antara ayat yang berdimensi ekonomi adalah firmanNya : "Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" QS Al-Baqarah ayat 75.
Ayat ini sebagai pedoman dalam bermuamalah dalam Islam, selain ayat tersebut puluhan ayat yang berdimensi ekonomi bertebaran dalam Al-Qur'an. Tinggal buat kamu yang ingin mendalaminya, benar, kita tunggu kamu untuk menjadi ekonom muslim.  
*     *     *
Friends....
Ayat-ayat di atas cuma segelintir aja lho, dari ayat-ayat Al-Quran yang membahas ilmu pengetahuan. Kalo kamu membaca Al-Quran, kamu akan menemukan lebih banyak lagi di sana.
Dari contoh-contoh di atas, kita jadi tahu bahwa Al-Quran itu sangat sesuai dengan teori-teori ilmu pengetahuan yang kita dapatkan di sekolah, atau yang didapatkan kakak-kakak kita di bangku kuliah.
Islam sama sekali enggak kuno, karena kitab suci kita –Al-Quran– justru berisi banyak sekali ayat yang memerintahkan kita untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.
*     *     *
Dalam hadits nabi (tahu hadits khan? Tul, hadits adalah setiap ucapan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW) banyak sekali disebutkan tentang pentingnya mencari ilmu, misalnya nih beliau pernah bersabda "Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim". Maksudnya yah jelas, mencari ilmu itu wajib bagi setiap orang Islam, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Dari sini kita gak bisa komentar lagi, bahwa Islam itu sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, dengan memerintahkan para pemeluknya untuk mencari ilmu. So.... apa itu bukan modern namanya?
Bukti di atas baru secuil friends dari modernnya Islam dan hukum-hukumnya. Kamu yang ingin tahu lebih banyak coa deh baca-baca tentang kaidah-kaidah hukum Islam.
Intinya adalah bahwa setiap bagian hukum Islam akan selalu up to date every time and every where, suer deh.


[1] Terjemahan ayat-ayat Al-Quran di sini diambil dari buku Tafsir Rahmat, H. Oemar Bakry, cetakan/ 1983.
[2] Buat kamu yang pengin tahu lebih dalam, baca aja buku karangan Arifin Muftie "Matematika  Alam  Semesta , Kodetifikasi Bilangan Prima dalam Al-Qur'an" Cetakan I, Rabiulawal 1425/Mei 2004 Diterbitkan oleh: PT Kiblat Buku Utama Bandung