Oleh: Abdurrahman Misno
Bulan Ramadhan
yang sedang kita jalani ini sejatinya adalah bulan Al-Qur’an, karena pada bulan
inilah Al-Qur’an diturunkan. Allah Ta’ala berfirman:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ
وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
Bulan Ramadan adalah bulan yang di
dalamnya diturunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).
QS. Al-Baqarah: 185.
Imam
Ath-Thabari menyatakan, “Sedangkan رمضان /ramadhan/ sebagian ahli balaghah arab menyatakan bahwa
dinamakan demikian karena begitu menyengat panasnya di bulan itu, hingga bayi
pun merasa kepanasan” (Tafsir Ath Thabari, 3/444). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa makna Ramadhan adalah panas membara, sehingga ia menjadi simbol semangat,
keberanian, pengorbanan dan mujahadah fi sabilillah.
Bulan ini
menjadi istimewa karena padanya diturunkan Al-Qur’an, sebagaimana lanjutan dari
ayat ini:
الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
“bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur’an”
Ayat ini adalah
dalil bahwa Al Qur’an pertama kali diturunkan di bulan Ramadhan. Sebagaimana
ayat lain:
إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
Sesungguhnya kami turunkan ia (Al
Qur’an) di malam lailatul qadr” (QS. Al Qadr: 1)
Demikian juga
firman Allah Ta’ala:
إِنَّا أَنزلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ
Sesungguhnya kami turunkan ia (Al
Qur’an) di malam yang penuh keberkahan” (QS. Ad Dukhan: 3).
Imam Ibnu
Katsir memaparkan, “Allah Ta’ala memuji bulan Ramadhan diantara bulan-bulan
lainnya. Yaitu dengan memilihnya sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an Al
Azhim” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/501). Bahkan selain Al Qur’an, Ramadhan juga
adalah bulan diturunkannya kitab-kitab Allah sebelumnya. Imam Ibnu Katsir
membawakan dalil akan hal ini, yaitu sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam:
أُنْزِلَتْ صُحُف إِبْرَاهِيمَ فِي أَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ
وَأَنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لسِتٍّ مَضَين مِنْ رَمَضَانَ، وَالْإِنْجِيلُ
لِثَلَاثَ عَشَرَةَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ وَأَنْزَلَ اللَّهُ الْقُرْآنَ
لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ خَلَتْ مِنْ رَمَضَانَ
Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam
pertama bulan Ramadhan. Taurat diturunkan pada hari ke malam ke 7 bulan
Ramadhan. Injil diturunkan pada malam ke-14 Ramadhan. Sedangkan Al Qur’an
diturunkan pada malam ke-25 bulan Ramadhan” (dishahihkan Al Albani dalam
Silsilah Ash Shahihah, 1575)
Imam Ath
Thabari membawakan riwayat-riwayat yang menyatakan bahwa maksud dari ‘kami
turunkan ia (Al Qur’an) di malam lailatul qadr‘ adalah: Al Qur’an
diturunkan di malam lailatul qadar dari lauhul mahfudz ke langit dunia.
Sebagaimana riwayat dari Ibnu ‘Abbas Radhiallahu’anhu :
أنزل القرآنُ كله جملةً واحدةً في ليلة القدر في رمضان، إلى السماء
الدنيا، فكان الله إذا أراد أن يحدث في الأرض شَيئًا أنزله منه، حتى جمعه
“Al Qur’an diturunkan sekaligus di
malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan, ke langit dunia. Lalu setelah itu
jika Allah ingin memfirmankan sesuatu ke dunia, ia (Al Qur’an) diturunkan dari
langit dunia (bagian demi bagian) hingga akhirnya dikumpulkan” (Tafsir Ath Thabari,
no. 2818)
Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu juga
berkata:
أنزل الله القرآن إلى السماء الدنيا في ليلة القدر، فكان الله إذا
أراد أن يُوحِيَ منه شيئًا أوحاه
“Allah menurunkan Al Qur’an ke
langit dunia di malam lailatul qadar. Lalu setelah itu jika Allah ingin memfirmankan
sesuatu, Ia mewahyukannya” (Tafsir Ath Thabari, no. 2816)
Al-Qur’an
adalah mukjizat terbesar Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, ia
adalah pedoman hidup dan petunjuk menuju falah (kehidupan yang
sejahtera) di dunia dan akhirata:
هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
“Sebagai petunjuk bagi manusia dan
penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan
yang batil)”
Ibnu Katsir
menjelaskan: “Ini adalah pujian Allah terhadap Al Qur’an, bahwa Ia menurunkan
Al Qur’an sebagai petunjuk bagi para hamba yang beriman kepada Al Qur’an,
membenarkan serta mengikuti tuntunan Al Qur’an. Sedangkan بَيِّنَاتٍ /bayyinaat/ artinya sebagai dalil dan
hujjah yang jelas, terang dan gamblang bagi orang yang memahami dan mentadabburinya,
sehingga menunjukkan bahwa Al Qur’an itu benar-benar sebuah petunjuk yang
menafikan kesesatan dan sebuah pedoman yang menafikan penyimpangan. Al Qur’an
juga diturunkan sebagai pembeda antara haq dan batil, antara halal dan haram”
(Tafsir Ibni Katsir, 1/502)
Ayat ini juga
dalil bahwa Al Qur’an adalah landasar hukum Islam dan ia diturunkan kepada
semua manusia, mencakup muslim ataupun bukan, sebagaimana Islam. Muhammad bin
Shalih Utsaimin berkata: “Al Qur’an adalah landasan syari’at Islam, Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam diutus bersamanya kepada seluruh manusia.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَى عَبْدِهِ لِيَكُونَ
لِلْعَالَمِينَ نَذِيراً
“Maha Suci Allah yang telah
menurunkan Al-Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam” (QS. Al Furqaan: 1) ” (Ushul Fiit Tafsir, 1/7)
Maka tidak ada
alasan lagi bagi kita untuk tidak mengambil petunjuk dari Al-Qur’an. Pertanyaan
yang muncul adalah bagaimana cara mendapatkan petunjuk tersebut? Jawabannya
adalah dengan membacanya, mentadaburi, mengamalkan dan mendakwahkan isi
kandungan Al-Qur’an. Perintah membaca disebutkan dalam hadits Nabi yang mulia:
اقْرَءُوا
الْقُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ شَفِيعًا لِأَصْحَابِهِ
Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia
akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat. HR. Muslim dari Abu Umamah.
Membaca
Al-Qur’an adalah salah satu sarana untuk mendapatkan hidayah (petunjuk), dalam
banyak ayatnya Allah Ta’ala berfirman:
أَفَلا
يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلى قُلُوبٍ أَقْفالُها
Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci? QS. Muhammad: 24.
Pada ayat yang lainnya disebutkan:
كِتابٌ أَنْزَلْناهُ إِلَيْكَ مُبارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آياتِهِ
وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُوا الْأَلْبابِ
Ini adalah sebuah Kitab yang kami
turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. QS. Shaad: 29.
Makna Tadabur
menuru As-Sa’di adalah:
التَّأَمُّلُ
فِيْ مَعَانِيْهِ، وَتَحْدِيْقُ الْفِكْرِ فِيْهِ، وَفِيْ مَبَادِئِهِ
وَعَوَاقِبِهِ، وَلَوَازِمِ ذلِكَ”
“Merenungi makna-maknanya; mempertajam pikiran mengenainya; demikian pula prinsip-prinsip, akibat (out
put) dan konsekuensi-konsekuensinya.” (Tafsir al-Sa’di, 189-190) berupa amal
dan ittiba (mengikutinya).
Allah ta'ala
memerintah manusia untuk mentadabburi al-qur'an, yakni merenungi, memahami,
memikirkan, menghayati isi kandungannya yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran
Allah ta'ala. Di dalamnya terdapat sejarah umat masa lampau dan gambaran
kehidupan masa akan datang. Tidak lain, semuanya itu bertujuan bagaimana
manusia bercermin dalam menghadapi kehidupan sehari-harinya agar tidak binasa
oleh kelalaian dan kepongahannya.
Setelah
mentadaburi Al-Qur’an, maka langkah berikutnya adalah mengamalkannya. Sebuah
syair menyatakan:
الْعِلْمُ
بِلَا عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلَا ثَمَرٍ
Ilmu tanpa diamalkan bagaikan pohon yang tak berbuah.
Allah Ta’ala
juga menegur orang-orang yang membaca Al-Qur’an dan tahu hukum-hukumnya namun
tidak melaksanakannya:
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang
tidak kamu perbuat? QS. Ash-Shaff: 2.
Allah Ta’ala juga mencela
orang-orang yang membaca Al-Kitab, mengajak orang lain untuk berbuat baik namun
dia sendiri melupakan diri sendiri:
أَتَأْمُرُونَ
النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ
أَفَلا تَعْقِلُونَ
Mengapa kamu suruh orang lain
(mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri,
padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?
Al-Baqarah: 44.
Maka, sebagai
seorang muslim di bulan Ramadhan yang mulia inilah marilah kita perbanyak
membaca Al-Qur’an, mentadaburinya serta mengamalkannya. Jangan sampai Al-Qur’an
yang kita baca justru menjadi hujjah alaina (dasar hukum yang mengancam
kita).