Sabtu, 24 Januari 2015

Tradisi Pawai Natura di Suryalaya

Oleh: Wawan Latif

ABSTRACT

Suryalaya Boarding School has formed with Tasawwuf Studies by the Dzikir method of  TQN. Haul tradition was arose arround Boarding School to appriciate Mursyid’s great values who was live by great struggle and example in his life. In this tradition arise also another traditions such as “ Pawai Natura” that becomes a part of this Haul tradition ceremony. Pawai Natura is accompaniment of TQN’s congregation who brought a lot of food and stuff that given to Mursyid for making Haul succesfull.Pawai Natura was sacred, phenomenon and heroic even for TQN’s congregation to perform their loyallity to whom has the great of struggle, patriotism, nationality and wide attention for the independent. KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifiin is someone who has shympatic and charismatis taken a place the dzikir deep in every concregation’s bottom heart. In order, the congregations came by  sincerity with all heart and soul to give the favor for making this even succesfull.They offer a contribution of their talent even in body, soul and mind.These respectations from them is manifestation on their thanksful to Merciful Allah for his glorious gift.


Pondok Pesantren Suryalaya merupakan pesantren dengan pengajaran tasawuf melalui sebuah metode penanaman dzikir lewat Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah atau lebih sering disebut dengan TQN.Tradisi Haul muncul dalam lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya untuk mengenang Jasa Mursyid TQN yang penuh perjuangan dan keteladanan semasa hidupnya. Pada tradisi Haul inilah munculnya sebuah tradisi lain yaitu Pawai Natura yang menjadi sebuah rangkaian dalam kegiatan Haul di Pondok Pesantren Suryalaya. Pawai Natura adalah sebuah iring-iringan sekelompok ikhwan TQN dengan membawa bahan makanan hasil bumi  untuk diserahkan kepada mursyid demi mensukseskan tradisi Haul.Pawai Natura merupakan sebuah kegiatan yang sakral fenomenal dan heroik bagi ikhwan akhwat TQN dalam mewujudkan khidmatnya kepada figur yang memiliki nilai-nilai kejuangan, patriotism, wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan nilai-nilai kepahlawanan dalam perjuangan kemerdekaan. Pangersa Abah Anom (KH Ahmad Shohibul wafa Tazul ‘Arifin) yang simpatik dan kharismatik telah menempatkan pengajaran TQN dalam relung hati setiap ikhwan TQN,  sehingga para Ichwan akhwat merasa terpanggil secara nurani untuk berhidmat dalam rangka membantu mensukseskan dan memeriahkan HUT PP Suryalaya menyumbangkan berbagai kemampuan, baik harta, tenaga,  dan pikiran sesuai kafasitas, sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang diterima

Key words: Ikhwan TQN, Haul, Pawai Natura




Pendahuluan
Islam adalah agama yang kaya akan tradisi. Tradisi islam dari setiap daerah ataupun Negara kadang berbeda. Khususnya di Nusantara, seakan tiada bulan tanpa tradisi peringatan. Terlebih apabila datang bulan Muharram, serentak tanpa komando umat Islam seluruh Nusantara menyambut bulan tersebut dengan aneka kegiatan yang berbau relegius, salah satunya adalah peringatan se-tahun terhadap orang yang telah meninggal. Peringatan tersebut biasanya lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan haul, bila dilihat dari mata sejarah, sebenarnya tak bisa dilepaskan begitu saja dari warisan nenek moyang bangsa ini yaitu tradisi Hindu dan Budha. Sebagaimana yang kita tahu bagaimana wali songo berperan penting dalam menyebarkan Islam, tanpa ada unsur membuang jauh tradisi lama pribumi yang terkenal akan upacara/persembahan atau bahasa sederhananya peringatan, baik itu peringatan terhadap orang sudah meninggal maupun lainnya. Istilah mitoni yaitu peringatan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap orang yang meninggal setelah tujuh hari dari kematian dan banyak lainnya.
Dalam Islam tidak terdapat istilah yang jelas untuk melakukan ritual seperti halnya mitoni (tujuh hari), matang puluhi (empat puluh hari), nyatusi (seratus hari), nyewuni (seribu hari) atau yang lebih marak dalam bulan ini yakni ngekholi (satu tahun), yang selama ini umat Islam Nusantara menjalankannya.Mungkin dari sinilah istilah itu mulai dipertanyakan, apakah itu berasal dari ajaran Islam atau hanya budaya warisan dari nenek moyang?Kalau kita melihat pernyataan sejarah di atas, membuktikan bahwa istilah itu muncul dari kebiasaan yang dilakukan oleh nenek moyang dan pada akhirnya menjadi tradisi yang dilestarikan.Untuk itu marilah kita menengok sebuah kebiaasan yang dilakukan oleh umat Islam Nusantara, mereka sering kali berduyun-duyun datang ke sebuah makam, biasanya makam yang didatangi adalah makam para wali, kiai, atau tokoh kharismatik. Maksud dan tujuan kedatanganya pun bervariasi. Ada yang betul-betul tulus untuk sekedar ziarah, hingga sampai pada tujuan menyekutukan Allah.Semua itu berjalan sudah bertahun-tahun hingga menjadi sebuah keharusan, kalau tidak seperti itu kayaknya hidup ini tidak lengkap. Dari sekian banyak tradisi kebudayaan dalam islam yang masih banyak dilaksanakan di Nusantara ini ada satu tradisi yang cukup menarik untuk dilakukan riset oleh penulis yakni tentang proses pelaksanaan Haul.
Dalam penelitian ini, penulis yang berdomisili di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya merasa tertantang untuk melakukan penelitian tentang kegiatan haul di Pondok Pesantren  Suryalaya yang diperingati setiap tahun, namun secara lebih meriah diperingati setiap 5 (lima) tahun sekali. Pada pelaksanaannya, kegiatan tersebut tentu memerlukan persiapan yang matang baik dari segi perencanaan maupun dari segi finansial. Hal ini dikarenakan para tamu yang datang bukan saja dari ikhwan dalam negeri tetapi juga datang dari negeri tetangga, misalnya dari Malayasia, Singapura, Thailand dan lain-lain, kedatangan mereka untuk ikut memeriahkan Haul.Biasanya mereka tinggal di komplek pesantren kurang lebih satu minggu.
Kehadiran para ikhwan di Pondok Pesantren Suryalaya tentunya membawa dampak yang signifikan terhadap kebutuhan penyediaan akomodasi,  konsumsi dan lainnya.Oleh karena itu, untuk mensukseskan ulang tahun di buat panitia di tingkat yayasan guna menunjang berbagai kegiatan yang dipersiapkan.Baik untuk penanganan konsumsi, akomodasi, kegiatan pameran dan bazar serta banyak ragam lainnya. Di  sisi lain, para ikhwan merasa terpanggil hatinya untuk ikut serta mensukseskan kegiatan haul tersebut dengan menyumbangkan bebagai hasil pertanian yang mereka miliki, misalnya: beras, lauk pauk, sayur mayur, bahkan hewan ternak semisal sapi atau kambing. Kegiatan tersebut dilaksanakan kurang lebih dimulai satu minggusebelum pelaksanaan Haul. Proses penyerahan barang keperluan tersebut dilakukan dalam bentuk kelompok dan ini dikenal dengan Pawai Natura. Tema pawai natura  menjadi sangat penting untuk diungkap menjadi sebuah bahan penelitian. Oleh karena itu, peneliti membuat sebuah rumusan masalah untuk mempermudah makna yang akan dikupas dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana pandangan Ikhwan TQN terhadap Pawai Natura?. Sedangkan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap secara deskriptif Pawai Natura yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Suryalaya,  bagaimana prosesi pelaksanaannya, dan untuk mengetahui bangaimana pandangan ikhwan TQN terhadap Pawai Natura.

Metode Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam menjawab dan menyimpulkan rumusan masalah yang diajukan, maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian etnografi yang menggambarkan sesuatu sebagaimana adanya.Penelitian Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya.Kemudian, dalam pengembangan pembahasannya penelitian ini berusaha untuk mencari sebuah fungsi dari pawai natura.Oleh karena itu, teori yang digunakan adalah teori fungsionalisme yang dikembangkan oleh Malinowsky, yang membagi fungsi itu dalam beberapa hal. Dalam J Van Baal (1985: 51) pertama Malinowsky merumuskan fungsi sebagai berikut:
The part which is played by any factor of culture whitin the general shecme; The fungsional theory of anthropology regard culture as an instrumenta reality

Suatu fungsi diwajibkan untuk memenuhi sutau kebutuhan, berarti fungsi menjadi suatu yang melayani kehidupan dan kelanjutan hidup, dalam kerangka fungsi seperti inilah akan dilihat sejuah mana Pawai Natura dapat melayani kehidupan dan kelanjutan hidup ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya. Dimana ketenangan, ketentraman dan kedamaian itu akan tercapai kalau manusia dapat memelihara dunia sosial dan natural, pemenuhan kebutuhan baik yang mendasar atau substansi merupakan inti konsep sosialnya.
Selanjutnya, pengumpulan data yang peneliti lakukan tentu saja tidak hanya mengandalkan observasi lapangan secara langsung, karena kegiatan Pawai Natura ini dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun. Maka sebagai bahan pembanding analisis dari visualisasi, dibutuhkan pengumpulan data melalui dokumentasi kegiatan, baik dalam bentuk foto ataupun dalam bentuk dokumen file. Selain itu, proses wawancara dengan orang, atau sekelompok orang, tokoh masyarakat atau orang yang dianggap memahami tema penelitian ini menjadi sasaran utama selanjutnya sebagai referensi penelitian ini.Untuk kepentingan wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti, yang menajdi informan kunci dalam penelitian ini adalah sesepuh atau pemegang amanat Pondok Pesantren Suryalaya, cendekiawan dan cerdik pandai komunitas TQN, serta beberapa rakyat biasa yang merupakan pengikut setia dan pengamal ajaran TQN.
Untuk alat bantu wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara, kemudian untuk menyimpan hasil wawancara peneliti menggunakan recorder. Penggunaan recorder harus peneliti tempuh, karena adanya kekhawatiran akan data yang tercecer yang tidak sempat tercatat jika hanya mengandalkan catatan lapangan. Penggunaan alat bantu tersebut dalam pelaksanaannya selalu berdasarkan ijin dari para informan, terutama penggunaan recorder, namun jika informan tidak mengijinkan maka peneliti harus tetap menjaga konsentrasi agar dapat menangkap semua wawancara dan menuliskannya dalam catatan lapangan (filed notes).

Tradisi Haul di Pondok Pesantren Suryalaya
Tradisi Haul yang sering dilaksanakan di Pondok Pesantren Suryalaya di peringati setiap satu  tahun sekali, sebagai bentuk rasa syukur dan memuliakan mursyid (guru) TQN. Tradisi ini diperingati secara lebih meriah dengan kegiatan yang lebih  beragam selama kurun waktu 5 (lima) tahun sekali. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengisi kegiatan haul yang lebih meriah di Pondok Pesantren Suryalaya yang dilaksanakan selama 5 (lima) tahun sekali ini meliputi: 1) Kegiatan bidang prestasi, dalam rangka penilaian bagi organisasi tingkat Korwil/Perwakilan Yayasan Serba Bakti (YSB) PPS, Pondok Remaja (PR) Inabah, Mubaligh Muda Berkualitas, Penulisan Sejarah TQN PPS di wilayah masing-masing, MTQ dan Lomba olah raga; 2) Pengobatan gratis bagi masyarakat seputar PPS yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya; 3) Khitanan massal; 4) Pelatihan Teknologi Komputer (IT) di Suryalaya yang diikuti oleh utusan dari YSB PPS Pusat, Korwil, Perwakilan dan lembaga-lembaga di PPS; 5) Donor darah, kegiatan ini bekerja sama dengan PMI Kab. Tasikmalaya; 6) Loka Karya/Seminar Tasawwuf; 7) Pameran kitab-kitab tasawwuf; 8) Penerbitan karya ilmiah oleh para pakar di lingkungan PPS; 9) Khaol dan ziarah ke makam pendiri PPS Almarhum Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur Muhammad (Abah Sepuh). (Surat Edaran Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke-105 nomor:06/Pan-HUT/PPS/IV/2010 tentang Rincian Kegiatan dalam Rangka Peringaktan HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.)
Tradisi haul yang dilaksanakan secara meriah di Pondok Pesantren Suryalaya dilaksanakan secara terstruktur melalui panitia yang dibentuk dalam rangka menyukseskan kegiatan haul tersebut. Panitia pelaksana di bentuk dalam kurun waktu 9 (Sembilan) bulan sebelum hari pelaksanaan, hal ini dimaksudkan agar panitia dapat membuat konsep yang matang agar pelaksanaan haul dapat berjalan dengan lancar dan meriah. Disamping itu, adanya kebutuhan persiapan dari segi financial yang cukup memakan biaya yang tidak sedikit. Karena kegiatan pelaksanaan haul tersebut didatangi oleh para murid dari berbagai pelosok daerah di Indonesia, bahkan untuk murid yang ada di luar negeri pun turut datang dalam pelaksanaan haul tersebut. Ini kontan saja menjadikan panitia membutuhkan keperluan dalam rangka menjamu ataupun mempersiapkan segala sesuatunya demi kelancaran pelaksanaan haul.
Kepanitiaan yang dibentuk ini, membidangi kegiatan dalam acara haul tersebut sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dari setiap bidang kegiatan yang akan diselenggarakan dalam kegiatan haul di Pondok Pesantren Suryalaya di bawah koordinasi bidang-bidangnya tersendiri dengan tetap melakukan koordinasi dengan ketua umum pelaksana kegiatan haul.
Dalam tradisi Haul, Pondok Pesantren Suryalaya hadir sebagai pondok pesantren yang dapat menjaga kearifan budaya local (local wisdom). Tradisi haul di Pondok Pesantren Suryalaya dijadikan sebagai sarana mempererat tali silaturahmi antara mursyid, wakil talqin dan murid TQN. Pelestarian tradisi haul dari tahun ke tahun dikemas dengan lebih beragam, hal ini ditujukan agar kegiatan ini bisa terus menarik. Selain itu juga, dengan adanya tradisi haul di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya dapat dijadikan sebagai kegiatan dalam mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar dan para ikwan, baik ikwan yang berada di lingkungan pesantren maupun ikhwan yang sengaja datang dari daerah luar pesantren yang memanfaatkan kegiatan ini untuk melaksanakan aktiftas ekonomi dan bisnis, baik sebagai penyedia barang, maupun sebagai pembeli. Barang dagangan tersebut biasanya merupakan barang kerajinan, jananan kuliner, bahkan barang-barang souvenir sebagai oleh-oleh untuk di bawa ke kampung halaman para ikwan khusnya ikhwan yang datang dari luar kota ,propinsi,  maupun yang datang dari luar negara.

Istilah Pawai Natura
Sejarah atau awal mula adanya tradisi atau istilah Pawai Natura di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya ini adalah dimulai sejak Tahun 1965-1970 pada Haul Pondok Pesantren Suryalaya ke-60 istilah ini terlahir atas dasar prakarsa dari gubernur Jawa Barat pada waktu itu yaitu (Alm) Bapak Sewaka.Kemunculan pawai Natura merupakan bagian dari banyaknya rangkaian kegiatan dalam rangka mensukseskan Hari Ulang Tahun Pondok Pesantresn Suryalaya, jika dilihat dari struktur kata bahwa Pawai Natura adalah iringan-iringan para murid TQN dengan disertai barang bawaan berupa hasil bumi  untuk diserahkan kepada Mursyid (guru) dalam rangka meringankan beban dan sebagai ungkapan rasa syukur nikmat atas rizki yang telah diperoleh (sedekah). Dalam pelaksanaan haul di Pondok Pesantren Suryalaya sendiri selalu diikuti atau dihadiri oleh murid TQN dari hampir seluruh Nusantara dan Murid TQN di luar Negeri. Keadaan ini sontak membuat tradisi haul ini membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Keberadaan kegiatan pawai Natura sudah berlangsung sejak lama, bahkan keberadaanya sudah menjadi sumber utama penyediaan berbagai kebutuhan makanan yang nilainya dapat menembus angka ratusan juta rupiah.Tetapi, itu semua terasa ringan dengan adanya kegiatan ini, dimana masyarakat berduyun-duyun secara bergiliran untuk memberikan penganan atau hasil bumi yang mereka punya.
Pada tatanan pelaksanaannya Pawai Natura merupakan ciri khas Pondok Pesantren Suryalaya yang sakral, fenomenal dan heroic bagi ikhwan TQN dalam rangka mewujudkan khidmatnya kepada pigur yang memiliki nilai-nilai kejuangan, patriotism, wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan nilai-nilai kepahlawanan pangersa guru mursyid TQN yaitu Abah Sepuh dan Abah Anom yang simpatik dan kharismatik serta telah menempatkan Pondok Pesantren Suryalaya dalam relung qalbu yang teramat dalam dan terpatri dalam hati setiap insan untuk mewujudkan pengabdian sejati kepada beliau.

Pandangan Ikhwan TQN terhadap Pawai Natura
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti membagi ikhwan TQN menjadi beberapa segmen.Hal ini bertujuan untuk memperoleh pandangan yang beragam berdasarkan segmennya masing-masing. Pemagian inii pula didasarkan pada segmen dari kalangan keluarga pesantren, wakil talqin, muballig, akademisi, tokoh masyarakat dan masyarakat biasa sebagai segmen terakhir yang biasa terlibat langsung proses iring-iringan pawai  natura.
Dari hasil wawancara terhadap internal keluarga Pondok Pesantren Suryalaya yang sekaligus juga pernah membidangi kegiatan Pawai Natura pada perayaan HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke-105 yaitu H. Didin Khidir AR, menuturkanbahwaPawai natura adalah salah satu rangkaian kegiatan dalam rangka menghadapi Hari Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya. Dalam pemaparannya beliau menegaskan bahwa pawai natura bukanlah sebuah ritual yang berarti menyembahdengan membawa bahan makanan sebagai sesajen yang diletakkan di makam yang dapat menjerumuskan seseorang pada kemusyrikan, tetapi pawai natura hanyalah sebuah iringan-iringan semata dalam rangka memberikan bantuan berupa bahan-bahan makanan dari hasil bumi atau dari alam untuk sedikit membantu meringankan mursyid dalam menjamu dan memuliakan tamu selama kegiatan HUT berlangsung.Proses pelaksanaan pawai natura seperti masih dituturkan oleh beliau bahwa Pangersa Abah mengajak untuk mensyukuri nikmat Allah dengan memperingati Haulan (HUT PPS), dan para ikhwan terdorong untuk ikut mensukseskan acara tersebut, salah satu bentuknya adalah berpartisipasi menyumbangkan natura (Hasil Bumi) untuk berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraannya, jadi ajakan pangersa abah di respon oleh pihak yayasan, kemudian di bentuk panitia, dari panitia itulah diadakan pemberitahuan dan himbauan tentang pelaksanaan pawai natura kepada masyarakat, maka dilaksanakan pawai natura sesuai jadwal yang ditentukan oleh panitia, biasanya pelaksanaan itu sekitar seminggu menjelang HUT.
Adapun bahan yang disumbangkan adalah bahan-bahan pokok alami (Natura) seperti beras, sayur, ikan dan lain-lain yang selanjutnya diserahkan secara berkelompok dengan pawai-pawaian menghadap ke sesepuh Pondok Pesantren Suryalaya atau yang mewakilinya. Setelah diterima,maka hasil kiriman bahan-bahan tersebut disimpan digudang yang namanya Gudang Natura. Natura bukan ritual, tapi semata-mata bentuk tasyakur akan berbagai nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita.
Pangersa Abah (Alm) menerima dan menyambut para ikhwan TQN dengan penuh haru, sujud sukur dan segera mempersilahkan barang yang diserahkan para ikwan itu untuk di simpan di Gudang natura yang selanjutnya diidstribusikan kepada panitia yang membidanginya untuk keperluan logistik dapur dan konsumsimnya lainnya pada HUT PP suryalaya.
KH. E. Sandisi sebagai wakil talqin pangersa Abah Anom sebagai kalangan ulama dan assatid yang dalam hal ini menilai bahwa tujuan dari pawai Natura adalah khidmat kepada pangersa guru, merupakan bentuk syukur, amaliah ibadah dalam bentuk harta benda, bukan ria, Sebab beribadah dengan harta benda termasuk hal yang sangat berat, oleh karena itu ada ancaman dalam hadits”Al-Bukhluaduwulloh walaukana Abidan” dengan pawai natura merupakan bentuk syukur amaliah dalam bentuk menyumbangkan sebahagian harta benda yang kita miliki.
Kemudian, kalangan akademisi memberikan peinlaiannya, pawai natura merupakan suatu khidmat seorang murid kepada mursyidnya, dalam hal ini diperjelas bahwa murid dalam pemaparan menurut beliau adalah murid dan mursyid TQN. Selain itu masih menurut pemaparan beliau bahwa pawai natura itu sesungguhnya adalah bentuk rasa syukur, rasa rumasa kepada guru untuk membantu meringankan sedikit beban yang dihadapi guru dalam rangka memuliakan dan menjamu para tamu dalam HUT Pondok Pesantren Suryalaya.
Bentuk rasa rumasa inilah yang kebanyakan melekat pada diri ikhwan TQN ketika hendak melakukan pawai natura, mereka tidak segan dan tidak pula berfikir tentang jumlah atas apa yang akan diberikan kepada mursyid mereka. Menurut pemaparan Bapak Maturidi(salah deorang Dosen IAILM PP Suryalaya), beliau memberikan informasi yang beliau ketahui tentang pawai natura, yakni pawai natura merupakan persembahan (menyumbangkan) sesuatu hasil bumi (pertanian) kepada guru dalam rangka “syukuran” untuk meringankan beban yang dihadapi guru. Tidak ada paksaan dalam mengikuti pawai natura menurut beliau dan juga bahan makanan yang dibawa disesuaikan dengan kemampuan masing-masing ikhwan TQN, Bahan-bahan alam yang dibawa dalam pawai natura sebagaimana yang sudah dijelaskan diawal-awal penelitan, berbanding lurus dengan apa yang dikatakan oleh beberapa narasumber, sebagaimana informasi yang diperoleh dari bapak Ahmad Djamad yang mengatakan bahwa dalam pawai natura ikhwan TQN banyak yang membawa atau menyumbangkan bahan-bahan pokok hasil bumi dan pertanian (sembako).
Pandangan tentang pawai natura dari kalangan Tokoh masyarakat diawali dengan sebuah penuturan tentang pawai natura dari Ust.Oim Abdurohim yang menilai pawai natura berarti menyumbangkan sebahagian harta benda yang kita miliki dalam rangka mendukung dan memeriahkan HUT PP Suryalaya. Tujuannya adalah khidmat kepada guru sebagai bentuk sodaqoh dari harta yang dimiiki sebagai bukti rasa memiliki terhadap keberadaan pondok pesantren, makanya kita di tuntut untuk mensukseskan HUT PPS dengan berbagai pengorbanan baik harta, tenaga, dan ilmu, salah satunya mengirimkan natura. Maknanya adalah menyerahkan (sesuatu) sebagai bentuk khidmat, niat membantu sebagai bentuk rasa cinta, rasa rumasa di didik, di bimbing oleh guru.yang senantiasa ingin mendapatkan barokah dan karomah dari guru mursyid. Setelah proses pawa natura tidak mengharap apa-apa kecuali ingin dinggap sebagai murid (diangkeun Murid: Sunda) yang senantiasa ingin mendapat barokah dan karomah dari guru.
Dalam pengertian secara umum dimasyarakat tidak adanya perbedaan yang cukup signifikan mengenai penjelasan pawai natura karena hal ini sering dilaksanakan oleh ikhwan TQN setiap tahunnya.Namun, ada satu hal yang berbeda dari tujuan pemberian bahan makanan dalam pawai natura menurut pennuturan informan diatas yakni pemberian bahan makanan dalam pawai natura hanya sebagai bentuk shodaqoh dari rizki yang dimiliki.Dilain sisi ada tokoh masyarakat yang menilai bahwa pawai natura ini justru menjadi sebuah sarana untuk berdakwah secara efektif.Dakwah ini mengandung arti yang cukup luas, namun dalam hal ini dakwah berarti berusaha untuk mengajak dan menampik anggapan-anggapan miring tentang Pondok Pesantren Suryalaya seperti penuturan Ust. Cecep Aipulatif, yakni Pawai natura merupakan media dan sarana  dakwah yang efektif, artinya dengan digelarnya pawai natura merupakan bentuk dukungan yang nyata terhadap existensi pondok pesantren suryalaya dengan berbagai ajarannya, sekaligus menampik anggapan sebagian orang yang masih tak sepaham dengan pengembangan dan pelaksanaan ajaran islam yang di kembangkan di pondok pesantren suryalaya.
Penuturan lain tentang proses dirinya dalam mengikuti pawai natura di dapat dari seorang warga bernama Mang Yoyo bahwa pawai natura merupakan pawai yang dilaksanakan menjelang haul di PP suryalaya, sedangkan natura adalah apa yang di bawa adalah merupakan hasil bumi, alam, pertanian, peternakan, perikanan , sayur mayur, buah-buahan, kayu bakar, dan lain-lain. Tujuannya adalah khidmat kepada guru untuk ikut membantu meringankan apa yang dihadapi guru, hususnya dalam memenuhi kebutuhan dalam penjamuan tamu.Maknanya adalah kekompakan sebagai masyarakat yang diajak oleh pimpinan lingkungan untuk ikut serta mensukseskan ulang tahun.ketaatan kepada pimpinan yang mengajak.
Penuturan beliau memberikan sebuah indikasi bahwa barang bawaan yang diambil dalam pawai natura ternyata tidak hanya bahan makanan semata tetapi juga ada bahan untuk memasaknya (dalam hal ini kayu bakar). Kemudian, menuturkan bahwa pawai natura dimaksudkan oleh dirinya sebagai bentuk khidmat dan perasaan hormat ingin ikut serta memberikan yang terbaik terhadap mursyid yang telah berjasa dalam memberikan sebuah pengamalan tentang cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui Tharekat Qodiriyah Naqsabandiyah inilah dirinya serasa menemukan jalan baru dalam menjalin hubungan yang harmonis dengan allah SWT, dengan amalan dzikir yang sering diamalkannya merasa perlu memberikan sebagaian rizki untuk meringankan beban mursyid dalam pelaksanaan HUT Pondok Pesantren Suryalaya.
Namun, ada pemaknaan lain yang dirasakan oleh Mang Yoyo tersebut yakni tumbuhnya jiwa sosial dalam kesetiakawanan dan tergambar dalam kekompakkan dirinya dan masyarakat yang lain dalam mengikuti ajakan oleh pemimpin lingkungan (peneliti menafsirkan Ketua RT) untuk ikut serta dalam mensukseskan ulang tahun serta adanya ketaatan kepada pemimpin yang mengajaknya. Hampir sejalan dengan penuturan Mang Yoyo ada penuturan dari informan yang lain yang mana redaksinya hampir sama dengan apa yang disampaikan diatas beliau adalah H. Muttaqien yang menilai bahwa pawai natura merupakan bentuk ajrih, rasa rumasa terhadap guru sebagai bentuk khidmat, niat membantu sebagai bentuk rasa cinta ,rasa rumasa di didik, di bimbing oleh guru Dalam pempersiapkan pawai natura masyarakat sudah sepakat siap kapanpun acara itu digelar, mereka siapkan berbagai kebutuhan dan perlengkapan yang diperlukan bila perlu 3 hari sebelum keberangkatan, ini merupakan bentuk kesiapan. Pada hari pelaksanaanya mereka siap meninggalkan kesibukan masing-masing demi telaksananya secara kompak dan berduyun-duyun mengikuti pawai natura.
Dari hasil pengolahan data waancara diatas terdapat gambaran bahwa ikhwan TQN selalu siap dalam melaksanakan kegiatan yang menyokong kegiatan Pondok Pesantren Suryalaya, hal ini membuktikan bahwa adanya kesiapan tersebut merupakan wujud tidak adanya paksaan dalam penyelenggaraan pawai natura bagi semua kalangan, tidak ada yang meras terbebani baik secara moral maupun materil.
Dari berbagai pemaparan para informan, peneliti dapat mengambil sebuah simpulan bahwa makna dan tujuan diadakkannya pawai natura tidak lebih dari sebuah khidmat dari seorang murid kepada guru dalam rangka ikut meringankan beban mursyid yang akan mengadakan HUT Pondok Pesantren Suryalaya ataupun proses tradisi haul.Tetapi, ada juga sebagian ikhwan TQN yang memaknai tradisi pawai natura sebagai bagian dari Ngalap Barokah, atas karomah yang dimiliki oleh mursyid TQN.
Pawai natura menjalankan fungsinya sebagai landasan tradisi yang hanya tidak menyokong fungsi ritual ataupun fungsi sosialnya saja.Tetapi, pawai natura juga menjadi penyokong sebuah kebudayaan dengan nuansa keagamaan yang kental dengan nilai keislamannya. Pawai natura bukan hanya menjadikan keberagaman dalam khazanah budaya islam menjadi bertambah tapi juga menjadikan budaya islam yang lebih bercorak budaya lokal (kuno) dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman yang disyariatkan.



Pawai Natura dilihat dari berbagai fungsinya
Pawai natura dalam kehidupan Ikhwan TQN jelas memiliki fungsi yang beragam, dari mulai fungsi secara ritual atau upacara, kemudian fungsi sosial sampai pada fungsi keagamaan atau religious yang didapat oleh para ikhwan TQN dari sebuah tradisi pawai natura.

a.       Fungsi Ritual (Upacara)
Dalam tatanan kehidupan sehari-hari ikhwan TQN Pondok Pesantren Suryalaya, pawai natura memiliki fungsi ritual (upacara) yaitu pawai arak-arakan, abring-abringan (sunda), sedangkan natura adalah apa yang dibawa adalah merupakan hasil bumi, alam pertanian, peternakan, perikanan dan lain-lain.
Fungsi ritual (upacara) inilah  yang menjadikan pawai natura dinilai sebagai sebuah upacara yang sakral dan penuh dengan nilai budaya. Fungsi ritual dari pawai natura ini, membuat sebuah simpulan bahwa adanya nilai tersendiri yang terpatri dalam hati dari para pelaku pawai natura tersebut sehingga meletakkan bahwa pawai natura bukan hanya sebuah iring-iringan semata, tapi juga ada sebuah bentuk pengorbanan akan harta, tenaga, pikiran dan ilmu yang dimiliki dengan penuh kerelaan dan keikhlasan. Fungsi ritual (upacara) ini tidak mengharap apa-apa kecuali ingin dinggap sebagai murid yang baik yang bisa berkhidmat sesuai kemampuan, idealnya kalau mampu apa yang diperlukan oleh guru itu mestinya kita yang memenuhi dan menanggungnya,demikian katanya dalam kitab anwarul qudsiah, yang paling tidak apa yang kita mampu kita sumbangkan dari sebagian harta, tenaga, pikiran, dan ilmu yang dimiliki dengan penuh kerelaan dan keikhlasan.
b.      Fungsi Sosial
Selain dari fungsi pawai natura secara ritual atau upacara, fungsi lain dari pawai natura adalah fungsi sosial. Fungsi ini adalah menjelaskan tentang adanya fungsi dari pawai natura terhadap kondisi sosial ikhwan TQN dalam kehidupannya.
Dari petikan wawancara tersebut diperoleh sebuah asumsi bahwa adanya pawai natura sebagai fungsi sosial adalah terjalinnya kekompakan masyarakat umum dalam menyambut dan memeriahkan pawai natura. Dalam proses pelaksanaannya masyarakat secara berduyun-duyun dari setiap kampung ikut memeriahkan pawai natura, hal ini pulalah yang menjadikan pawai natura sebagai bagian dari sarana untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa memiliki akan sebuah budaya yang harus terus dilestarikan.
Fungsi sosial yang tergambar dari pawai natura yang lainnya bahwa adanya rasa kebersamaan yang lahir dari hati nurani ikhwan TQN dari berbagai golongan sehingga menjadikan pawai natura ini sebagai bagian dari kegiatan silaturahmi bagi ikhwan TQN.
c.       Fungsi Keagamaan (religious)
Fungsi selanjutnya dalam pembahasan terkait pawai natura adalah adanya keterkaitan antara pawai natura dengan fungsinya dengan bentuk kegiatan keagamaan, banyak para informan yang menyatakan bahwa pawai natura merupakan sebuah bentuk khidmat atau perasaan untuk menghormati dan memuliakan mursyid TQN.Inilah yang menjadikan pawai natura menjadi sutau tradisi yang sarat dengan nilai keagamaan karena didalamnya penuh dengan hikmah dan manfaat.Bentuk khidmat yang tergambar adalah dengan ikut meringankan beban mursyid lewat memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan logistik.Selain adanya unsur khidmat kepada guru ternyata ada juga fungsi pawai natura sebagai fungsi keagamaan dalam bentuk karomah atau barokah.
Fungsi keagamaan dari pawai natura tergambar jelas dari adanya rasa cinta, rasa rumasa dididik dan adanya rasa dibimbing oleh guru yang menjadikan pawai natura ini sebagai wujud dari ungkapan syukur dan khidmat yang sesungguhnya terhadap apa yang dimiliki oleh para ikhwan TQN pada umumnya.
Dari berbagai fungsi diatas tentang pawai natura, dapat diungkap bahwa pawai natura sebagai sebuah tradisi posisinya mendapat tempat tempat tersendiri di hati para pengamalnya dalam hal ini adalah ikhwan TQN.Secara umum pawai natura dengan berbagai fungsinya tersebut lebih menitikberatkan pada fungsi keagamaan (religious) yang banyak tergambar sebagai bentuk khidmat kepada mursyid TQN.



Simpulan
Tulisan ini telah melukiskan bagaimana keberadaan Pawai Natura sebagai sebuah rangkaian dari berbagai rangkaian kegiatan yang ada dalam perayaan HUT Pondok Pesantren Suryalaya. Sebuah upacara iring-iringan dengan membawa berbagai macam penganan dan bahan-bahan hasil alam ini selalu menjadi pemasok utama dalam pemenuhan kebutuhan makanan selama proses HUT tersebut berlangsung. Keberadaannya menjadi sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun dengan pelaksanaan setiap tahun diusahakan adanya perubahan konsep dan rancangan agar kegiatan ini bisa lebih menarik dan tidak hanya menjadi sebuah kegiatan pawai biasa semata. Tetapi, ingin menjadi sebuah kegiatan yang benar-benar menjadi ciri khas dari Pondok Pesantren Suryalaya.
Pawai natura merupakan ciri khas dari Pondok Pesantren Suryalaya yang bisa dikatakan sebagai sebuah acara yang sakral, fenomenal dan heroik bagi ikhwan akhwat TQN dalam mewujudkan khidmatnya kepada figur yang memiliki nilai-nilai kejuangan, patriotism, wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan nilai-nilai kepahlawanan dalam perjuangan kemerdekaan. Pangersa Abah Anom yang simpatik dan kharismatik telah menempatkan pengajaran TQN dalam relung hati setiap ikhwan TQN,sehingga para Ichwan akhwat merasa terpanggil secara nurani untuk berhidmat dalam rangka membantu mensukseskan dan memeriahkan HUT PP Suryalaya menyumbangkan berbagai kemampuan, baik harta, tenaga,  dan pikiran sesuai kafasitas, sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang diterima
Pawai natura menjadi sebuah landasan fungsi ritual dimana kegiatan ini menjadi sebuah budaya yang dilestarikan secara turun temurun dan landasan fungsi sosial sebagai sebuah sarana ikatan kekeluargaan dan kebersamaan. Kemudian, pawai natura dalam fungsinya sebagai unsur keagamaan bagi ikhwan TQN dalam memberikan sebagian rizki yang mereka peroleh sebagai bentuk syukur kepada Allah dan maksud khidmat serta mencari barokah dengan memuliakan mursyid atas jasa dan pengorbanan yang telah dilakukannya semasa hidupnya.



DAFTAR PUSTAKA


Abbdullah, Syamsudin. 1996. Agama dan Masyarakat, Pendekatan Sosiologi Agama.Yogyakarta; Logos.

Baal, Van,J, 1987.Sejarah dan pertumbuhan Teori Antropologi Budaya (hingga dekade 1970) jilid 2, Gramedia, Jakarta

Perkembangan pendidikan formal di Pondok Pesantren Suryalaya dapat dibaca alam buku Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Formal di Lingkungan Yayasan Serba Bakti Pontren Suryalaya, 2007.

Pondok Pesantren Suryalaya. 2011. Mengenak 40 Wafatnya Syaikh Haji Ahmad Shohubul Wafa Tajul Arifin

Salahudin, Asep.Akulturasi Tarekat dan Sunda: Berkaca dari Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya. Disampaikan dalam Konferensi Internaional Budaya Sunda II di Gedung Merdeka, Tanggal 19-22 Desember 2011

Kuntjaraningrat.1980. Beberapa Pokok Antropolgi Sosial.Yogjakrata; Dian Rakyat.

Laporan Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke 105 tanggal 1-10 Oktober 2010

Surat Edaran Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke-105 nomor:06/Pan-HUT/PPS/IV/2010 tentang Rincian Kegiatan dalam Rangka Peringaktan HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.

Surat Keputusan tentang Susunan Panitia Peringatan HUT ke-105 Pondok Pesantren Suryalaya Tanggal 01 Januari 2010

Sunardjo, Unang, SejarahPondokPesantrenSuryalaya, 1995.

Yayasan Serba Bakti Suryalaya. 2007. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Formal di Lingkungan Yayasan Serba Bakti Suryalaya.



Islam di Sumatera

RIAN TRI HARYONO
ILHAM HIDAYAT
M.JORDI O.F

Kondisi Masyarakat Sebelum Masuknya Islam di Sumatera
Sumatera Utara memiiki letak geografis yang strategis. Hal ini membuat Sumatera Utara menjadi pelabuhan yang ramai, menjadi tempat persinggahan saudagar-saudagar muslim Arab dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu.
Sebelum masuk agama Islam ke Sumatera Utara, masyarakat setempat telah menganut agama Hindu.Hal ini dibuktikan dengan kabar yang menyebutkan bahwasanya Sultan Malik As-Shaleh, Sultan Samudera Pasai pertama, menganut agama Hindu sebelum akhirnya diIslamkan oleh Syekh Ismael.
Sama halnya dengan Sumatera Utara, Sumatera Selatan juga memiliki letak geografis yang strategis.Sehingga pelabuhan di Sumatera Selatan merupakan pelabuhan yang ramai dan menjadi salah satu pusat perniagaan pada masa dahulu. Oleh karena itu, otomatis banyak saudagar-saudagar muslim yang singgah ke pelabuhan ini.
Sebelum masuknya Islam, Sumatera Selatan telah berdiri kerajaan Sriwijaya yang bercorak Buddha.Kerajaan ini memiliki kekuatan maritim yang luar biasa.Karena kerajaannya bercorak Buddha, maka secara tidak langsung sebagian besar masyarakatnya menganut Agama Buddha.
Letak yang strategis menyebabkan interaksi dengan budaya asing, yang mau tidak mau harus dihadapi.Hal ini membuat secara tidak langsung banyak budaya asing yang masuk ke Sriwijaya dan mempengaruhi kehidupan penduduknya dan sistem pemerintahannya.Termasuk masuknya Islam.
Bangsa Indonesia yang sejak zaman nenek moyang terkenal akan sikap tidak menutup diri, dan sangat menghormati perbedaan keyakinan beragama, menimbulkan kemungkinan besar ajaran agama yang berbeda dapat hidup secara damai. Hal-hal ini yang membuat Islam dapat masuk dan menyebar dengan damai di Sumatera selatan khususnya dan Pulau Sumatera umumnya.

Jumat, 23 Januari 2015

Syariat, Tarekat dan Adat: Etnografi Islam Tatar Sunda

Dr. Abdurrahman MBP, MEI


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, syukur kepada Allah ta’ala yang telah memberikan anugerah yang sangat banyak hingga hari ini kita masih bisa berada di jalanNya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada uswah hasanah nabiyina Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, kepada ahli baitnya, para shahabatnya dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak sunnah beliau hingga akhir zaman.
Islam adalah agama universal, bisa dilaksanakan kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan apa saja. Ketika Islam hadir di padang pasir yang tandus wilayah timur tengah ia menjadi jalan bagi bangkitnya bangsa yang awalnya tidak diperhitungkan dalam sejarah umat manusia. Demikian pula ketika ia memasuki wilayah tropis, Islam menjalin harmoni dengan kebudayaan lokal yang ada di masyarakatnya. Pada saat Islam menjadi sebuah kekuatan politik pada sebuah negara, Islam adalah undang-undang komprehensif yang mengatur permasalahan negara dengan sempurna. Pun ketika Islam menjadi agama rakyat, ia menjelma menjadi praktek-praktek keagamaan tanpa melihat pada kekuasaan.
Kehancuran Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad berimplikasi kepada pola keagamaan masyarakat muslim yang kemudian larut ke dalam praktek-praktek Tasawuf. Tidak adanya akses kepada kekuasaan memaksa mereka untuk memfokuskan pada kajian-kajian Islam berbasis spiritual dengan praktek-praktek hidup zuhud terhadap dunia. Pola-pola tersebut mendapat legitimasi dari praktek hidup Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam dan para shahabatnya dalam kehidupan mereka.
Nabi dan para shahabatnya yang memahami bagaimana hakikat kehidupan dunia sebagai senda-gurau dan permainan belaka. Adanya pengaruh dari kebudayaan Persia, India, Nusantara dan Sunda menjadikan pola-pola tasawuf tumbuh subur di wilayah-wilayah penyebarannya, khususnya di Asia dan Afrika. Selanjutnya bermunculanlah berbagai aliran tasawuf yang mewarnai dunia Islam, sebut saja Tarekat Syatariyah, Idrisiyah, Qadiriyah, Naqsabandiyah dan yang lainnya. Masing-masing aliran memiliki karakter tersendiri sebagai hasil pengalaman spiritual para penggagasnya. Kesamaan visi dan misi menjadikan beberapa tarekat melebur dalam satu bentuk tarekat baru yang dikembangkan oleh tokohnya.
Salah satu aliran tarekat yang berkembang di Indonesia khususnya di Tatar Sunda (Jawa Barat) adalah Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah. Tarekat ini dikembangkan oleh Shahibul Wafa Tajul Arifin atau yang dikenal dengan Abah Anom di Pesantren Suryalaya Tasikmalaya, sebelumnya dikembangkan oleh Abah Sepuh yang berasal dari ulama Nusantara yaitu Ahmad Khatib As-Sambasi. Perjuangan panjang untuk menyebarkan tarekat ini telah Nampak dengan semakin berkembangnya tarekat ini. Tidak hanya di wilayah Jawa Barat namun juga di wilayah lainnya. Bahkan sudah menyebar ke Singapura dan Malaysia.
Buku ini merupakan laporan penelitian etnografi mengenai Tradisi Tarekat Qadiriyah-Naqsabandiyah di Pesantren Kajembaran Rahmaniyah Suryalaya Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia. Masih sedikitnya referensi mengenai tarekat ini menjadi alasan kuat bagi kami untuk menerbitkannya. Sifat dari buku ini yang merupakan laporan etnografi menjadi sisi kuat data dibandingkan dengan buku-buku lainnya.
Akhirnya, tak ada gading yang tak retak oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sekalian kami tunggu untuk perbaikan di masa yang akan datang. 

Bogor, 12 Januari 2015



Tim Penulis

Senin, 19 Januari 2015

Etika Bisnis Islam

Oleh: 
Dr. Abdurrahman MBP, MEI

   Sebuah perusahaan pengolahan kulit kambing yang menghasilkan limbah kimia berada di dekat pemukiman penduduk. Suatu saat penduduk yang ada di sekitranya melakukan demonstrasi karena merasa limbah perusahaan tersebut merusak lingkungan mereka. Bagaimana Corporate Social Responsibilty (CSR) dalam perspektif hukum Islam menjawab masalah ini?
2.      Islam telah memberikan aturan bagi para pelaku bisnis agar tetap menjaga lingkungan alam dalam proses pengolahan bahan dasar yang berbahaya bagi lingkungan. Apa hukuman bagi pengusaha yang merusak lingkungan alam dalam pandangan Islam?
3.      Jelaskan etika kesejahteraan umum dalam perspektif Etika Bisnis Islam!
4.      Negara memiliki peran yang vital dalam dunia usaha, ia memiliki kekuasaan untuk mengelola sumber daya alam yang ada. Apa saja kewenangan negara dalam dunia bisnis dalam perspektif ekonomi Islam?
5.      Lembaga hisbah pada dasarnya adalah lembaga yang bertuga untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, perkembangan selanjutnya ia menjadi sebuah lembaga pengawas dan mengeksekusi setiap penyimpangan yang terjadi di masyrakat. Jelaskan transformasi lembaga hisbah sejak masa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam hingga di Indonesia!
6.      Gharar dapat terjadi pada beberapa bagian dalam akad (transaksi), pada bagian apa saja gharar bisa terjadi?
7.      Dunia bisnis saat ini semakin berkembang seiring perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi. Dunia bisnis saat ini telah terbiasa dengan sistem perdagangan elektronik (E commerce). Bagaimana agar jenis perdagangan ini bisa diterima dalam sistem ekonomi dan bisnis Islam?
8.      Bisnis adalah usaha untuk mendapatkan keuntungan, namun Islam mengatur bagaimana keuntungan tersebut harus didapatkan. Sebutkan perbedaan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis dalam managemen laba! 

1.      Jelaskan etika kesejahteraan umum dalam perspektif Etika Bisnis Islam!
2.      Gharar dapat terjadi pada beberapa bagian dalam akad (transaksi), pada bagian apa saja gharar bisa terjadi?
3.      Negara memiliki peran yang vital dalam dunia usaha, ia memiliki kekuasaan untuk mengelola sumber daya alam yang ada. Apa saja kewenangan negara dalam dunia bisnis dalam perspektif ekonomi Islam?
4.      Islam telah memberikan aturan bagi para pelaku bisnis agar tetap menjaga lingkungan alam dalam proses pengolahan bahan dasar yang berbahaya bagi lingkungan. Apa hukuman bagi pengusaha yang merusak lingkungan alam dalam pandangan Islam?
5.      Bisnis adalah usaha untuk mendapatkan keuntungan, namun Islam mengatur bagaimana keuntungan tersebut harus didapatkan. Sebutkan perbedaan sistem ekonomi Islam dan sistem ekonomi kapitalis dalam managemen laba!
6.      Sebuah perusahaan pengolahan kayu yang menghasilkan limbah kimia berada di dekat pemukiman penduduk. Suatu saat penduduk yang ada di sekitranya melakukan demonstrasi karena merasa limbah perusahaan tersebut merusak lingkungan mereka. Bagaimana Corporate Social Responsibilty (CSR) dalam perspektif hukum Islam menjawab masalah ini?
7.      Lembaga hisbah pada dasarnya adalah lembaga yang bertuga untuk melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, perkembangan selanjutnya ia menjadi sebuah lembaga pengawas dan mengeksekusi setiap penyimpangan yang terjadi di masyrakat. Jelaskan transformasi lembaga hisbah sejak masa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam hingga di Indonesia!
8.      Dunia bisnis saat ini semakin berkembang seiring perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi. Dunia bisnis saat ini telah terbiasa dengan sistem perdagangan elektronik (E commerce). Bagaimana agar jenis perdagangan ini bisa diterima dalam sistem ekonomi dan bisnis Islam? 

Seri Buku: Menjadi Muslim Mandiri

Oleh: Abdurrahman Abu Aisyah

Pendahuluan

إن الحمد لله نحمد ه و نستعنه و نستغفره و نعوذ بلله من شرور انفسنا و سيآت اعمآ لنا من يهده الله فلا مضل له و من يضلل فلاهادي أ شهد ان لا اله الا الله  وأ شهد ان محمد عبده و رسو له, أ ما بعد
Segala puji hanya milik Allah ta’ala yang tidak ada sekutu bagi-Nya, kami memuji-Nya kami memohon pertolongan hanya kepada-Nya dan kami memohon ampunan kepada-Nya, kami berlindung dari kejelekan diri-diri kami serta kejelekan amal-amal kami, barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya maka tidak ada satu orangpun yang dapat memberikan petunjuk. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada suri tauladan terbaik kita Nabi akhir zaman Muhammad Shalallahu ‘alahi wa salam, ahli baitnya, shahabatnya dan seluruh kaum mu’minin yang mengikuti sunnahnya sampai akhir zaman.
Amma ba’du.
Perkembangan peradaban manusia telah membawa kepada perubahan sistem sosial budaya dan kepercayaan, sehingga secara langsung ataupun tidak langsung telah berdampak kepada pola pikir dan cara hidup masyarakatnya. Akibat lainnya, ia tengah membawa setiap manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya. Benturan-benturan sosial yang kerap terjadi adalah salah satu akibat dari perbedaan pola pikir di tengah masyarakat kita.
Masyarakat dunia yang majemuk adalah sebuah fakta yang harus kita hadapi. Sebagai seorang muslim kita tentu memiliki pola pikir dan cara hidup yang berbeda untuk menghadapi masyarakat di sekitar kita yang semakin beraneka ragam. Setiap muslim adalah insan tauladan bagi masyarakatnya, ia adalah rahmat bagi sekitarnya. Perubahan pola pikir dan cara hidup masyarakat haruslah selalu diimbangi dengan pribadi-pribadi muslim mandiri. Lalu, bagaimana dengan pola pikir dan gaya hidup kita sebagai seorang muslim? apakah kita harus mengikuti arus perubahan itu, atau memisahkan diri dari masyarakat?
Di tengah perkembangan peradaban manusia yang begitu cepat, setiap muslim dituntut untuk dapat lebih erat memegang prinsip hidup sebagai bekal menghadapi arus zaman yang terus menerjang segala sendi kehidupan manusia. Sebagai seorang muslim tentu kita tidak ingin begitu saja terbawa arus, kita ingin memiliki sebuah pegangan hidup, kita ingin mandiri, tentunya agar hidup lebih terkendali dan terarah. Namun perkembangan peradaban manusia pula yang telah melahirkan begitu banyak ideologi dan system kepercayaan atau "madzhab" yang dianut manusia. 
Saat ini kita saksikan bersama bahwa agama-agama besar dunia telah "melahirkan" berbagai madzhab kepercayaan yang begitu banyak. Jika kita melihat agama Kristen maka jumlah persekutuan mereka sangat banyak. Agama Yahudi juga telah memliki berbagai aliran yang berbeda-beda. Bagaimana dengan agama kita yaitu Islam ? sebuah pemandangan yang tidak bisa dipungkiri bahwa umat Islam telah bergumul dalam berbagai madzhab dan aliran-aliran kepercayaan yang begitu banyak.     
Berbagai aliran dalam Islam tersebut memiliki ciri khas yang membedakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Mereka dengan segala atributnya telah memiliki berbagai peraturan dan tata tertib serta kekhususan kelompoknya masing-masing. Adanya berbagai "ikatan" yang dibuat oleh kelompok-kelompok tersebut seringkali memalingkan seseorang untuk menerima kebenaran dari luar kelompoknya. Bahkan sebuah pemandangan yang tidak mengherankan manakala sebagian mereka begitu setia dengan kelompoknya.
Adanya kelompok-kelompok dalam Islam memiliki nilai positif dan negatif. Kita akan bersedih dengan adanya perseteruan-perseteruan yang terjadi di antara mereka. Namun, di balik semua itu akan tampak sebuah kebenaran wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW, di mana beliau pernah bersabda mengenai keadaan umat ini :
ألا إن من قبلكم من أهل الكتاب افترقوا على ثنتين وسبعين ملة وإن هذه الملة ستفترق على ثلاث وسبعين : ثنتان وسبعون في النار وواحدة في الجنة وهي الجماعة
Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian dari Ahli Kitab telah terpecah menjadi 72 kelompok, dan agama ini (Islam) akan terpecah menjadi 73 kelompok, 72 akan berada di Neraka dan satu kelompok berada di Surga, yaitu kelompok jama'ah. HR Abu Daud.
Kita tidak akan mengklaim bahwa kelompok kitalah yang paling benar, hal ini tentu akan membawa kepada perseteruan yang semakin tajam. Demikian pula kita tidak akan menuduh kelompok-kelompok tertentu sebagai Islam sempalan atau kelompok sesat tanpa adanya bukti yang kuat. Justru kita akan melihat ke dalam diri kita sudah benarkah cara Islam kita ? apakah sudah sesuai dengan tuntutan dari Islam itu sendiri ? jawabannya adalah "Menjadi Muslim Mandiri".    
 Fenomena di tengah masyarakat yang berupa kelompok-kelompok "madzhab" telah membawa pada sebuah akibat yang mengkhawatirkan, awalnya adalah berharap agar umat Islam semakin kuat posisinya dalam berbagai lini kehidupan, tapi justru yang terjadi adalah loyalitas pada perkumpulannya atau kepada kelompoknya yang membabi buta. Hal ini ini bukanlah isapan jempol, berapa banyak "sekte" yang ada dalam Islam? berapa banyak "madzhab" dalam Islam?  
Sejatinya fenomena madzhab tidaklah tercela, kemunculan madzhab di awal perkembangan Islam adalah sebuah sikap mandiri untuk menyelaraskan Islam dengan perkembangan zaman, hal ini bukan berarti hukum-hukum Islam yang kurang sehingga perlu disesuaikan dengan zaman, namun bukti Islam yang dinamis. Di mana bagian-bagian hukum Islam dapat sesuai dengan perkembangan zaman. Adapun dalam masalah keyakinan dan pemahaman maka ia tidak akan pernah berubah.
Sebagian kelompok-kelompok Islam yang ada saat ini lebih mengedepankan kemajuan kelompoknya dari pada Islam sendiri, sehingga rasa kebersamaan dalam Islam sering kali terkorbankan hanya karena beda kelompok. Hal ini tentu sangat membahayakan Islam sendiri. Dan yang menjadi korban dari kelompok-kelompok seperti ini adalah orang-orang yang belum paham dengan Islam, atau para remaja yang baru belajar agama dan mempunyai semangat yang tinggi. Mereka sangat mudah dimasuki doktrin-doktrin dari para "ustadz"nya.
Mendapatkan ilmu hanya satu sumber adalah salah satu dari sebabnya, padahal hal ini tidaklah sesuai dengan Islam pada zaman keemasannya. Jika para ulama dahulu mempunyai "guru" yang begitu banyak sehingga pola pemikirannya tidak terikat dengan satu kelompokpun, demikian pula mereka lebih mengedepankan ukhuwah Islam daripada ukhuwah kelompok.
Lalu kelompok-kelompok Islam seperti apa yang tidak sesuai dengan Islam? "Menjadi Muslim Mandiri" ingin memberikan semacam "studi banding" terhadap kelompok-kelompok yang telah memasung daya nalar, kreativitas dan kemandirian seorang muslim. Pemasungan yang dimaksud adalah kita terlalu nrimo dengan apapun yang menjadi keputusan dan pegangan kelompok tersebut. Akibatnya adalah pola pikir yang tertanam bahwa hanya dari kelompoknyalah kebenaran itu berasal, adapun dari luar kelompoknya adalah sesuatu yang menyesatkan. Ini jelas pengebirian terhadap kemandirian dalam keimanan dan keberagamaan. Sehingga tidaklah mengherankan bila antara satu kelompok dengan kelompok lainnya tidak cocok bahkan terkadang bentrok baik secara pemikiran atau fisik. Kenapa mereka bisa "bentrok"? karena kemandirian mereka dalam beragama telah dikebiri oleh kelompoknya. Mereka telah masuk ke dalam jerat kelompok yang telah memenjarakan pola pikir beragama mereka.   
Dari sini akan muncul sebuah pertanyaan, seperti apa sebenarnya Islam mengajarkan kepada umatnya dalam beragama? apakah kita tidak boleh mengikuti kelompok-kelompok dalam Islam? bagaimana jika dia adalah seorang yang tidak paham dengan agama ini? jawabannya ada dalam buku ini. Intinya adalah kemandirian, itulah yang menjadi kunci dalam masalah ini. Kemandirian dalam beragama, dimulai dari kemandirian berislam, kemandirian beribadah dan kemandirian berfikir.
Apakah anda sudah mandiri dalam beragama ? buku ini mengajak kita untuk kembali merenungi metode kita beragama, bukanlah untuk menjustifikasi atau mengadili cara beragama kita selama ini, namun sekadar saling menasehati, bukankah kita adalah satu umat yang saling bersaudara? Dan bukankah kita ingin menjadi orang-orang yang benar-benar beriman? Mari kita lihat firman Allah ta'ala dalam Al-Qur'an :
وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلاَّ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ {3}
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. QS Al-'Ashr ayat 1-3.  
Ayat tersebut adalah pegangan kita untuk memberikan yang terbaik kepada saudara sesama muslim, di mana saja mereka berada tanpa melihat kelompok atau golongannyya.
Kemandirian yang dimaksud dalam buku ini juga berarti kemandirian yang membawa setiap muslim untuk beragama (berislam) sesuai dengan kesadaran dirinya, bukan karena keturunan, bukan karena ikut-ikutan apalagi karena paksaan. Islam menginginkan umatnya mandiri dalam beragama, Islam menginginkan umatnya menyeluruh dalam beragama, Islam memerintahkan umatnya untuk mandiri dalam berfikir, demikian pula Islam menginginkan agar umatnya beragama secara lahir batin.
Apakah bisa seseorang beragama secara mandiri ? tentu saja bisa, kenapa tidak, Islam datang bagi seluruh umat manusia, lihatlah firmanNya :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu (Muhammad SAW), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. QS Al-Anbiya ayat 107.
Maksud rahmat tersebut adalah bahwa beliau diberikan wahyu untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia tanpa memandang apakah dia seorang budak atau seorang majikan, baik ia seorang badui yang bodoh ataupun seorang cerdik pandai. Ringkasnya Islam diturunkan untuk seluruh manusia baik dia seorang yang pandai berfikir ataupun tidak, ia akan dengan mudah diterima oleh lapisan masyarakat mana saja dan kapan saja. Hasilnya adalah setiap muslim dituntut untuk memahami Islam sesuai dengan tingkatan nalar pikirnya, karena Islam itu akan dapat diterima oleh nalar, betapapun rendahnya nalar tersebut. Inilah kelebihan Islam yang tidak ada dalam agama lainnya. Sehingga kemandirian dalam beragama Islam adalah mutlak dilaksanakan oleh setiap orang Islam.
Akhirnya ini adalah langkah awal kita untuk menjadi yang lebih baik, tidak mungkin cara beragama kita akan berubah jika kita sendiri tidak mau merubahnya, perubahan adalah sebuah keniscayaan di tengah perubahan itu sendiri.  Berbicara tentang perubahan kita akan diingatkan dengan kalamNya :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. QS Ar-Ra'd ayat 11.
Perubahan dari yang tidak baik menuju yang lebih baik adalah sebuah keistimewaan dalam Islam. Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari besok harus lebih baik dari hari ini, dikatakan dalam sebuah kata-kata penuh hikmah : Seorang muslim adalah seseorang yang hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari besok harus lebih baik dari hari ini."   
Hal ini tentu berkaitan erat dengan seluruh sendi kehidupan manusia, dari sesuatu yang sangat penting semisal aqidah dalam beragama, hingga aktivitas keseharian lainnya, seluruhnya haruslah selalu ada peningkatan baik kualitas maupun kuantitas. Kata kuncinya adalah kesinambungan dalam melakukan perbuatan baik.
Ingat setiap kita akan diminta pertanggungjawaban, kenapa kita beragama? kenapa kita berislam? dan kenapa kita tidak mau menggunakan akal pikiran kita untuk menerima kebenaran dari manapun asalnya? jawabannya akan terpatri dalam jiwa kita manakala kita bisa menjadi seorang muslim mandiri, bukan muslim yang hanya ikut-ikutan bukan muslim yang hanya keturunan.