Jumat, 23 April 2021

ANTARA TAQWA DAN HAWA DUNIA

 Oleh: Abd Misno Mohd Djahri


Alhamdulillah, syukur kepada Allah Ta’ala adalah sebuah keniscayaan. Ia menjadi salah satu dari tanda-tanda keimanan seseorang, syukur yang diawali dengan keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Tentu saja syukur yang paling utama adalah atas nikmat Iman, Islam dan Ikhsan. Alhamdulilla wa syukru lillah.

Shalawat dan salaam mudah-mudahan senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam, habibana wa sayyidana Muhammad Shalallahu alaihi wassalam, kepada seluruh ahli baitnya, para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir zaman, Allahumma shalli wa sallim wa baarik ala rasulillah.

 Dunia adalah tempat di mana kita dilahirkan, ia adalah alam yang dijadikan oleh Allah Ta’ala sebagai tempat tinggal. Padanya terdapat berbagai pesona yang menjadikan dunia itu semakin penuh warna. Allah Ta’ala berfirman:

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Ali Imran: 14.

Dunia memang indah adanya, pesonanya membuat manusia lupa bahwa ada alam nyata setelahnya. Kebanyakan manusia terlena dengan dunia: sibuk dengan keluarga, pekerjaan, sanak saudara hingga urusan dunia telah melalaikan dari ibadah kepadaNya. Memang dunia ini begitu memesona, hingga Rasul kita pernah bersabda:

يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah” (HR. Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1035).

Riwayat lainnya menyebutkan:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu 'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda, "Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah -'Azza wa Jalla- menjadikan kalian khalifah untuk mengelola apa yang ada di dalamnya, lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya fitnah pertama terjadi pada Bani Israel adalah karena wanita!"  HR. Muslim

Pesona dunia terkadang membawa manusia pada tujuan lain hadirnya ia di dunia: hanya bersenang-senang saja seolah-olah akan hidup untuk selamanya. Padahal tidaklah kita hadir di dunia kecuali untuk beribadah kepadaNya, sebagaimana firmanNya:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS. Adz-Dzariat: 56. 

 Tentu saja bukan berarti karena ibadah kemudian kita meninggal dunia, karena sejatinya segala aktifitas yang diniatkan untuk mendapatkan ridha dari Allah Ta’ala akan bermakna ibadah. Karena ibadah sendiri adalah:

العبادة اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ : مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ

Ibadah adalah satu kata yang mencakup segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik itu perkataan maupun perbuatan, perkara batin maupun zahir. (Majmu’ Fatawa: 10/49).

Maka, segala aktifitas yang kita lakukan haruslah tertuju hanya kepadaNya. Ianya bukan berarti meninggalkan dunia, bahkan Allah Ta’ala mengingatkan kepada kita dalam firmanNya:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qashass: 77.

Ayat ini mengajarkan kepada kita mengenai bolehnya kita mengambil bagian kita dunia, boleh kaya raya tapi ingat ada hak dari mereka yang miskin papa. Boleh menguasai dunia, tapi jadikan sebagai wasilah untuk mendapatkan ridha dari Dzat Yang Maha Rahmah.

 

Taqwa yang selalu diwasiatkan oleh para khatib setiap Jumat, adalah bekalan dalam menghadapi dunia. Karena dengan taqwa seseorang akan mampu untuk menahan hawa dunianya. Ia tidak akan lupa daratan, walaupun ia di tengah lautan tak bertepian. Ia juga tidak akan hanyut walaupun digulung oleh gelombang laksana selimut, dengan takwa seseorang akan selamat dari hawa dunia.

Allah Ta’ala memberikan pedoman kepada kita dalam firmanNya:

اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di ahirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allâh serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu. QS. al-Hadîd/57:20.

Allâh Azza wa Jalla juga berfirman :

 بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. [al-A’la/87:16-17].

Rasulullah Shalallahu AlaihI Wassalam bersabda:

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ

Dari Abu Sa’id al-Khudri Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allâh menjadikan kamu sebagai khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu berbuat. Maka jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah dirimu dari (keburukan) wanita, karena sesungguhnya penyimpangan pertama kali pada Bani Isrâil terjadi berkaitan dengan wanita. HR Muslim, no. 2742.

Maka, bertaqwalah dengan dunia, jaga diri dari keburukan dunia yang melalaikan hadapi semua dengan ketakwaan karena hanya dengannya kehidupan kita akan bahagia di dunia dan di akhirat sana.

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. Al-‘Araf: 96.

Hanya dengan takwa seseorang akan mampu untuk menghadapi seluruh pesona dunia, hawanya akan tunduk terhadap syariatNya ketika takwa menjadi bekalan utama. Maka, bertaqwalah dengan sebenar-benarnya...

Akhirnya mari kita berdo’a sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:

اللَّهُمَّ إنِّي أَسألُكَ الهُدَى ، وَالتُّقَى ، وَالعَفَافَ ، وَالغِنَى

Ya Allâh; sungguh aku meminta kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, ‘iffah (terjaga dari hal-hal yang buruk) dan kecukupan (merasa cukup dan tidak mengharap apa yang ada pada manusia). HR. Muslim.


Rabu, 14 April 2021

Dosen PPs INAIS Bogor Mendapatkan Anugerah Buku Negara di Malaysia

Oleh: Abu Aisyah

 

Prestasi membanggakan diukir oleh seorang dosen dari Program Pascasarjana Institut Agama Islam Sahid (INAIS) Bogor. Dr. Abd Misno, MEI meraih penghargaan bergengsi pada “Anugerah Buku Negara 2020-2021” di Malaysia. Penghargaan ini diraih atas buku yang ditulisnya dengan judul “Menggenggam Nusantara Raya: Pasca Covid-19: Resesi Ekonomi atau Kebangkitan?” yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama tahun 2020. Penghargaan buku ini dengan Kategori Anugerah Khas UNESCO-KUALA LUMPUR World Book Capital 2020 Ekonomi dan Masa Depan Nusantara, anugerah disampaikan oleh YB Mustapa Mohamed, Menteri di Jabatan Perdana Menteri (Ekonomi) yang bertempat di Dewan Tun Hussein Onn PTWC Kuala Lumpur pada 07 April 2021.

“Alhamdulillah, ini adalah pencapaian yang menjadi stimulus bagi saya untuk terus berprestasi pada tingkat intenasional” ujar Dr. Misno yang saat ini juga menjabat sebagai Direktur Program Pascasarjana INAIS Bogor. Dosen yang telah menulis lebih dari 100 buku ini telah memiliki lebih dari 200 rancangan buku di laptopnya dan memiliki target minimal 300 buku untuk tahun 2021 ini. Menulis baginya bukan sekadar hobby atau mencari penghargaan, lebih dari itu menulis adalah ibadah, sehingga harus diniatkan karena Allah Ta’ala.

Berkenaan dengan isi buku Menggenggam Nusantara, Dr. Misno menyebutkan bahwa buku ini adalah motivasi positif bagi bangsa-bangsa rumpun Nusantara bahwa walaupun saat ini kita masih berada dalam bayang-bayang Corona, namun pengalaman di masa lalu telah membuktikan bahwa Nusantara adalah bangsa besar yang mampu untuk menghadapi dan mengatasi berbagai permasalahan yang ada. “Yakin, Inshaallah Nusantara Raya akan berjaya” ungkapnya dengan penuh keyakinan.

Sejatinya buku Dr. Misno ini bukanlah buku pertama yang dihasilkan berkaitan dengan negara jiran Malaysia, sudah ada tiga buku sebelumnya yang telah diterbitkan di Malaysia. Jika buku ini ditulis bersama dengan Dr. Sabri Mohd Sharif, M.Si, maka sebelumnya ditulis bersama dengan Dr. Azhaar Jaafar, M. Ushul dari UCYP, Pahang. Semuanya berkaitan dengan motivasi dan upaya agar menjadikan hidup lebih bermakna, sehingga kualitas hidup akan terus meningkat. Semoga ke depan akan semakin banyak buku-buku yang dapat dihasilkan dan memberikan kontribusi bagi masyarakat atau yang dikenal dengan literasi yang memberdayakan. Ambp14042021.