Sabtu, 31 Agustus 2013

Biografi Imam As-Suyuti


Pendahuluan

Sumber utama mengenai riwayat hidup Imam Suyuti rohimahullah adalah kitab beliau yang berjudul "Husnul Muhadloroh Fi Tarikhi Mishr Wal Qohiroh", satu kitab mengenai sejarah negara mesir secara umum dan kota Kairo secara khusus. Dalam kitab tersebut beliau juga menjelaskan secara rinci menegenai hal-hal yang berkaitan dengan beliau mulai dari kelahiran beliau, nasab, masa-masa belajar dll. Beliau menulis kitab ini pada umur 66 dan saat itu kitab yang beliau tulis sudah mencapai 300 judul selain kitab-kitab yang tidak jadi diedarkan karena beliau koreksi kembali.

Alasan beliau menulis sendiri biografinya adalah karena mengikuti para ulama' ahli hadits (muhadditsin) terdahulu, dimana saat mereka menulis kitab yang menjelaskan sejarah suatu daerah atau menjelaskan tentang biografi para tokoh terkenal mereka juga menuturkan biografi mereka sendiri dalam kitab tersebut. Beliau mencontohkan diantara ulama' yang meuturkan biografinya sendiri adalah;

1. Al-Hafidh Abul Hasan Abdul Ghofir Al-Farisi An-Naisaburi dalam kitab beliau yang menjelaskan tentang biografi ulama’-ulama’ Naisabur, daerah yang kini masuk dalam kawasan negara Iran, berjudul “As-Siyaq Li Tarikh Naisabur” yang lebih dikenal dengan nama “Tarikh Naisabur”.

2. Syaikh Yaqut Al-Hamawi dalam kitab beliau; “Irsyadul Arib Ila Ma’rifatil Adib” atau yang lebih dikenal dengan nama "Mu'jamul 'Udaba'. Kitab yang menuturkan biografi para sastrawan.

3. Lisanuddin bin Al-Khothib dalam kitab “Al-Ihathoh Fi Akhbari Ghornathoh” yang menjelaskan sejarah Granada, provinsi yang berada didalam kawasan otonomi Andalusia, Spanyol.

4. Al-Hafidh Taqiyyuddin Al-Fasi dalam kitab-kitab beliau yang menjelaskan sejarah kota Mekah, seperti “Al-‘Aqduts Tsamin Fi Tarikh Baladil Amin”, “Syifa’ul Ghorom Bi Akhbari Baladil Harom” dan ‘Az-Zuhur Al-Muqtatho’ah Min Tarikh Makkah Al-Musyarrofah”.

5. Al-Hafidh Abul Fadhl Ibnu Hajar dalam kitab yang menjelaskan mengenai biografi hakim-hakim Mesir yang berjudul “Rof’ul Ishr ‘An Qudlot Mishr”.

6. Syaikh Abu Syamah dalam kitab beliau “Ar-Roudlotain Fi Akhbarid Daulatain An-Nuriyah Was-Sholahiyah”. KItab yang mengisahkan sejarah kesultanan Sultan Nuruddin Zanki dan Sultan Sholahuddin Al-Ayyubi, dua sultan yang berjasa besar dalam perang salib.

Imam Suyuthi menjelaskan alas an beliau tersebut agar tidak dianggap bahwa menulis riwayat hidup dalam satu kitab yang ditulis sendiri adalah sesuatu yang aneh sebab hal seperti itu sudah dilakukan oleh ulama’-ulama’ sebelum beliau, bahkan diantara mereka terdapat nama Syaikh Abu Syamah, seorang ulama’ yang terkenal wira’i dan zuhud.

Nama dan Nasab

Nama dan nasab beliau adalah; Abdurrohman bin Al-Kamal Abi Bakar bin Muhammad Sabiquddin bin Al-Fakhr bin Nadhiruddin Muhammad bin Yusufuddin bin Khodhir bin Najmuddin Abis Sholah Ayyub bin Nashiruddin Muhammad bin Syaikh Hammamuddin Al-Hammam Al-Khudloiri Al-Asyuthi.

Khudloiri yang menjadi nisbat bagi keluarga beliau berasal dari nama daerah Al-Khudloiriyah, satu kawasan di Baghdad, Irak dimana kakek tertinggi beliau dahulu tinggal disana. Kakek tertinggi beliau adalah  Hammamuddin, beliau termasuk ulama’ ahli ilmu hakekat (ahlul haqiqoh) dan termasuk salah satu guru-guru tarekat (masyayikhut thoriqoh).

Anak cucu dari Syaikh Hammam kebanyakan menjadi tokoh dan memiliki kedudukan dalam pemerintahan didaerahnya masing-masing, diantara mereka ada yang terjun dalam bidang kehakiman, bidang keamanan, pedagang dalam pemerintahan Amir Syaikhun, membangun madrasah di Asyuth, dan mewakafkan beberapa wakafan, selain itu ada juga yang menjadi konglomerat. Diantara keturunan Syaikh Hammam hanya ayah Imam Suyuthi yang mengabdikan dirinya dalam bidang ilmu keagamaan.

Masa Kelahiran dan Pertumbuhan

Imam Suyuthi dilahirkan seusai Maghrib pada malam Ahad awal bulan Rajab pada tahun 849 H. bertepatan pada bulan September tahun 1445 H M.. Saat masih kecil ayah beliau pernah mengajaknya mengunjungi syaikh Muhammad Al-Majdzub seorang pembesar para wali dimasa itu yang bermukim di samping Masyhad An-Nafisi, yang kemudian mendo’akan keberkahan kepada beliau. Beliau tumbuh dalam keadaan yatim, sebab ayah beliau meninggal pada tahun 855 H,. Sebelum wafat, ayah beliau berwasiat kepada Syaikh Kamaluddinn bin al-Hammam untuk  menjaga dan mengurus serta mendidik beliau.

Masa - Masa Belajar

Belum genap berusia 8 tahun, beliau telah hafal al-Qur’an, selain itu  beliau juga telah hafal kitab al-‘Umdah (Umdatul Ahkam, kitab yang menjelaskan mengenai dalil-dalil hukum karya Syaikh Ibnu Daqiqi Al-‘Id), kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu fiqih (Minhajut Tholibin, kitab fiqih madzhab Syafi’i karya Imam Nawawi), dan kitab Al-Minhaj dalam cabang ilmu ushul (Minhajul Wushul Ila ‘Ilmil ‘Ushul, kitab ushul fiqih karya Imam Baidlowi) serta kitab Alfiyah Ibnu Malik dalam cabang ilmu bahasa arab.

Pada awal tahun 864 H. beliau mulai menyibukkan diri dengan pendalaman ilmu agama Imam Suyuthi belajar Fikih dan Nahwu dari beberapa ulama besar di masa itu. Beliau secara khusus belajar ilmu Faroidh kepada syaikh Al-‘Allamah Syihabuddin Asy-Syarmasahi , seorang ulama’ yang telah mencapai usia lebih dari seratus tahu, pada Syaikh Syihabuddin Asy-Syarrnasahi beliau juga belajar kitab Al-Majmu’.

Diantara ulama’ yang pernah menjadi guru beliau dalam ilmu fiqih adalah Syaikhul Islam ‘Alamuddin Al-Bulqini, Dibawah bimbingan Imam Bulqini, beliau mempelajari kitab-kitab berikut ini;

1. “At-Tadrib”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Sirojuddin Al-Bulqini, ayah dari Syaikh ‘Alamuddin Al-Bulqini. Kitab ini ditulis untuk dipersembahkan kepada putranya, yaitu Imam Bulqini, namun penulisannya hanya sampai pada bab rodlo’ (persusuan). Imam Suyuthi mempelajari kitab ini mulai dari awal kitab sampai bab wakalah,

2. “Al-Hawi Ash-Shoghir”, kitab fiqih madzhab syafi’i karya Syaikh Najmuddin Al-Qozwini yang meringkas kitab Syarah Al-Kabir karya Imam Rofi’i, kitab ini ditulis untuk anak beliau yang bernama Muhammad, dalam madzhab syafi’i jika disebutkan kitab “Al-hawi” maka yang dimaksud adalah kitab “Al-Hawi Ash-Shoghir” karya Imam Qozqini, bukan “Al-Hawi Al-Kabir” karya Imam Mawardi. Imam Suyuthi mempelajari kitab ini sampai bab iddah.

3. “Minhajut Tholibin”, salah satu kitab paling populer dan menjadi rujukan utama dalam fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi. Imam Suyuthi mempelajari mempelajari kitab ini sampai bab zakat.

4. “At-Tanbih”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Abu Ishaq Asy-Syairozi, kitab ini merpakan salah satu dari 5 kitab yang paling banyak dipakai pada masa Imam Nawawi, 5 kitab yang dimaksud adalah Mukhtashor Muzani, Al-Wasith, Al-Wajiz, At,Tanbih dan Al-Muhadzdzab. Imam Suyuthi mempelajarikitab ini hampir mendekati bab zakat.

5. “Roudlotut Tholibin”, kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Nawawi, kitab ini merupakan ringkasan dari kitab “Syarah Al-Kabir” karya Imam Rofi’i dengan menghilangkan dalil-dalilnya dan juga mencantumkan beberapa pendapat Imam Nawawi yang berbeda dari Imam Rofi’i. Imam Suyuthi mempelajari sebagian bab qodho’ (keputusan hakim) dari kitab ini.

6. “Takmilah Syarah Al-Minhaj”, kitab ini merupakan kitab fiqih madzhab syafi’i yang ditulis oleh Imam Zarkasyi, kitab ini adalah penyempunaan dari kitab “Kafil Muhtaj Ila Syarhil Minhaj” yang ditulis oleh guru beliau, Imam Al-Isnawi, Imam Isnawi menulis kitab tersebut hanya sampai bab musaqoh dan wafat sebelum menyelesaikannya, kemudian Imam Zarkasyi melanjutkan penulisannya samapai selesai

Setelah Imam Bulqini meninggal pada tahun 878 H. beliau belajar kepada Syaikhul Islam Syarofuddin Al-Munawi, dibawah asuhan Syaikh Munawi beliau belajar sebagian kitab “Al-Minhaj” dan kitab “Syarah Al-Bahjah” sekaligus kitab hasyiyahnya, selain juga mempelajari kitab “Tafsir Al-Baidhowi”.

Dalam cabang ilmu hadits dan bahasa arab beliau belajar kepada Imam Taqiyyuddin Asy-Syamanli Al-Hanafi selama 4 tahun, Imam Suyuthi merupakan salah satu murid kesayangan Imam Syamanli yang diakui kepiawaiannya dalam ilmu bahasa arab dan ilmu hadits dan menuliskan kata pengantar untuk kitab “Syarah Alfiyah Ibnu Malik” dan “Jam’ul Jawami’ Fil Arobiyyah” yang ditulis oleh Imam Suyuthi.

Imam Suyuthi juga merupakan murid yang kritis, pernah suatu ketika beliau membaca hasyiyah kitab “Asy-Syifa” yang ditulis oleh gurunya, Imam Syamanli, dalam kitab itu gurunya menuliskan hadits yang diriwayatkan oleh Abul Jamro’ mengenai kisah isro’ dikeluarkan oleh oleh Imam Ibnu Majah, setelah beliau cari hadits tersebut di kitab Ibnu Majah dan sudah beliau baca kitab mulai awal hingga akhir sampai 3 kali beliau tidak menemukan hadits tersebut, setelah mencari dikitab-kitab hadits lainnya beliau menemukan hadits tersebut ada di kitab “Mu’jamus Shohabah’ karya Ibnu Qoni’. Mendapati hal seperti itu beliau menghadap kepada gurunya untuk memberitahukan hal tersebut, seketika itu pula gurunya mengambil pena dan mengganti tulisan “Ibnu Majah” dengan “Ibnu Qoni’”.

Guru beliau yang lain adalah Syaikh Muhyiddin Al-Kafiji selama 14 tahun, selama belajar kepada Syaikh Al-Kafiji beliau mempelajari berbagai cabang ilmu mulai dari tafsir, ushul, bahasa ‘arab dll, selain itu beliau juga memperoleh banyak ijazah dari gurunya.

Selain itu beliau juga menghadiri beberapa kali pengajian Syaikh Saifuddin Al-Hanafi yang mengajarkan kitab;

1. “Al-Kasysyaf”, kitab tafsir  yang menjadi salah satu rujukan utama untuk mngetahui kandungan balaghoh dalam al-qur’an. Judul asli kitab ini adalah “Al-Kasysyaf An Haqoiq Ghowamidlit Tanzil Wa Uyunil Aqowil Fi Wujuhit Ta'wil”.

2. “Audlohul Masalik Syarah Alfiyah Ibnu Malik” atau yang lebih dikenal dengan nama “At-Taudlih”, kitab nahwu karya Ibnu Hisyam yang merupakan syarah kitab Alfiyah Ibnu Malik,  beserta hasyiyahnya, “At-Tashrih Bi Madlmunit Taudlih” yang biasa disebut “At-Tashrih Alat-Taudlih” karya Syaikh Kholid Al-Azhari.

3. “Talkhishul Miftah” kitab karya Imam Jalaluddin Muhammad bin Abdurrohman Al-Qozaini Asy-Syawini yang menjelaskan tentang sastra bahasa arab, kitab ini merupakan ringkasan kitab “Miftahul Ulum” karya Syaikh Abu Ya’qub As-Sakaki.

4. “Al-Adhud”
Guru-Guru Imam Suyuthi

Imam Suyuthi memiliki banyak sekali guru yang tak terrtandingi jumlahnya pada masa beliau hidup. Berikut ini nama-nama guru Imam Suyuthi yang paling masyhur baik laki-laki maupun perempuan;

A. Guru - Guru Laki-Laki

1. Syaikh Ahmad bn Ibrohim bin Nashr bin Ahmad bin Muhammad bin Abul Fath Al-Kinani Al-Asqolani Al-Qohiri Ash-Sholihi Al-Hanbali.

2. Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Ali bin Abu Bakar Asy-Syarimsahi Asy-Syafi’i.

3. Syaikh Taqiyyuddin Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Hasan bin Ali bin Yahya Ats-Tsumunni.

4. Syaikh Taqiyyuddin Asy-Syibli Al-Hanafi, beliau adalah guru Imam Suyuthi dalam bidang hadits.

5. Imam ‘Alamuddin Al-Bulquni; Sholih bin Umar bin Ruslan.

6. Syaikh Abdul Aziz bin Abdul Wahid bin Abdulloh bin Muhammad Al-Izz bin At-Taj At-Takruri Asy-Syafi’i.

7. Syaikh Abul Fadl Abdul Aziz bin Muhammad bin Muhammad bin Al-Izz Al-Miqoti.

8. Syaikh Abdul Qodir bin Abul Qosim bin Ahmad bin Muhammad bin Abdul Mu’thi Al-Anshori As-Sa’di Al-Ubadi Al-Maliki.

9. Imam Jalaluddin Al-Mahalli; Muhammad bin Ahmad bin Ibrohim Al-Mahalli Asy-Syafi’i.

10. Syaikh Muhammad bin Sulaiman bin Sa’ad bin Mas’ud Ar-Rumi Al-Bar’Ami Al-Kafiji Al-Hanafi.

11. Imam Kamaluddin Al-Hammam Al-Hanafi; Muhammad bin Abdul Wahid bin Abdul Hamid Al-Iskandari. 

12. Imam Al-Munawi; Syarofuddin, Yahya bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad.

B. Guru - Guru Wanita

1.   Amatul Kholiq (Ummul Khoir). Beliau adalah seorang ahli hadits dan merupakan orang terakhir yang meriwayatkan Shohih Bukhori dari ulama’ Hijaz.

2. Amatul Aziz binti Muhammad bin Yunus Al-Amani. Beliau juga merupakan ahli hadits, Imam Suyuthi belajar kitab “Tsulatsiyatul Bukhori” pada beliau.

3. Ummul Fadhl binti Muhammad Al-Mishriyah. Beliau juga merupakan seorang ahli hadits. Imam Suyuthi bercerita; “Aku bertemu dengan Ummul Fadhl binti Muhammad Al-Mishriyah, beliau bertanya kepadaku mengenai nama, kunyah, nama, nasab, daerah asalku dan dimana aku tinggal, aku menjawab semuanya, kemudian beliau berkata; “Aku bertemu dengan Abdulloh bin Umar Al-Azhari, beliau menanyakan kepadaku mengenai nama, kunyah, nasab, daerah asal dan dimana aku tinggal.... Anas -rodhiyallohu ‘anhu-  berkata; “Saya bertemu dengan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam kemudian beliau bertanya kepadaku sebagaimana yang aku tanyakan kepadamu, kemudian beliau bersabda; “Wahai Anas, perbanyaklah teman, karena kelak sebagian dari kalian akan bisa member syafa’at kepada sebagian yang lain”.

4. Ummul Fadl bin Muhammad Al-Maqdisi. Beliau juga merupakan ahli hadits.

5. Ummu Hani’ binti Abul Hasan Al-Hurini. Beliau adalah seorang penulis dan ahli hadits.

6. Khodijah binti Abul Hasan bin Al-Mulqin.

7. Fathimah binti Ali bin Al-Yasir. Beliau juga seorang ahli hadits.

8. Kamaliyah binti Muhammad bin Abu Bakar Al-Marjani. Beliau juga seorang ahli hadits.

9. Nasywan binti Abdulloh Al-Kanani. Beliau juga seorang ahli hadits.

10. Hajar binti Muhammad Al-Mishriyah. Beliau juga seorang ahli hadits.

11. Hajar binti Muhammad Al-Maqdisi. Beliau juga seorang ahli hadits.

Haji ke Baitulloh

Imam Suyuthi menceritakan bahwa sewaktu menunaikan haji ke Baitulloh beliau minum air zamzam dengan niat dan berdo’a agar memiliki kemampuan dalam ilmu fiqih seperti yang dimiliki oleh guru beliau, Imam Bulqini, dan dalam ilmu hadits berharap seperti Imam Al-Hafidh Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Cabang-Cabang Ilmu Yang Dikuasai Imam Suyuthi

Imam Suyuthi dikenal dikalangan ulama’ karena penguasaannya dalam berbagai cabang ilmu. Hal tersebut bisa diketahui dari kitab-kitab yang beliau tulis dalam beberapa cabang ilmu agama. beliau menguasai 7 cabang ilmu agama, yaitu; tafsir, hadits, fiqih, nahwu, ma’ani, bayan dan badi’ (nahwu, ma’ani, bayan dan badi’ adalah cabang-cabang ilmu bahasa arab).

Beliau juga menguasai ilmu ushul fiqih, jadal (metode diskusi), tashrif (cabang ilmu bahasa arab), insya’ (metode penulisan), faro’idh (ilmu pembagian warisan), qiro’ah (perbedaan tata cara pembacaan al-qur’an) dan ilmu kedokteran. Hanya saja penguasaan ilmu-ilmu tersebut tidak secara mendalam sebagaimana 7 cabang ilmu diatas, bahkan untuk cabang ilmu qiro’ah beliau mempelajarinya sendiri secara otodidak tanpa berguru,

Sedangkan ilmu yang paling suling menurut beliau, sebagaimana beliau akui sendiri, adalah ilmu hisab (berhitung), beliau sampai mengatakan saat mempelajari satu masalah dalam ilmu hisab rasanya seperti membawa gunung.

Kemampuan luar biasa yang dimiliki Imam Suyuthi yang dianugerahi pikiran yang cerdas dan ketekunan juga ditunjang dengan perpustakaan pribadi yang beliau miliki, perpustakaan tersebut adalah warisan dari ayahnya. Namun meski memiliki perpustakaan pribadi dengan koleksi kitab yang sangat banyak beliau dengan rutin mengunjungi perpustakaan Mahmudiyah semenjak beliau masih kecil.Perpustakaan Mahmudiyah berada di madrasah yang didirikan oleh Mahmud bin Ali Al-Istadar, perpustakaan ini merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Kairo dan memiliki banyak koleksi kitab-kitab langka. Imam Suyuthi menulis satu kitab berjudul “Badzlul Majhud Fi Khozanati Mahmud” untuk mendata nama-nama kitab yang ada di perpustakaan Mahmudiyah.

Perjalanan Karir Intelektual Imam Suyuthi

Pada usia yang masih sangat muda, 17 tahun. beliau juga sudah mulai menulis kitab. Kitab pertama yang beliau tulis berjudul “Syarah Al-‘Isti’adzah Wal Basmalah” yang menjelaskan kandungan dari kalimat isti’adzah dan Basmalah. Setelah menyelesaikan penulisannya beliau membawa kitab karyanya ini untuk ditunjukkan dan dikoreksi oleh guru beliau, Imam Bulqini, guru beliau menuliskan kata pengantar untuk karya perdana dari Imam Suyuthi tersebut.

Selain mulai mengajar, pada awal tahun 866 H. dalam usia 17 tahun beliau mendapatkan ijazah dari gurunya untuk mengajar bahasa arab, kemudian pada tahun berikutnya, 876 H. beliau mendapatkan ijazah untuk mengajar dari guru beliau, Imam Bulqini, dimana pengajian kitab yang pertama kali beliau adakan juga dihadiri langsung oleh gurunya tersebut. Imam Suyuthi juga mengajar fiqih di masjid Jami’ Asy-Syaikhni menggantikan ayah beliau, selain itu Imam Kamaluddin Al-Hammam Al-Hanafi, orang yang diberi wasiat oleh ayah beliau agar mengurus Imam Suyuthi, juga menetapkan sebagai pengajar hadits sebagai pengganti ayah beliau.

Murid -Murid Imam Syuthi

Diantara murid-murid beliau yang paling masyhur adalah :

1. Syaikh Abdul Qodir bin Muhammad bin Ahmad Asy-Syadzili Asy-Syafi’i.

2. Syaikh Ibnu Iyas, Abul Barokat, Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-hanafi, penulis kitab “Badai’uz Zuhur Fi Waqo’iud Duhur”.

3. Syaikh Al-Hajj Muhammad Sukyah.

4. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Abdurrohman bin Ali bin Abu Bakar Al-‘Alqomi.

5. Syaikh Syamsuddin, Muhammad bin Ali bin Ahmad Ad-Dawudi Al-Mishri.

6. Ibnu Thulun; Syaikh Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Thulun Ad-Damasyqi Al-Hanafi.

7. Syaikh Muhammad bin Al-Qodhi Rodhiyuddin Muhammad bin Muhammad bin Abdulloh binBadr bin Utsman bin Jabir Al-Ghozi Al-‘Amiri Al-Qurosyi Asy-Syafi’i.

8. Syaikh Muhammad bin Yusuf bin Ali bin Yusuf Asy-Syami.

9. Syaikh Jamaluddin, Yusuf bin Abdulloh Al-hasani Al-Armayuni Asy-Syafi’i.

Fokus Menulis Dan Beribadah

Pada usia empat puluh tahun Imam Suyuthi memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia dan penduduknya seakan-akan beliau tidak mengenal seorang pun, kemudian beliau mulai menulis karya-karyanya, dan meninggalkan berfatwa dan mengajar. Dalam kitab beliau yang berjudul “at-Tanfis” beliau menjelaskan mengenai alasan meninggalkan mengajar dan berfatwa dan memilih menyendiri untuk menulis kitab dan beribadah.Hal tersebut beliau lakukan sampai beliua wafat, beliau tidak membukakan pintu rumahnya di pesisir sungai Nil.

Akhlak Imam Suyuthi

Imam Suyuthi adalah seorang ulama’ yang dikenal dengan kezuhudannya, tekun beribadah dan menjauhi urusan-urasan dunia. Para pemimpin dan orang-orang kaya seringkali berdatangan kepada beliau, lalu mereka menmberikan an harta kepada beliau, namun beliau menolaknya. Suatu ketika ada orang yang memberikan seorang budak dan uang sebanyak seribu dinar, beliau mengembalikan uang tersebut dan mengambil budak lalu dia memerdekakannya dan menjadikannnya sebagai pelayan di ruangan makam Nabi, kemudian dia berkata kepada orang yang menghadiahkan uang seribu dinar dan budak tersebut: “Janganlah kamu datang kepadakudengan hadiyah, karena sesungguhnya Allah telah menganugerahkan kepadaku dari hadiah-hadiah tersebut. Beliau tidak pernah  membeda-bedakan antara orang terpandang

Selain itu beliau tidak senag terlalu sering menghadap para impinan, bahkan berkali-kali para pemimpin mengundang beliau namun beliau enggan untuk datang. Pernah suatu ketika seseorang bertanya kepada beliau; ”Bukankah ulama’ - ulama’ yang masyhur akan kewaliannya juga sering mendatangi para pemimpin demi memenuhi hajat rakyat”. Beliau menjawab; ”Mengikuti para ulama’ salaf dengan tidak mendatangi mereka lebih menyelamatkan agama seorang muslim”. Karena itulah beliau menulis kitab yang berjudul ”Ma Rowahul Asathin Fi ’Adamit Taroddud ’Alas Salathin”, sebuah kitab yang menjelaskan riwayat-riwayat ulama’ salaf yang menjelaskan agar tidak terlalu sering mendatangi para pemimpin.

Dalam muqodimah kitab ”Al-Asybah Wan Nadho’ir” imam Suyuthi mengtakan; ”Hum warotsatul anbiya’... wa yuhtada kanujumis sama’... wahum al-muluuk? la, bal al-muluuk tahta aqdamihim wa fi tashorifi aqwalihim wa aqlamihim” (Para ulama’ adalah pewrais para Nabi, mereka memberikan petunjuk laksana bintang-bintang dilangit. Apakah mereka raja? tidak, mereka bukan raja tapi para raja harus tunduk pada mereka dan mengikuti perkataan dan tulisan mereka).

Karya-karya Imam Suyuthi

Imam as-Suyuthi telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis buku semenjak masih sangat muda. Dalam kitab ”Kasyfudh Dhunun” karya Haji Kholifah dijelaskan bahwa karya tulis Imam Suyuthi mencapai 540 kitab. Dalam ”An-Nurus Safir ’An Akhbaril Qurnil Asyir” yang ditulis oleh Syaikh As-Sayyid Abdul Qodir bin Abdulloh Al-Idrus dijelaskan bahwa arya-karya beliau telah mencapai jumlah hingga 600 karya selain yang dia perbaiki kembali dan yang dicuci (tidak jadi diedarkan)”. Sedangkan menurut Sayyid Muhammad Abdul Hayy Al-Kattani, jumlah keseluruhan karya Imam Suyuthi adalah 904 kitab dalam berbagai disiplin ilmu.

Diantara karya-karyanya yang terkenal, antara lain :
”Al-Itqan Fi ’Ulum al-Quran”. Kitab yang menjadi rujukan utama dalam disiplin ilmu ulumul qur’an, kitab ini sebenarnya adalah muqoddimah (kata pengantar) kitab tafsir yang beliau berikan judul ”Majma’ul Bahro’in Wa Mathla’ul Badroin Al-Jami’ Li Tahririr Riwayah Wa Taqrirud Diroyah” satu kitab tafsir yang menggabungkan tafsir bil ma’tsur (tafsir berdasarkan riwayat) dan tafsir bir ro’yi (tafsir berdasarkan pemikiran) yang rencananyanya akan beliau tulis namun beliau wafat sebelum menyelsaikan penulisan kitab tafsir tersebut, para ulama’ mengatakan; seandainya kitab itu telah ditulis dengan sempurna tentu tak akan ada tandingannya.

Ad-Durrul Mantsur fit-Tafsir Bil Ma’tsur. Kitab tafsir yang mengikuti metode tafsir bil ma’tsur, baru-baru ini kitab ini dicetak dalam 16 jilid. kitab ini adalah ringkasan dari kitab tafsir yang lebih besar lagi yang bernama “Tarjumanul Qur’an”, sayangnya sampai sekarang kitab tarjumanul qur’an tidak diketahui keberadaannya.

3. “Tafsir Jalalain”. Kitab tafsir ini merupakan kitab tafsir yang dikenal dan diajarkan diseluruh kawasan dunia islam karena tidak terlalu tebal namun sarat kandungan ilmu. Kitab ini adalah kitab tafsir yang ditulis oleh Imam Suyuthi yang menyempurnakan kitab tafsir yang ditulis oleh guru beliau, Imam Mahalli yang wafat sebelum merampungkan penulisannya, karena itulah kitab ini dikenal dengan nama; “Tafsir Jalalain” artinya kitab tafsir yang ditulis oleh 2 orang yang agung, 2 orang yang dimaksud adalah Imam Jalaluddin Al-Mahalli dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi.

 4.  ”Al-Iklil fi Istinbath at-Tanzil”. Kitab ini termasuk dalam kategori ”Tafsir Ahkam”, maksudnya yaitu kitab tafsir yang mengkhususkan pembahasan tafsir dari sudut pandang penunjukan suatu ayat mengenai satu hukum, sayangnya kitab ini kurang begitu populer dikalangan para pelajar fiqih madzhab syafi’i di Indonesia.

 ”Alfiyah As-Suyuthi Fi Ilmil Hadits”. Judul asli kitab ini adalah ”Nadhmud Duror Fi ’Ilmil Atsar”, namun lebih populer dengan sebutan ”Alfiyah As-Suyuthi” karena kitab ini memuat 1000  nadhom (bilangan tepatnya 994 nadhom) yang menjelaskan tentang ilmu hadits.

6. ”Tadribur Rowi Syarah Taqribun Nawawi”. Kitab ini merupakan syarah dari kitab ”At-Taqrib Wat-Taisir Li Ma’rifati Sunanil Basyir An-Nadzir” atau yang lebih dikenal dengan sebutan ”Taqrib An-nawawi” karya Imam Nawawi. Kitab Tadriburt Rowi merupakan salah satu rujukan utama dalam bidang ilu hadita.

7.  “Jami’us Shoghir”. Kitab ini merupakan kitab hadits yang mencantumkan lebih dari 10.000 hadits yang disusun berdasarkah huruf hija’iyah, sehingga menjadi salah satu rujukan utama saat mencari keberadaan matan suatu hadits dengan mencarinya dikitab ini dengan melihat huruf pertama dari matan hadits tersebut, selain itu keistimewaannya terletak dari ditunjukkannya dalam kitab apa hadits tersebut ditulis dan ditambah penjelasan mengenai derajat hadits tersebut yang keduanya diisyaratkan dengan symbol-simbol huruf dakhir setiap hadita. Kitab ini sebetulnya merupakan ringkasan dari kitab “Jawami’ull Jawami’” yang lebih dikenal dengan sebutan “Jamiul Kabir” yang kitabnya mencapai 25 jilid.

8. “Al-Asybah Wan-Nadho’ir Fi Qowa’id Wa Furu’is Syafi’iyyah”. Kitab ini merupakan kitab induk dalam bidang ilmu qo’idah fiqih dalam madzhab syafi’i secara khusus dan dalam ilmu fiqih islam secara umum, selain itu kitab ini juga membahas mengenai beberapa faedah-faedah yang sangat bermanfaat dalam fiqih sehingga tak heran bila kitab ini diajarkan dihampir semua pondok pesantren salaf pada tingkat aliyah di pulau jawa khususnya.

9. “Al-hawi Lil-Fatawi”. Kitab ini memuat fatwa-fatwa beliau dalam berbagai disiplin ilmu, mulai dari masalah-masalah yang berkaitan dengan tauhid, al-qur’an, hadits, fiqih, nahwu dan tasawuf.

Mimpi Bertemu Rasulullah

Dalam kitab “Al-Kawakibus Sa’irohg Fi A’yanil Mi’ah Al-Asyiroh” karya Syaikh Najmuddin Al-Ghozi diceritakan; pada suatu malam Imam Suyuthi mimpi bertemu derngan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam, beliau menanyakan kepada Nabi perihal beberapa hadits, Nabi memanggil beliau dengan sebutan “Syaikhus Sunnah’ (guru/pakarnya sunnah Nabi).

Selain itu beliau juga juga pernah bertemu dengan Nabi dalam keadaan terjaga (bukan dalam mimpi) sebagaimana dikisahkan oleh Syaikh Abdul Qodir Asy-Syadzili. Imam Suyuthi bercerita bahwa beliau pernah melihat langsung Rosululloh, kemudian beliau bertanya; “Wahai Rosululloh, apakah aku termasuk penghuni surga” Rosululloh menjawab; “Iya”, lalu aku bertanya lagi; “Apakah aku akan masuk surga dengan tanpa disiksa terlebih dahulu sebelumnya?”. Rosululloh menjawab “Itulah yang akan diberikan kepadamu”. Syaikh Abdul Qodir Asy-Syadzili pernah bertanya beliau tentang berapa kali beliau bertemu dengan Rosululloh dalam keadaan terjaga, beliau menjawab; “70 kali lebih”.

Berdasarkan pengalaman tersebut Imam Suyuthi menulis kitab berjudul “tanwirul Halaq Fi Imkani Ru’yatin Nabi Wal Malak”, isi dari kitab ini juga terdapat dalam kitab “Al-Hawi Lil Fatawi”, dalam kitab tersebut beliau menjawab pertanyaan tentang kemungkinan melihat Nabi dalam keadaan terjaga dan membantah pernyaan dari orang-orang yang mengatakan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi, beliau membantah pernyataan mereka dengan menyebutkan dalil-dalilnya disertai kisah-kisah ulama’ yang mengalaminya..

Meninggalnya Imam As-Suyuthi

Imam As-Suyuthi wafat  pada waktu sahur malam jum’at tanggal 17 Jumadil Ula tahun 911 H. dirumah beliau yang berada di Roudlotul Miqbas. Beliau dimakamkan di Haush Qushun sebelah timur pintu al-Qarafah. Nama beliau dinisbatkan kepada daerah asal ayah beliau, yaitu Asyuth, karena itu beliau dikenal dengan nama Imam Suyuthi.

Semoga Alloh menempatkan beliau ditempat yang mulia di Surga, dan semoga kita  mendapat barokah dan manfaat dan dapat meneladani beliau.. Amiiin..

Referensi Utama :
1. Husnul Muhadhoroh Fi Tarikhil Mishr Wal Qohiroh
2. Muqoddimah tahqiq “Tafsir Ad-Durrul Mantsur” cetakan Markaz Al-Hijr
3. Muqoddimah Tahqiq cetakan Universitas Al-Azhar

Jumat, 30 Agustus 2013

Mimpi Indah Penuh Barakah

Oleh: Abu Aisyah



Malam ini sungguh luar biasa, tidak seperti malam-malam biasanya saya bermimpi sesuatu yang berbeda. Walaupun mimpi sejenis ini sudah beberapa kali terjadi dalam kehidupan saya. Efek dari mimpi itulah yang membuat saya menyebutnya mimpi indah penuh barakah. Awal terjaga dari mimpi saya merasakan ketakutan sekali, rasa takut itu menjalar ke seluruh sendi saya hingga saya berfikir bahwa bagaimana kalau kejadian itu benar-benar terjadi?  
Mimpi itu berkisar tentang sebuah kematian yang saya alami, saya memasuki alam lain yang belum pernah dimasuki sebelumnya. Alam barzah yang selama ini penuh misteri kini menjadi kenyataan, saya bertemu dengan teman-teman yang sudah meninggal dunia. Walaupun sudah meninggal dunia namun interaksi dengan beberapa orang tertentu di dunia masih bisa dilakukan. Bahkan sepertinya saya masih ada di dunia ini, bersama dengan orang-orang terdekat namun mereka tidak bisa melihat kehadiran saya.
Bukan sekadar mimpi, karena takutnya saya dengan mimpi itu akhirnya saya terjaga dan segera mengambil air wudhu dan shalat tahajud. Rasa takut, khawatir dan resah itu memunculkan kenikmatan dalam beribadah pada sepertiga mala mini. Luar biasa… sebuah mimpi yang membawa barakah bagi kehidupan saya. Ketakutan itu memang sesuatu yang wajar, apalagi dengan sebuah kematian. Sepertinya hanya beberapa orang yang siap dengan kematian itu, walaupun sebagai makhlukNya mau tidak mau kita harus siap menghadapinya. Bukankan semua yang ada di dunia ini adalah sudah menjadi takdirNya? Kenapa kita takut dengan kematian? Tidak ada yang perlu dikhawatirkan di dunia ini sekalipun kematian itu datang. Karena setiap manusia sudah diberikan jatah hidupnya masing-masing.
Mimpi malam ini menjadi saksi dan kesadaran diri saya bahwa ternyata kematian itu sangat dekat dan saya harus bersiap-siap untuk menhadapinya. Tentu saja sebelum ia datang perbekalan itu harus siapkan agar perjalanan menuju alam keabadian bisa menjadi perjalanan yang penuh kenikmatan. Satu-satunya perbekalan itu adalah iman dan amal kebajikan. Wallahu a’lam. Pasirantengah Bogor, menjelang Shubuh, Jumat 30 Agustus 2013. 

Kamis, 29 Agustus 2013

Pengertian Islam

 تعريف الإسلام


معنى الإسلام في اللغة : لهذا اللفظ في اللغة معنيان :
المعنى الأول : الاستسلام والانقياد.
المعنى الثاني : إخلاص العبادة لله .
ومن المعنى الأول قوله تعالى :
• { أفغير دين الله يبغون وله أسلم من في السموات والأرض طوعا وكرها وإليه يرجعون (83)} [ آل عمران / 83]
• { فلما أسلما وتله للجبين (103)} [ الصافات ]
ومن المعنى الثاني قوله تعالى :
• { ومن يسلم وجهه إلى الله وهو محسن فقد استمسك بالعروة الوثقى } [ لقمان /22]
• { ومن يرغب عن ملة إبراهيم إلا من سفه نفسه ولقد اصطفيناه في الدنيا وإنه في الآخرة لمن الصالحين (130) إذ قال له ربه أسلم قال أسلمت لرب العالمين (131) } [ البقرة ]
والإسلام بهذين المعنيين الاستسلام لله ، وإخلاص العبادة له ـ هو دين الله تعالى في جميع رسالاته إلى خلقه { إن الدين عند الله الإسلام } [ آل عمران /19]
فسيدنا نوح يقول لقومه : { فإن توليتم فما سألتكم من أجر إن إجري الآخرة لمن الصالحين (130) إذ قال له ربه أسلم قال أسلمت لرب العالمين (131) } [ البقرة ]
والإسلام بهذين المعنيين الاستسلام لله ، وإخلاص العبادة له ـ هو دين الله تعالى في جميع رسالاته إلى خلقه { إن الدين عند الله الإسلام } [ آل عمران /19]
فسيدنا نوح يقول لقومه : { فإن توليتم فما سألتكم من أجر إن أجري إلا على الله وأمرت أن أكون من المسلمين (72)} [يونس].
ويقول الله عن سيدنا إبراهيم : { ما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما وما كان من المشركين (67)} [آل عمران /67]
وعندما رفع إبراهيم وإسماعيل قواعد البيت الحرام قالا : { ربنا واجعلنا مسلمين لك ومن ذريتنا أمة مسلمة لك } [ البقرة /128].
وعندما حضر يعقوب الموت قال لبنيه : { ما تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلهك وإله ءابائك إبراهيم وإسماعيل وإسحاق إلها واحدا ونحن له مسلمون } [ البقرة /133].
وقال موسى لقومه : { يا قوم إن كنتم ءامنتم بالله فعليه توكلوا إن كنتم مسلمين } [ يونس ]
ويدعو يوسف ربه : { توفني مسلما وألحقني بالصالحين (101)} [ يوسف ]
وقال عيسى بن مريم : { من أنصاري إلى الله قال الحواريون نحن أنصار الله ءامنا بالله واشهد بأنا مسلمون (52)} [آل عمران]
هكذا نرى أن كل الأنبياء والرسل كانوا يدينون بالإسلام ، ويدعون قومهم إليه . وهو يعني : الاستسلام لله ، وإخلاص العبادة له .
ثم صار الإسلام (علما ) على الدين الذي نزل على سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم .
وصار اسم المسلمين ( علما ) على أتباعه بناء على تسمية خليل الله إبراهيم لهم بهذا الاسم . قال تعالى : { وجاهدوا في الله حق جهاده هو اجتباكم وما جعل عليكم في الدين من حرج ملة أبيكم إبراهيم هو سماكم المسلمين من قبل } [ الحج /78].
ومن الآيات القرآنية التي تبين أن الإسلام هو دين سيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وأنه صار علما على ما جاء به من ربه ، ولن يقبل من أحد غيره .
• { ومن يبتغ غير الإسلام دينا فلن يقبل منه وهو في الآخرة من الخاسرين (85)} [ آل عمران ].
• { واليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا } [ المائدة /3]
• { فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام } [ الأنعام/125]
• { يأيها الذين ءامنوا اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن إلا وأنتم مسلمون (102)} [ آل عمران /102]
• { قل إن صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين (162) لا شريك له وبذلك أمرت وأنا أول المسلميــــــــــــــن } [ الأنعام/162 ـ 163]
تعريف الإسلام في الشرع :
الإسلام هو : الامتثال لأوامر الله ونواهيه.
وهو مبني على خمسة أركان : الشهادة ، والصلاة ، والزكاة ، وصوم رمضان ، والحج .
وعلى هذا فالإسلام والإيمان مختلفان ؛ لأن الإسلام الامتثال الظاهري، والإيمان التصديق الباطني . إلا أنهما متلازمان . فلا يوجد إسلام معتبر شرعا بدون إيمان ، ولا يوجد إيمان لا يدخل صاحبه النار بدون إسلام .
وإن وجد إسلام بدون إيمان ـ كما في المنافق ـ فليس هذا الإسلام معتبرا شرعا ، لأنه لا ينجي صاحبه من النار .
وإذا تأملنا استعمال القرآن الكريم ، والسنة المطهرة لهذين اللفظين (الإسلام والإيمان ) نجد أنهما إذا اجتمعا افترقا ، وإذا افترقا اجتمعا.
أي إذا اجتمع اللفظان في نص واحد ، افترق معناهما ، فكان الإسلام هو الأعمال الظاهرة ، والإيمان هو الإذعان والاعتقاد الباطني بأركان الإيمان الستة : وإذا جاء أحدهما دون الآخر ، شمل معنى الآخر.
مثال اجتماع اللفظين قوله تعالى :
• { إن المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات } [الأحزاب/35]
• { قالت الأعراب ءامنا قل لم تؤمنوا ولكن قولوا أسلمنا ولما يدخل الإيمان في قلوبكم } [ الحجرات /14].
ففي مثل هذه الآيات للإسلام معنى ، وللإيمان معنى .
ومثال انفراد الإسلام ، وحده قوله تعالى :
• { قل إني أمرت أن أكون أول من أسلم } [ الأنعام /14].
• { فمن يرد الله أن يهديه يشرح صدره للإسلام } [ الأنعام/125]
وقوله صلى الله عليه وسلم : " المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده " (1)
فالإسلام في هذه النصوص يشمل الإيمان
ومثال انفراد الإيمان وحده قوله تعالى :
• { ربنا أننا سمعنا مناديا ينادي للإيمان أنءامنوا بربكم فءامنا } [ آل عمران /193].
• { الله ولي الذين ءامنوا يخرجهم من الظلمات إلى النور}[البقرة /257] وقوله صلى الله عليه وسلم : " المؤمن القوي خير وأحب إلى الله من المؤمن الضعيف " (2)
فالإيمان في هذه النصوص يشمل الإسلام .

المراجع والهوامش
1ـ رواه مسلم في الإيمان 1/65
2ـ رواه مسلم في القدر 4/2052

Rabu, 28 Agustus 2013

HRD Syariah: Konsep Bangunan Islam

HRD Syariah Series
Oleh: Agus Siswanto, MEI dkk.


1.1.   Apa Itu Islam?
Konsep bangunan Islam, terlihat dua hal yang saling terkait yakni keimanan (Faith) dan Islam, ia adalah dua istilah yang memiliki makna yang sinonim ketika terpisah dan memiliki makna khusus ketika menjadi satu rangkaian. Iman bermakna keyakinan dalam hati yang terucap oleh lisan dan diamalkan oleh anggota badan. Iman bersifat abstrak dan hanya dirinya dan Allah saja yang mengetahuinya, manusia lain hanya mampu melihat indikasi-indikasinya saja. Secara sederhana dapat disebutkan bahwa iman adalah amalan hati sedangkan Islam adalah amalan anggota badan.
Secara etimologi kata Islam berasal dari bahasa arab yaitu “S L M” س- ل- م (Sin, Lam, Mim) artinya antara lain: damai, suci, patuh dan taat (tidak pernah membantah). Sedangkan dalam pengertian syar’i, kata Islam berarti kepatuhan kepada kehendak dan kemauan Allah, serta taat kepada hukum-Nya. Sehingga hubungan antara pengertian menurut pengertian kata dasar dengan pengertian seacara syar’i tadi sangat erat sekali kaitannya sehingga diperoleh pengertian yakni :”Hanya dengan kepatuhan kepada kehendak Allah dan tunduk kepada hukum-hukum-Nya seseorang dapat mencapai kedamaian sesungguhnya dan memperoleh kesucian yang abadi.[1]
Penjelasan yang lain tentang pengertian Islam dikemukakan oleh Abul A’la Maududi, beliau memberikan pengertian secara ringkas terhadap arti kata Islam yakni “Taat kepada Allah dan tunduk kepada perintah-Nya tanpa membantah.[2] Dalam konteks tafsir Quraish Shihab memberikan penjelasan bahwa nama  Islam mengandung arti dan makna “Ajaran yang mendambakan perdamaian”.[3] Secara lebih komprehensif pengertian atau definisi tentang Islam sekurang-kurangnya mengandung lima pengertian sebagai berikut :[4]
Pertama, bersumber dari sebuah hadist sebagai berikut :
أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا
Ceritakan kepadaku (wahai Muhammad)  tentang  Islam! Rasulullah menjawab : Kau mengakui tiada Tuhan selain Allah, Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul Allah, mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan berhaji ke baitullah jika mampu. HR. Bukhari dan Muslim.
Kedua, Islam ialah berserah diri kepada Allah dengan tauhid dan tunduk kepada-Nya dengan penuh kepatuhan pada segala perintah-Nya serta menyelamatkan diri dari perbuatan syirik dan orang-orang yang berbuat syirik.[5] Selain itu, Islam berarti tunduk, menyerah dan mentaati Allah dan ketundukan itu hendaknya lahir dari kesadaran, bukan karena terpaksa. Ketundukan karena terpaksa adalah merupakan sesuatu yang alami bagi setiap makhluk, dan ketundukan yang seperti ini tidak mengakibatkan timbulnya pahala atau siksa, Allah SWT  berfirman :
أَفَغَيْرَ دِينِ ٱللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُۥٓ أَسْلَمَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًۭا وَكَرْهًۭا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ

Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. QS Ali Imran: 83
Seluruh makhluk di alam semesta ini tunduk di bawah ketentuan Allah, baik dari segi kejadian, kekal dan fananya, dan dalam bidang ini manusia tidak berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya. Adapun ketundukan dengan penuh kesadaran adalah merupakakn hakekat Islam, dan dalam ketundukan yang seperti ini barulah timbul adanya pahala dan siksa.  sebagai bukti penuh ketundukan kepada Allah adalah ridha menerima agama-Nya, yang diiringi pula dengan penuh kesadaran.  Karena itu, Islam dalam pengertian ini adalah merupakan agama Allah yang diridhai-Nya, agama yang diwahyukan kepada Rasul-Nya dan disampaikan kepada seluruh ummat manusia Allah SWT  berfirman dalam QS Ali Imran 19 :
إِنَّ ٱلدِّينَ عِندَ ٱللَّهِ ٱلْإِسْلَٰمُ ۗ وَمَا ٱخْتَلَفَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْكِتَٰبَ إِلَّا مِنۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلْعِلْمُ بَغْيًۢا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ فَإِنَّ ٱللَّهَ سَرِيعُ ٱلْحِسَابِ
Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”.
Kemudian dalam Al-Quran Surat Luqman ayat  22 :
وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُۥٓ إِلَى ٱللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌۭ فَقَدِ ٱسْتَمْسَكَ بِٱلْعُرْوَةِ ٱلْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى ٱللَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلْأُمُورِ
Dan Barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan”.
Juga dijelaskan dalam Al Quran Surat Al-Baqarah ayat 132 - 133
وَوَصَّىٰ بِهَآ إِبْرَٰهِۦمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَٰبَنِىَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصْطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ, أَمْ كُنتُمْ شُهَدَآءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ ٱلْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنۢ بَعْدِى قَالُوا۟ نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبْرَٰهِۦمَ وَإِسْمَٰعِيلَ وَإِسْحَٰقَ إِلَٰهًۭا وَٰحِدًۭا وَنَحْنُ لَهُۥ مُسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Yakub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya."
Ketiga, Islam adalah way of life, peraturan yang bersifat integral yang mengatur hidup dan kehidupan ummat manusia dan menjadi dasar akhlak yang mulia yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada ummat manusia. Bagi yang mentaatinya diberikan pahala dan bagi orang yang mengingkarinya dikenakan siksa sebagaimana Allah berfirman:
أَفَغَيْرَ دِينِ ٱللَّهِ يَبْغُونَ وَلَهُۥٓ أَسْلَمَ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ طَوْعًۭا وَكَرْهًۭا وَإِلَيْهِ يُرْجَعُونَ
Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepadaNya-lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan. QS Ali Imran: 83
Agama yang dimaksudkan di sini adalah agama Islam yang menurut pengertian yang kami terangkan sebelumnya, ialah agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Keempat, Agama Islam merupakan kumpulan peraturan yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, baik peraturan yang berbentuk kepercayaan, akhlak, ibadat, muamalat dan sejarah yang terkandung di dalam Al-Quran dan sunnah Rasul-Nya, dan diperintahkan untuk menyampaikan kepada ummat manusia. Allah berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ بَلِّغْ مَآ أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ ۖ وَإِن لَّمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ ٱلنَّاسِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.  Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” QS Al-Maidah 67
Kelima, Islam adalah jawaban terhadap tiga persoalan yang selalu dihadapi oleh ummat manusia. Yaitu masalah hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lainnya dan manusia dengan alam sekitarnya.
Keenam, Islam adalah pedoman hidup yang sebenarnya, petunjuk dalam semua aspek hidup dan kehidupan ummat manusia, obat mujarab untuk mengatasi dan memperbaiki masyarakat dan jalan yang lurus bagi orang-orang yang bersedia untuk mengikutinya.  Allah SWT  berfirman:
وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِىٓ إِنَّكُم مُّتَّبَعُونَ, فَأَرْسَلَ فِرْعَوْنُ فِى ٱلْمَدَآئِنِ حَٰشِرِينَ
Dan Kami wahyukan (perintahkan) kepada Musa: "Pergilah di malam hari dengan membawa hamba-hamba-Ku (Bani Israil), karena Sesungguhnya kamu sekalian akan disusuli". Kemudian Fir'aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. QS. Asy-Syura: 52-53.
Demikianlah pengertian dari Islam, ia merupakan pedoman hidup yang dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada umat manusia agar mereka senantiasa berada di jalanNya sehingga mereka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dalam ruang lingkup ekonomi maka Islam adalah satu-satunya system ekonomi yang akan membawa kemashalahatn bagi seluruh umat manusia, membawa keadilan, pemerataan harta dan menghilangkan kesenjangan antara si kaya dengan si miskin.


[1] Hammudah Abdalati, “ Islam Suatu Kepastian”, Jakarta : I.I.F.S.O, 1407/1986, hal 13
[2] Abul A’la Maududi, Prinsip-Prinsip Islam, Jakarta : International Islamic Federation of Student Organizations, 1407 H/ 1986, hal 2
[3] M Quraish Shihab, “ Wawasan Al Quran “, Jakarta : Penerbit Mizan, 1499 H/ 1999, hal 378
[4] Dr.Abdul Karim Zaidan, “Dasar-dasar Ilmu Dakwah (1)”, Jakarta : Media Dakwah, 1979, hal  3-13
[5] Syaikh Muhammad At-Tamimi, Tiga Landasan Utama (penterjemah Muhammad Yusuf Harun,MA),Islamic Propagation Office in Rabwah, Riyadh, tanpa tahun, hal 49