Kamis, 30 Juli 2020

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air.... Jangan mudah diadu domba!!!

Oleh: Abdurrahman Misno

 


Pandemi Covid-19 ternyata belum mampu menyadarkan bangsa ini dari berbagai perpecahan yang terjadi. Perseteruan antar anak negeri masih terus terjadi, baik di alam nyata ataupun di alam maya. Media sosial sebagai realitas di alam maya justru menghadirkan perseteruan yang sangat tajam antar berbagai golongan. Hingga perkataan dan tulisan kotor penuh hujatan muncul dari lisan-lisan anak negeri ini...

 

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu group Whattapps yang beranggotakan berbagai suku dan agama. Group ini memeng lebih bebas karena seolah-olah tidak ada aturan baku dalam mempostingnya, hingga perseteruan dan saling hujat terjadi setiap hari. Tentu saja perseteruan yang terjadi khususnya dalam bidang politik yang merupakan sisa-sisa dari Pilpres 2018 lalu atau permusuhan laten sejak negeri ini mulai berdiri. Ya... perseteruan itu belum selesai, dan mungkin memang tidak akan pernah selesai selama kita masih mudah diadu domba.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Munculnya istilah Cebong dan Kampret plus Kadrun adalah fenomena dari masyarakat yang mudah sekali diadu domba. Satu pihak curiga dengan pihak lainnya, padahal belum tentu kebenarannya. Pihak pertama menyatakan bahwa pihak kedua akan mendirikan khilafah Islam, akan menggantikan Pancasila dan UUD 1945 dengan syariah Islam. Sementara pihak kedua menuduh bahwa pihak pertama adalah kelompok komunis, liberalis yang justru ingin mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Perseteruan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, tidak bisa disepelekan dan bukan hanya bualan... mereka semua adalah anak negeri.

Perseteruan ini memang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak awal negeri ini berdiri hingga saat ini. Banyak pihak yang menginginkan kita semua terpecah-belah hingga Indonesia hanya tingga sejarah...

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Baik kelompok pertama ataupun kelompok kedua sama-sama terprovokasi dengan stigma yang muncul entah dari mana. Stigma negatif yang menempel di masing-masing kelompok ini kemudian dilihat secara hitam putih dan penuh dengan kecurigaan. Apakah ini hanya fenomena di akar rumput? Atau ia juga berlaku di kalangan elit politik? Atau merupakan penyakit akut yang ada pada seluruh anak negeri? Politik kolonial dengan sistem belah bambu-nya memang saat ini tengah terjadi. Pertanyaannya kenapa kita masih mau jadi domba-domba yang diadu?  Sudah hampir 100 tahun kita merdeka, sudah selayaknya untuk berfikir, bertindak dan merespon segala sesuatu dengan bijak.

Penjajahan memang sudah berlalu, tapi mental bengsa terjajah masih ada sisa-sisanya. Lihatlah mereka yang hanya mencari kekuasaan saja, mendapatkan keuntungan di balik berbagai kesengsaraan masyarakat. Kita semua tidak bisa tinggal diam, lakukan sesuatu tapi harus dengan ilmu. Jika dulu kita diadu domba oleh pemerintah kolonial, maka relakah kita jika saat ini kita diadu domba oleh orang-orang yang hanya ingin mendapatkan kekuasaan? Tentu jawabannya tidak.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Perseteruan ini tidak akan pernah berakhir, jika kita masih saja ego dengan diri kita. Terlalu bangga dengan kelompok kita dan dengan mudah menyalahkan kelompok lainnya. Kita sama-sama cinta negeri ini, kita sama-sama sayang Indonesia ini tapi kenapa dengan mudah kita terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ya... mereka akan senang, bergembira dan bertepuk tangan ketika anak negeri ini saling hujat, saling serang, saling bermusuhan yang mengakibatkan bangsa besar ini akan tumbang secara perlahan.

Cobalah berfikir lebih dewasa, lebih bijak, lebih Indonesia yang ramah dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak manapun. Mari duduk bersama, membincangkan Indonesia kita. Jangan ada dendam di antara kita, jangan ada dusta di dalam jiwa karena hanya dengan itu Indonesia akan berjaya. Hilangkan semua syak wa sangka karena itu hanya akan membuat kita semakin curiga dengan saudara se-Indonesia.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, namun kebesarannya harus diperjuangkan. Setiap anak negeri menginginkan negeri ini kembali berseri, meraih mimpi dan memberi kontribusi untuk dunia ini. setiap kita menginginkan hidup damai di negeri ini, kecurigaan dan saling hujat hanya menyisakan kesengsaraan dan sejarah kelam bagi generasi nanti. Semua komponen bangsa ini menginginkan agar seluruh masyarakat dapat hidup dengan tenang, beribadah dengan tenang dan bersama dalam kebinekaan.

Kecuali mereka para pengkhianat bangsa yang menjual bangsanya hanya untuk kepentingan dunia. Mereka senang anak negeri ini saling terprovokasi hingga darah mengalir oleh saudara sesama negeri. Orang-orang seperti ini tidak layak tinggal di negeri ini, mereka yang menjadikan rakyat semakin sengsara. Maka, kita harus berlindung dari kelompok-kelompok yang memang sudah tergadai nasionalismenya hingga mengorbankan bangsanya sendiri untuk kepentingan pribadi.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Semoga Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa selalu menjaga Indonesia ini dari orang-orang yang tidak suka bangsa ini menjadi bangsa besar. Kita juga harus terus berupaya, eratkan persaudaran antar anak bangsa. Toleransi tanpa mengorbankan ideologi dan agama, lebih cerdas dalam menyikapi segala fenomena, jauhkan curiga dengan saudara kita. Inshaallah keberkahan akan ada di persada Indonesia tercinta... Aameen... 30 Juli 2020.

 

 


Selamat Idhul Adha 1441 H


Dilema & Problematika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (Bagian 3 akhir)

Oleh : Asep Kurnia, S.Pd.

 

Semua makhluk yang Allah Ciptakan pasti akan memiliki nilai manfaat/maslahat dan madhorot bagi umat manusia, tergantung pada cara memanfaatkan dan bagaimana pengelolaannya serta apa goal finishingnya.  Begitu juga setiap Program secanggih dan sehebat apapun pasti membawa sisi positif beserta sisi negatif. (Askur, 29 Juli 2020).

Kita semestinya, jangan hanya berpikir & berprasangka negatif saja atau curiga berlebihan (negatif thinking) terhadap sesuatu kejadian , kebijakan dan atau suatu PROGRAM, apalagi program tersebut adalah sebuah upaya responsif & responsibility  cepat dan trengginas yang lahir dari sebuah lembaga resmi lembaga pemerintahan dalam rangka menanggulangi situasi chaos akibat adanya bencana atau wabah dadakan yang mengakibatkan resesi diberbagai bidang. Perlu lahir pemikiran yang sehat dan prasangka baik ( positif thinking) bahwa program apapun dibuat itu dilihat & dipandang  dari sisi positifnya yakni  sebagai suatu SOLUSI bukan suatu polusi. Dan bagi pihak  pembuat program atau kebijakan pun sama jangan pernah berpikir dan merasa bahwa program besutannya adalah program sempurna sehingga tertutup dan alergi untuk dikritisi , karena saya berpandangan kebijakan apapun itu namanya tetap memiliki sisi kelebihan dan kelemahan /kekurangan... orang bilang " baik buat kami belum tentu baik buat orang lain, cocok buatku belum tentu buat pihak lain.

Sesuai dengan tema yang diusung di atas, mari kita cermati secara cerdas, lugas dan bijak tentang program PPJ-nya mendikbud yang kemudian diperhalus dengan istilah BDR dengan model pilihan DARING dan LURING. Apa hikmat dibalik model belajar tersebut bagi semua pihak ?

Covid-19 memang musibah sekaligus merupakan ujian bagi kita, tak ada yang mau dan tak ada yang tahu kapan berakhir, sekarang sudah terjadi dan sedang mewabah. Selain efek negatif yang banyak bermunculan di segala aspek kehidupan  namun tentunya ada  HIKMAH nya pula , paling tidak dengan munculnya covid-19 yang memunculkan PJJ / BDR secara online ( daring),  kita jadi tahu bahwa dunia pendidikan Indonesia masih lemah dan menunjukan ketidaksiapan akan perubahan, secara kasap mata ada ketidakmampuan penjaminan melanggengkan hak anak anak untuk tetap belajar secara aman & nyaman serta melindungi warga negara  mendapat pendidikan secara adil dan merata, selain karena faktor fasilitas , ekonomi rakyat dan sarana yang masih minim bahwa kekurangtepatan pengambilan kebijakan pendidikan  turut pula memperburuk keterjaminan pemerataan pendidikan mejadi senjang sekali

Hikmah positif lain dari PJJ, meningkatnya kesadaran bahwa pendidikan itu bukan hanya tanggungjawab guru dan sekolah tapi juga tanggungjawab dari orang tua. Sehingga pembinaan akhlak seharusnya diajarkan juga oleh orang selama PJJ.

Kita pahami, bahwa Model Pembelajaran Jarak Jauh adalah kondisi abnormal, sehingga ia dilakukan karena adanya pandemi ini. Saya yakin semua sepakat bahwa model ini kurang atau tidak efektif, tetapi inilah untuk sementara yang bisa kita lakukan tentunya dengan segala kelebihan plus kekurangannya ( tidak ada rotan akarpun berguna bukan ?) insyaallah bila kondisi kembali normal tentu pembelajaran akan berjalan normal kembali ke model TAMUK = tatap muka di kelas dengan dikombinasikan belajar secara online bagi sekolah yang sudah siap dengan segala fasilitas.

Mengapa demikian?

Pembelajaran online akan menjadi trend baru pendidikan setelah era new normal, karena virus ini masih belum bisa diprediksi kapan berakhir. Kalau hilang rasa ketakutan itu masih tetap ada, sehingga belajar online akan terus dilakukan ada atau tidak adanya pandemi. Sebagai rujukan, di beberapa negara sejak awal telah melakukan sistem belajar online dengan kurikullum dan metode yang tepat sehingga hasilnya bisa lebih dari pembelajaran tatap muka di kelas, khususnya pembelajaran untuk dewasa ( di level perguruan tinggi /mahasiswa).

 

THE END


Dilema & Problematika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (Bagian 2)

 Oleh : Asep Kurnia, S.Pd.

 

Saya berprinsip : Menyelesaikan masalah jangan dengan menimbulkan masalah baru , menyelesaikan bencana tidak boleh menimbulkan bencana lain. (Askur, 28 Juli 2020).

Makin hari persoalan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) model daring yang kemudian diberi istilah atau padanan kata BDR ( Belajar Dari Rumah) makin rumit dan meruncing bahkan menjadi hal yang menuai banyak kritikan dari berbagai pihak sampai dikaitkan dengan keberadaan istilah baru POP (Program Organisasi Penggerak) dengan tiba tiba  muncul berita Muhammadiyah, NU dan belakangan PGRI mundur dari POP yang digagas mendikbud padahal sejarah mencatat dan kita tahu bahwa organisasi tersebut adalah biang nya penggerak pendidikan di Indonesia , entah karena harga diri atau karena uang kah mereka mundur semua sedang bertanya tanya atau bisa jadi karena di POP banyak kejanggalannya yang konon ada katagori yang dimunculkan sebagai  " Gajah-Macan- Kijang".

Dari hasil penelitian survai menunjukan bahwa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menyisakan beban dan tantangan baru bagi anak, orangtua maupun pihak sekolah. Pada PJJ fase pertama, sebuah survei menyebutkan metode ini berjalan tidak efektif dan 77,8% responden siswa mengeluhkan kesulitan belajar dari rumah. Rinciannya :  37,1% siswa mengeluhkan waktu pengerjaan yang sempit sehingga lelah dan stress; 42% siswa kesulitan daring karena orangtua mereka tidak mampu membelikan kuota internet, dan 15,6% siswa mengalami kesulitan daring karena tidak memiliki peralatan daring, baik handphone, komputer PC, apalagi laptop. Jika benar, hasil survai ini hemat penulis dapat dijadikan rujukan & evaluasi berharga bagi mendikbud untuk merevisi PJJ yang lebih adaptif & fleksibel mengikuti kebutuhan dan kondisi usia peserta didik   di fase kedua demi mengatasi kerentanan yang berpotensi negatif dialami peserta didik selama PJJ.  

Dengan situasi dan kondisi yang sangat kurang baik serba sulit (terpuruk) akibat pandemi covid-19 , maka tidaklah salah bila Kemendikbud segera melakukan penyederhanaan kurikulum di semua jenjang pendidikan, terutama sekali di tingkatan TK, SMP sampai SMA/SMK ( baca : syukur kalau sudah merevisi).

Kurikulum 2013 harus segera disederhanakan, disesuaikan dengan situasi darurat, sehingga diharapkan menjadi kurikulum adaptif & fleksibel dengan Kompetensi Dasar  dikurangi. Kemdikbud harus memilah dan memilih materi yang esensial dan dapat dilaksanakan anak ketika belajar dari rumah.

Di lain pihak Pemerintah Pusat melalui Kemenkominfo RI agar segera membuat kebijakan penggratisan internet selama PJJ pada 6 bulan ke depan karena banyak anak dari keluarga menengah ke bawah tak mampu melaksanakan pembelajaran daring akibat tak mampu membayar kuota internet. Kemudian sesegera mungkin untuk melengkapi segala fasilitas dan sarpras di setiap sekolah yang dibutuhkan untuk pelaksanaan PJJ yang berkeadilan.

Demi mengikis asumsi dan pendapat miring bahwa:   " YANG KAYA MAKIN PINTAR YANG MISKIN MAKIN BODOH dan MENGHASILKAN GENERASI PEMALAS  ( Belajar online tetapi otak, watak, adab dan moral siswa  jadi offline ) Sekolah Online hanya memperkaya Perusahaan Provider internet "  dengan perhitungan kasar di Indonesia

Ada 70 Juta Pelajar dari SD - Mahasiswa

Berapa keuntungan mereka ? , maka tidak berlebihan juga bahwa PJJ perlu dikaji ulang untuk dipermanenkan seperti rencana & harapan pak mendikbud. Bukan kah tujuan pendidikan nasional kita adalah mencerdaskan kehidupan bangsa berdasarkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa bukan menciptakan generasi berotak aplikasi semata ( iptek nya bagus ) tapi hampa & kosong attitude ( imtaqnga minus) .

Memang,  sampai kapan  pun bahwa pendidikan yang lebih bermakna dan hasil guna adalah harus mejamin pemenuhan ranah kognitif, affecktif dan pshycomotorik siswa  ...dan itu hanya akan didapat bila PEMBELAJARAN DILAKUKAN DENGAN CARA TATAP MUKA DI KELAS karena adanya interaksi positif antara pengajar yang mengajar ( guru) dan pelajar yang belajar ( siswa).(askur, 27 juli 2020)


Dilema & Problematika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (Bagian. 1)

Oleh : Asep Kurnia, S.Pd.

 

Sebuah konsep tentu perlu diuji tingkat keajegan & kebermanfaatannya. Konsep baik belum tentu membuahkan kebaikan, konsep benar belum tentu juga membuahkan kebenaran. Konsep dinyatakan baik dan benar apabila telah teruji kebermanfaatanya & kemasalahatanya bagi masyarakat juga umat, konsep juga ada masa kadaluarsa Alias titik waktu berlakunya. ( Askur, 25 juli 2020 ).

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang lebih dikenal dengan istilah belajar secara online adalah kelanjutan dari program besutan mendikbud bernama SFH ( School From Home ) & WFH ( Work From Home) yang kemudian dituangkan secara jelas dan tegas pada Surat Edaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan  (mendikbud) nomor 4 tahun 2020 adalah contoh konsep model pendidikan di NKRI yang sedang trendy diterapkan di masa pandemi   covid-19.

Apakah konsep dan model PJJ yang saat ini sedang dilaksanakan,  lancar dan tidak menimbulkan  problem/ permasalahan serta menuai kritikan ? apakah PJJ ini tidak membebani masyarakat dan berkeadilan ? Serta,  apakah PJJ ini merupakan solusi yang bermanfaat dan bermaslahat bagi peserta didik juga dunia pendidikan ?  Tentunya tiga pertanyaan kecil & sederhana ini menjadi amat penting untuk dibedah.  

Dari beberapa kasus yang muncul menunjukan data dan informasi yang beragam dan berimbang antara maslahat dan madhorot. Banyak yang mempermasalahkan tapi tidak sedikit pula yang  mendukung bahwa model PJJ adakah model pendidikan  modern. Sudah barang tentu terjadinya kontradiksi & resistensi karena kedua kubu ini memiliki alasan alasan pokok yang sama sama kuat.

Retno Listyarti (23/7/2020) Komisioner KPAI bidang pendidikan menyebutkan, banyak siswa mengalami tekanan secara psikologi  serta masalah yang muncul selama mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara daring. Banyak anak tidak bisa mengakses PJJ secara daring, sehingga banyak dari mereka yang tidak naik kelas sampai putus sekolah,"

Temuan kedua, di Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nomor 4 Tahun 2020 menyebutkan selama PJJ guru tidak boleh mengejar ketercapaian kurikulum karena keterbatasan waktu, sarana, media pembelajaran dan lingkungan yang dapat menjadi kendala selama proses pembelajaran. Namun, faktanya banyak guru tetap mengejar ketuntasan kurikulum dengan cara memberikan tugas terus menerus pada siswa mereka selama PJJ. Dampaknya , banyak siswa merasa terbebani hingga mengalami tekanan secara psikologi , siswa menjadi kelelahan, tertekan dan stres. Padahal menurut teori kelelahan dan tekanan merupakan bentuk kekerasan juga. 

Kasus anak SMAN di DKI  sampai masuk IGD dirawat di rumah sakit karena kelemahan dan stres mengerjakan tugas yang berat selama PJJ. Kemudian, siswa SMA Negeri di Nganjuk Jawa Timur yang tidak naik kelas karena tidak bisa mengikuti PJJ atau mengikuti ujian secara daring. Ini hanyalah contoh kecil saja tentang problematika PJJ di tingkat sekolah menengah atas di perkotaan, belum lagi di tingkat SD, SMP yang lebih rumit lagi karena ada SD SMP sederajat diperkotaan , SD, SMP sederajat  di DISKOTIK ( di sisi kota saeutik ) dan SD + SMP sederajat pedesaan yang jauh tertinggal dari berbagai kelengkapan fasilitas pendidikan ala PJJ   online.

Hal lain yang jadi temuan KPAI  adalah Anak-anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang nyaris tidak terlayani oleh pendidikan.

Tentunya kejadian di atas tidak terjadi begitu saja.  Ada berbagai faktor sebagai penyebabnya:   faktor kerusakan perangkat, keterbatasan kuota , fasilitas , tingkat ekonomi, masalah sinyal dan hambatan teknis lainnya, oleh karenanya sekolah mestinya bersikap bijak dan tidak bertindak semaunya.

Kebijakan untuk mempertimbangkan berbagai kendala yang dihadapi siswa tersebut, perlu benar-benar diperhatikan oleh sekolah mengingat PJJ yang dilakukan secara daring masih akan dilaksanakan selama semester ini, sehingga kasus siswa tidak naik kelas , mengundurkan diri lalu bekerja untuk membantu penghasilan keluarganya sebagai akibat karena kesulitan PJJ daring dapat diminimalkan.  Coba pula pikirkan bila kehadiran yang dipakai sebagai ukuran dalam PJJ secara daring sebagai nilai sikap, lalu bagaimana dengan yang tidak punya alat dan kuota internet sehingga tidak bisa mengikuti PJJ secara daring ???

Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh secara model  Luring (luar jaringan) dan Ruling (guru guru keliling) ... menjadi bahasan khusus di episode berikutnya.

Yang perlu di ingat bahwa : Pendidikan itu bukanlah hanya sebuah " Transfer of Knowledge" tetapi juga yang paling utama adalah " Transfer of Value".  Semua elemen masyarakat, lembaga pendidikan serta penggiat & pemerhati pendidikan termasuk Menteri Pendidikan harus tahu itu...!!!


Tulisan adalah Peluru Terampuh di Dunia

Oleh : Satria Wiwitan Sunda

 

Kisah & Gambaran masa lalu dunia akan kita dapati bukan karena kita bisa pergi ke masa lampau akan tetapi kita dapati dari catatan catatan kecil yang disusun secara rapih, terstruktur, rinci dengan bahasa apik seseorang yang kita sebut sejarawan. Tulisan tersebut di labeli SEJARAH.

Semahal & sehebat apapun satu peluru hanya mampu menembus satu kepala, tapi satu tulisan kebaikan mampu menembusi ribuan bahkan jutaan kepala dan jantung hati manusia... itulah dahsyat &  tajamnya sebuah tulisan melebihi tajamnya pedang. (SWS, akhir Juli 2020)

Kini, merubah paradigma orang, membangun peradaban baru dan menghancurkan suatu peradaban tidak usah dengan  tindakan kekerasan melalui perang militer yang menggunakan senjata super canggih, tetapi cukup dengan memainkan ,mendesain & mengemas informasi di media internet dengan rangkaian kata dan kalimat bijak & santun, provokatif, inovatif, inspiratif, dan solutif. Sudah banyak fakta terjadinya tindakan anarkis, resistensi bahkan tindak kejahatan karena terprovokasi oleh sebuah narasi yang sengaja dishare di media sosial oleh pihak tertentu yang berkepentingan untuk terjadinya situasi di atas.

(Baca : sisi negatif dari sebuah tulisan). Namun tidak sedikit pula kita menemukan fakta bahwa terjadinya perubahan sikap, budaya dan peradaban yang lebih bermartabat dilingkungan masyarakat tetentu dan di suatu wilayah kebangsaan itu pun berkat bermunculannya tulisan tulisan hebat berupa tausyiah tausyiah dari para ulama, ustadz, ilmuan, negarawan, tok-dat & tok-masy serta tok-ag yang secara terus menerus mengajak umat manusia untuk berbuat kebajikan. (Baca : sisi positif sebuah tulisan).

Tulisan memiliki dua sisi yang sama sama tajamnya bisa mengakibatkan kehancuran (sisi negatif) dan di sisi lain dapat menimbulkan kebaikan tergantung sisi mana yang mau kita pakai, oleh karenanya wajib cerdas dalam memilih dan memilah bagi si pembaca untuk memahami isi tulisan dan wajib hati hati dan jeli serta bijak bagi si penulis dalam menciptakan sebuah tulisan karena akan ada konsekuensi otomatis pada diri penulis sebagai akibat yang melekat dari  apa yang  kita tulis baik di dunia fana maupun di akhirat nanti. Bila tulisan kita penuh dengan kebohongan, rekayasa dan khianat maka kita sudah membawa ribuan bahkan jutaan manusia yang membaca ke arah kesesatan... sebaliknya bila tulisan kita penuh dengan kebenaran, kesehatan dan ajakan amal ma'ruf nahi munkar serta penuh dengan petunjuk petunjuk untuk melakukan kebaikan , maka kita sedang membawa umat manusia  (pembaca) menuju kebaikan dan keselamatan.

 

Pertanyaan penulis !!!

Kita sebagai penulis, mau menulis yang menimbulkan kesesatan umat dan kita mendapat dosa... ataukah mau menulis yang menimbulkan umat manusia berbondong bondong melakukan kebaikan dan itu adalah pahala bagi kita.. up to you?

 

Kami hanya menawarkan , andalah yang membeli. !!!!

Tembusilah ribuan dan jutaan kepala dan hati manusia dengan peluru tajam tulisan kebaikan mu , untuk menuju perbaikan akhlak manusia secara global.

 

Dari padepokan sisi leuit untuk dunia, menulis untuk keabadian


Minggu, 26 Juli 2020

Klepon VS Kurma: Menggali Fenomena Viral Kue Klepon dalam Perspektif Ghazwul Fikri

Oleh: Abdurrahman MBP

Membahas kue klepon, sebagian sudah mulai bosan dan sebagian sudah mulai melupakan. Tapi menurut saya ada fakta besar di balik fenomena ini, yaitu upaya mendeskriditkan Islam bahkan membenturkan Islam dengan budaya lokal Indonesia. Sebagaimana sudah viral gambar dan tulisan “Klepon tidak Islami, yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami…Abu Ikhwan Aziz”, maka jelas hal ini sengaja dilakukan untuk memancing keributan.  Ya... merujuk pada beberapa sumber yang dapat dipercaya bahwa viral mengenai kue klepon yang tidak islami adalah hoax alias berita palsu. Pengunggah gamabr yang dipertanyakan, isi dari tulisan tersbeut hingga tidak adanya nama atas akun media sosial dan juga toko kurma Abu Ikhwan Aziz.

Salah satu akun Face Book yang membagikan foto tersebut adalah akun Erwin Rabbani II (fb.com/ErwinRabbani2). Akun tersebut adalah salah satu akun yang membagikan foto yang kini ramai dan rentan menyebabkan perpecahan karena menyangkut masalah agama. Akun Erwin Rabbani II mengunggah foto tersebut pada tanggal 20 Juli 2020 sekitar pukul 20.31 WIB. Pada akun tersebut selain mengunggah foto kue klepon terdapat narasi yang menambah panas suasana dan terkesan provokatif. Narasi yang ditulis tersebut berbunyi “Yaa Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-dron sejak kapan makanan punya agama?”. Unggahan kue klepon tidak islami masih menjadi salah satu trending topic Twitter, sampai tanggal 22 Juli 2020.

Pada media sosial Twitter makanan khas Indonesia tersebut juga diunggah salah satunya oleh akun Twitter @memefess. Dalam cuitannya terdapat ajakan untuk meninggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami. Tulisan pada gambar yang tengah viral tersebut juga tercantum kalimat “aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami”.

Merujuk pada akun Facebook Indonesian Hoaxes @TurnBackHoax, melaporkan "Berdasarkan hasil penelusuran, klaim ini tidak memilik dasar yang kuat dan terkesan hanya klaim yang dibuat dengan tujuan untuk memancing keributan di media sosial," tulisnya. "Beberapa warganet bahkan melakukan upaya pencarian terhadap nama 'ABU IKHWAN AZIZ" seperti yang tertera di gambar tersebut, namun hasilnya tidak ada," tambahnya. Foto kue klepon yang digunakan di gambar tersebut, aslinya adalah foto milik Pinot Dita, yang mengunggah foto tersebut di situs flickr.com pada 16 September 2008. Foto tersebut diberi narasi "[Indonesian Food] klepon - Sweet Rice Balls Stuffed with Coconut Sugar". Selain itu, kue klepon sendiri adalah salah satu produk yang sering didaftarkan di LPPOM MUI oleh beberapa produsen untuk mendapatkan sertifikat halal MUI. Kesimpulannya adalah bahwa gambar kue klepon dengan kalimat tersebut adalah hoax yang sengaja disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Apa tujuan mereka? Pertanyaan lebih pentingnya adalah fenomena apa sebenarnya yang terjadi?

Perang pemikiran atau Ghazwul terus terjadi hingga saat ini, orang-orang yang tidak suka dengan Islam dan terkena sindrome Islamophobia ada di mana-mana. Bahkan di akhir zaman jumlah mereka akan terus bertambah, hingga umat Islam nantinya hanya seperti hidangan di meja makan yang siap dinikmati oleh musuh-musuhnya. Sehingga fenomena kue klepon yang viral sejatinya adalah rangkaian dari berbagai strategi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Dalam hal ini adalah membenturkan antara Islam dengan budaya lokal. Mari kita bahas secara lebih komprehensif dan detail dari fenomena ini.

Pertama, bahwa klepon adalah makanan yang tidak Islami, maka ini salah besar karena makanan dalam Islam selama itu halal dan thayyib maka itu sudah Islami. Sebagai makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang halal bahkan sudah banyak mendapatkan sertifikasi halal dari MUI tentu saja klepon adalah makanan Islami, ia halal dan thayyib (baik). Sehingga salah besar dan menunjukan kebodohan jika seseorang mengatakan bahwa klepon tidak islami. Kenapa harus klepon yang digunakan dalam gamabr tersebut?  

Faktanya bahwa pilihan kue klepon adalah mewakili makanan lokal dan lebih luas lagi kebudayaan lokal di Indonesia yang kemudian dibenturkan dengan kurma sebagai simbol arab atau Islam. Di sinilah perang pemikiran itu dilancarkan, membenturkan antara budaya lokal Indonesia dengan Islam. Apabila kita belajar sejarah dan juga memperhatikan apa yang terjadi di masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia maka kita akan dapati “fitnah” seperti ini sudah sering sekali kita dengar. Pendapat yang menyatakan “Jilbab budaya Arab”, “Jenggot itu budaya orang-orang padang pasir”, hingga yang paling ekstrim adalah “Islam agama impor” sudah sering muncul di berbagai tempat dan waktu. Pilihan yang paling mudah dan tepat yang mereka ambil adalah budaya lokal Nusantara, klepon adalah salah satu dari simbolnya. Mereka membenturkan Islam dengan budaya lokal dengan argumentasi Islam akan menghapus budanya lokal tersebut. Maka fenomena Klepon VS Kurma adalah simbol bagi perang pemikiran yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam untuk menyerangnya. Padahal Islam sangat ramah dengan budaya lokal, bahkan dalam salah satu kaidah fiqhiyyah yang menjadi dalil Islam disebutkan bahwa “al’aadah muhakkamah (adat kebiasaan itu bisa menjadi dasar hukum)”. Sehingga klepon sebagaimana makanan yang lokal yang halal tentu akan dimakan oleh umat Islam, sebagaimana budaya lokal lainnya tetap dipertahankan oleh Islam.

Kedua,  merujuk pada narasi yang ditulis oleh pengunggah di komentarnya, yaitu kata-kata “Yaa Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-dron sejak kapan makanan punya agama?” menunjukan siapa sejatinya orang ini. Istilah K-dron atau Kadrun yang merupakan kependekan dari Kadal Gurun adalah istilah kebencian yang dialamatkan kepada umat Islam yang konsisten dengan agamanya. Sehingga jelas sekali bahwa pengunggah gambar ini benci dengan Islam hingga kemudian muncul kata-kata ini. Apabila kita menelisik kembali sejarah di masa lalu kemudian hingga fenomena akhir-akhir ini maka istilah Kadrun sering sekali muncul dari mulut busuk orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Mereka berpikiran picik bahwa orang-orang yang berpegang teguh kepada Islam tidak jauh berbeda dengan kadal gurun. Tentu saja gurun yang dimaksud adalah gurun pada pasir yang menjadi kekhasan wilayah Arabia atau timur tengah. Maka jelas sekali bahwa pengunggah gamabr viral ini adalah termasuk orang-orang yang tidak suka dengan Islam.

Ketiga, penggunaan nama Abu Ikhwan Aziz yang ternyata adalah nama palsu sebagaimana “toko syariah” yang menjual beraneka kurma juga tidak ada adalah fenomena penggunaan istilah Islami yang digunakan oleh orang-orang yang benci dengan Islam. Istilah “Abu Ikhwan Aziz” sejatinya jelas sekali merujuk pada salah satu tradisi dari Islam yaitu menggunakan laqab kepada anaknya semisal Abu Umar, Abu Aisyah dan yang lainnya. Maka tentu saja pemilihan nama ini sebagai cara untuk menggiring masyarakat bahwa yang menulisnya adalah orang Islami. Faktanya, beberapa penggunaan laqab ini juga digunakan oleh orang-orang yang benci dengan Islam sebagai bentuk candaan atau pelecehan, semisal Abu Janda yang statement-statemen-nya selalu bertentangan dengan Islam.

Maka fenomena gambar viral dengan kalimat yang mendeskreditkan Islam tersebut sejatinya adalah gambaran kecil bagi satu fenomena besar yang ada di masyarakat kita, yaitu adanya orang-orang dan kelompok-kelompok yang benci dengan Islam, entah karena kebodohannya atau karena kepentingan dunia lainnya. Mereka terus–menerus melakukan berbagai cara agar manusia memiliki stigma yang negatif tentang Islam. Belum lagi masyarakat terredukasi dari stigma “Islam adalah teroris” kini muncul lagi stigma bahwa Islam tidak ramah budaya lokal. Padahal faktanya hingga saat ini budaya lokal di Indonesia masih berjalan dengan baik. Ini menunjukan bahwa Islam bukan agama yang menghapus budaya lokal apalagi sampai mempertentangkannya dengan agama.  

Maka, umat Islam harus terus waspada, pelajari terus Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam ini. Dakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, agar semua umat manusia mengetahui bahwa Islam itu ramah dengan segala hal yang bersifat lokal selama tidak bertentangan dan selaras dengan fitrah manusia. Berbuat baiklah kepada prang-orang jahil (bodoh) dan yang belum mengetahui kebenaran dan rahmat Islam ini, teruslah dakwah bil haal agar mereka yang benci dengan Islam sadar, bahwa hanya dengan Islam dunia akan mencapai kedamaian. Wallahu a’lam. Menjelang tengah malam di Kota Hujan, 26 Juli 2020.

 

 

Jumat, 24 Juli 2020

DZULHIJJAH DALAM BAYANG-BAYANG WABAH

Oleh: 
Abdurrahman Abu Aisyah

Pandahuluan 
Alhamdulillah, Syukur kepada Allah Ta’ala adalah sebuah keniscayaan ia menjadi tanda dari tanda-tanda keimanan seseorang. Syukur atas segala nikmat yang telah Allah Ta’ala limpahkan kepada kita bersama khususnya nikmat iman, Islam dan ikhsan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam, habibana wa nabiyana Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, kepada seluruh ahli baitnya para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir zaman. 

Dzulhijjah Penuh Fadhilah 
Hari berganti hari, pekan berubah pekan hingga tak terasa bulan pun bergantian, akhirnya kita sampai pada Dzulhijjah salah satu dari bulan-bulan haram, yaitu bulan yang penuh fadhilah (keutamaan). Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam bulan yang empat itu... .” (QS. At Taubah: 36)
Bulan haram adalah bulan-bulan diharamkannya umat Islam berperang, karena pada bulan-bulan tersebut ada syariah untuk beribadah yang menjadi bagian rukun Islam yaitu melaksanakan haji ke Baitullah. Empat bulan haram yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan rajab, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّه السَّماواتِ والأَرْضَ: السَّنةُ اثْنَا عَشَر شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُم: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقعْدة، وَذو الْحجَّةِ، والْمُحرَّمُ، وَرجُب مُضَر الَّذِي بَيْنَ جُمادَى وَشَعْبَانَ
Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada 4 bulan yang haram (tidak boleh berperang di dalamnya). Tiga (3) bulan berturut-turut, yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah,  Al Muharram, (dan yang terakhir) Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan Sya’ban. HR. Al Bukhari. 
Keutamaan dari bulan Dzulhijjah adalah pada sepuluh (10) hari pertama di awalanya,, sebagaimana firmanNya: 
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar, dan malam yang sepuluh. QS. Al Fajr: 1-2. 
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad menjelaskan, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah, dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan. Maknanya bahwa konteks keutamaan 10 akhir Ramadhan adalah dari segi malamnya, sedangkan 10 awal Dzulhijjah adalah siangnya. 
Walaupun banyak tafsir mengenai ayat ini, namun pendapat yang rajih adalah merujuk keutamaan siang hari pada sepuluh (10) awal di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana hadits Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
العَشْرُ عَشْرُ الأضحى ، والوَتْر يومُ عَرَفة ، والشَّفْعُ يومُ النَّحْر
Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 bulan Al-Adhha (Dzulhijjah), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha. HR. Ahmad, An-Nasaa’i, dan Al-Haakim. 
Maka, saat ini kita telah memasuki Dzulhijjah penuh fadhilah, bulan penuh dengan keutamaan dan lebih tepat lagi kita tengah berada di sepuluh awalnya. Oleh karena itu mengetahui keutamaannya (fadhilah) adalah sebuah keniscayaan. 

Fadhilah Bulan Dzulhijjah
Pertama: Bulan Disempurnakannya Islam
Keutamaan bulan Dzulhijjah yang paling utama adalah bahwa Islam disempurnakan oleh Allah Ta’ala pada bulan ini, sebagaimana firmanNya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu agama bagi kalian.”  (Qs. Al Maidah: 3)
Para ulama sepakat bahwa ayat itu turun di bulan Dzulhijjah saat haji wada’di hari Arafah. Hal ini berdasarkan atsar dari Umar bin Al Khaththaab radhiyallaahi ‘anhu, bahwasanya seorang rahib Yahudi berkata kepada Umar, “Wahai Amiirul Mu’miniin, tahukah engkau satu ayat dalam kitab suci kalian yang kalian baca, yang jika seandainya ayat itu turun kepada kami maka kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya.” Umar berkata, “Ayat apakah itu?” Yahudi itu membacakan ayat tersebut, “Al yauma akmaltu lakum….” Umar pun berkata, “Sungguh kami telah mengetahui di mana dan kapan ayat itu turun. Ayat itu turun pada saat Nabi sedang berada di padang Arafah di hari Jum’at. HR. Al Bukhari. 

Kedua: Amalan pada Dzulhijjah adalah Amalan yang Dicintai Allah Ta’ala
Fadhilah atau keutamaan berikutnya dari bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang dicintai oleh Allah Ta’ala,  sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam: 
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. HR. Bukhari, Abu Daud dan Thirmidzi. 
Makna amalan yang dicintai pada hari-hari tersebut sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab Al Hanbaly:
وإذا كان أحب إلى الله فهو أفضل عنده
Apabila sesuatu itu lebih dicintai oleh Allah, maka sesuatu tersebut lebih afdhal di sisi-Nya. 
Salah satu dari keutamaannya adalah dilipatgandakannya pahala pada hari-hari ini, sebagaimana atsar dari Ibnu Abbas serta riwayat dari Mujahid yang mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan”. Beberapa ulama mengatakan bilangan keliapatan dari 365, 1000 hingga 10.000 hari, namun riwayatnya lemah. 
Amal Fadilah di Awal Dzulhijah
Pertama: Shaum (Puasa) di awal bulan termasuk 9 Dzulhijjah 
Salah satu amalan utama yang dapat dilakukan adalah berpuasa dari mulai tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah, sebagaimana riwayat dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” HR. Abu Dawud. 
Beberapa sahabat yang melaksanakan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut. 
Mengenai berpuasa di tanggal 9 Dzulhijjah maka Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ، وَ السَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ
Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang. HR. Muslim. 
Riwayat lainnya menyebutkan: 
صوم عاشوراء يكفر السنة الماضية وصوم عرفة يكفر السنتين الماضية والمستقبلة (رواه النسائي)
Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. HR. An Nasaa’i. 
Allah melipatgandakan penghapusan dosa dalam puasa Arafah dua kali lipat lebih besar daripada puasa Asyura. Maka hendaknya kita dapat melaksanakan puasa di tanggal 9 Duzlhijjah serta secara umum sepuluh hari di awal Dzulhijjah ini. 

Kedua: Takbir, Dzikir dan Membaca AL-Qur’an.
Bentuk amal sholeh lainnya yang dapat dilakukan adalah bertakbir (Allahu Akbar), bertahlil (La Ilaha Illallah), bertasbih (Subhaanalllah), bertahmid (Alhamdulillah), beristighfar (Astagahfirullah), dan memperbanyak dzikir serta do’a. Disunnahkan untuk mengangkat (mengeraskan) suara ketika bertakbir di pasar, jalan-jalan, masjid dan tempat-tempat lainnya. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Ta’ala: 
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan… QS. . Al Hajj: 28. 
Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini dengan berkata, “Hari-hari yang telah ditentukan adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.” Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
Maka perbanyaklah di hari-hari tersebut dengan tahlil, takbir, dan tahmid. HR. Ahmad. 
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10  hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah. HR. Bukhari. 
Selain dzikir tersebut, maka bentuk dzikir yang utama adalah dengan membaca Al-Qur’an, sebagaimana Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
القرآن أفضل الذكر
Al Qur’an adalah sebaik-baik dzikir.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih)

Ketiga: Menunaikan Haji dan Umroh
Amalan yang utama pada bulan Dzulhijah adalah menunaikan haji ke Baitullah, sebagaimana firmanNya: 
الحج أشهر معلومات
Haji itu pada bulan-bulan yang tertentu. QS. Al Baqarah: 197. 
Para ulama sepakat bahwa syariah haji hanya ada di bulan Dzulhijjah, karena padanya ada syariat untuk wukuf di Arafah. Riwayat yang shahih menyebutkan bahwa “Haji itu adalah Arafah”, maknanya bahwa inti dari haji adalah wukuf di Arafah. Nabi Shalallahu Alaohi Wassalam bersabda: 
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?. HR. Muslim. 
Riwayat yang lainnya menyebutkan dari  ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. HR. Thirmidzi. 
Maknanya bahwa doa yang dipanjatkan pada 09 Dzulhijjah di Arafah akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Sehingga ini menjadi keutamaan bagi orang-orang yang melaksanakan haji pada Dzulhijjah, yaitu wukuf di Arafah dan berdoa di sana. 

Keempat: Berqurban
Amalan yang hanya ada di bulan Dzulhijjah adalah menyembelih hewan sebagai bentuk amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, sehingga dikenal dengan berkurban. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala:
فصل لربك وانحر
Maka shalatlah kamu untuk Tuhanmu dan berkurbanlah! QS. Al Kautsar: 2. 
Ayat ini dikuatoleh hadits dari Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau bersabda:
من صلى صلاتنا، ونسك نسكنا، فقد أصاب النسك. ومن نسك قبل الصلاة فلا نسك له
Barangsiapa yang shalat seperti kita shalat, dan berkurban seperti kita berkurban, maka sungguh dia telah mengerjakan kurban dengan benar. HR. Bukhari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat yang shahih melakukan ibadah kurban, di mana beliau: 
 وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما 
Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. HR. Bukhari dan Muslim. 
Kurban adalah bentuk amalan yang merupakan warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang telah mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dalam rangka ketaatan kepadaNya. Oleh karena itu sebagai seorang muslim maka syariah ini harus terus kita laksanakan sebagai wujud taqarab ilallah. 
Bagi yang akan berkurban maka dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
 إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره 
“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya“. Dalam riwayat lain disebutkan: 
 فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي 
“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban“. Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
 وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه 
“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. Al-Baqarah/2 : 196. 

Kelima: Bertaubat
Termasuk yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda: 
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ ، وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ
Sesungguhnya Allah itu cemburu, seorang mukimin juga cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya. HR. Bukhari dan Muslim.
Maka hendaknya bagi kita di hari-hari yang penuh barakah ini senantiasa untuk terus memperbaiki diri, bertaubat kepadaNya dan kembali ke jalanNya. 
Selain amalan-amalan tersebut maka, shalat Idhul Adha menjadi amalan yang disyariatkan untuk dilaksanakan oleh semua umat Islam. Demikian pula melakukan segala bentuk amal sholeh pada hari-hari ini sangat dianjurkan karena memiliki keutamaan yang sangat banyak. 

Dzulhijjah dalam Bayang-bayang Wabah
Dzulhijjah tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kita masih berada dalam bayang-bayang wabah Covid-19. Sebagai sebuah wabah maka kita patut berdoa agar ianya segera berakhir, sebagai fitnah kita selalu berlindung dari segala keburukannya dan sebagai seorang mukmin kita patut mencari hikmah dari wabah ini. 
Maka di tengah-tengah wabah ini, marilah bersama kita untuk terus selalu berbuat kebajikan, melakukan amalan kebaikan yang menjadi tabungan di masa hadapan. Teruslah beramal sholeh, Jangan pernah bosan untuk berbuat kebaikan, jangan pernah lelah ibadah di jalan Allah dan jangan pernah menyerah hingga akhir hayyah. 
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan hidayah dan inayahNya kepada kita semua sehingga kita akan mampu melewati wabah ini, kita mampu untuk mengisi hari-hari yang penuh dengan keutamaan ini dan bila sudah masanya kita kembali kepadaNya dengan hati yang saliim. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.

Rabu, 22 Juli 2020

Halal dan Thayyib sebagai Syarat Makanan Islami (Menyikapi berita Klepon bukan makanan Islami)

Oleh: Abd Misno Mohd Djahri


Islam sebagai agama yang paripurna telah memberikan pedoman bagi umat manusia dalam berbagai sendi kehidupannya. Termasuk dalam masalah makanan, Islam memberikan syarat bahwa makanan dalam Islam haruslah memenuhi dua syarat yaitu halal dan thayyib (QS. Al-Baqarah: 168). Halal berarti terbebas dari segala bentuk dzat yang telah diharamkan dalam Islam, yaitu: bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang disembelih tidak menyebut nama Allah (QS. Al-Maidah: 3). Selain itu Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa Sallam juga menyebutkan adanya makanan haram yang lainnya yaitu binatang yang bertaring dan memiliki cakar tajam. Berikutnya para ulama juga menganggap makanan dari binatang yang hidup di alam atau binatang yang menjijikan sebagai makruh-tahrim. Makanan yang diperbolehkan dalam Islam untuk dikonsumsi juga harus bersifat thayyib, yaitu baik untuk tubuh dan kesehatan manusia. Tidak boleh makan makanan yang merusak tubuh, kesehatan, akal dan kehidupan manusia, misalnya makanan yang banyak mengandung lemak sehingga berbahaya atau makanan yang tidak direkomendasikan oleh dokter karena adanya penyakit tertentu bagi seseorang.

Selain makanan yang haram dan tidak thayyib karena dzatnya, kita juga tidak boleh mengonsumsi makanan yang haram karena cara mendapatkannya. Misalnya dengan cara merampok, mencuri, korupsi dan perbuatan haram lainnya dalam Islam. Walaupun dzat dari makanan tersebut halal tetapi karena caranya diharamkan maka menjadi haram dikonsumsi. Demikian pula makanan yang meragukan dalam hal cara mendapatkannya, dan terdapat keyakinan kuat bahwa makanan itu tidak halal maka hendaknya kita menjauhkannya.

Pada era modern makanan yang haram juga bisa terjadi karena perkembangan dari tekhnologi yang menjadikan bahan-bahan pembuat makanan yang berasal dari yang haram namun tidak kita ketahui. Misalnya berbagai jenis bahan pembuatan makanan dari luar negeri yang kita tidak ketahui kehalalannya, atau terindikasi berasal dari bahan yang haram. Sebagai contoh, hasil fermentasi dari khamr, atau bahan-bahan pembuatan makanan dari dagung babi atau bangkai. Maka dalam hal ini jaminan kehalalan atas makanan tersebut yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan kompeten menjadi sebuah keniscayaan. Labelisasi halal atas berbagai makanan yang ada di pasaran menjadi hal wajib dalam pandangan Islam.

Merujuk kepada pembahasan ini makanan makanan yang halal adalah makanan yang tidak mengandung dzat yang haram serta mendapatkannya dengan cara yang halal. Makanan halal inilah yang bisa disebut dengan makanan yang Islami, yaitu makanan yang sesuai denagn syariah Islam. Inilah pedoman Islam dalam melihat kehalalam makanan, ukurannya adalah halal dan thayyib, tidak ada yang lainnya.

Jika saat ini menyebar mengenai makanan yang dianggap tidak Islami maka hendaknya sebagai seorang muslim kita harus cerdas menyikapinya.

Pertama, bisa jadi berita dalam bentuk gambar yang viral tersebut adalah hoax atau berita dusta yang sengaja disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dan ingin menjelek-jelekan Islam. Banyaknya fitnah di zaman ini sangat mungkin bagi orang-orang yang tidak suka dengan Islam untuk menyebarkan fitnah terhadap Islam. Oleh karena itu kita sebagai umat Islam harus melakukan check and recheck atau tabayun dalam menyikapi berita ini (QS. Al-Hujuraat: 6). Bisa jadi mereka yang tidak suka Islam sengaja membuat isu ini agar umat Islam terpancing, maka berfikir Islami adalah solusi dalam menghadapi segala bentuk hoax ini.

Kedua, mereka yang bercanda dengan simbol-simbol Islam. Ini biasanya mereka yang tidak paham dengan agama Islam sehingga menjadikannya bahan candaan atau lawakan. Tentu saja hal ini diharamkan dalam Islam sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. At-Taubah: 65-66 “"Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.”.  Mengolok-olok Islam dan simbol-simbolnya merupakan bentuk kekufuran yang nyata sehingga bercanda dengan menyatakan “Makanan ini tidak Islami, atau makanan ini Islami” adalah sama dengan mengolok-olok Islam. Menjadikan Islam sebagai bahan candaan adalah dosa besar bahkan bisa membawa pelakunya kepada kekufuran. Termasuk sikap mengolok-olok Islam adalah bercanda dengan tujuan mendapatkan keuntungan dunia, ucapan “Tinggalkan klepon (jenis makanan) karena tidak Islami, beli dan makanlah kurma dan madu karena ia adalah Islami... “ kata-kata seperti ini sejatinya adalah hanya untuk mendapatkan keuntungan duniawi saja. Tentu saja kata-kata ini berkaitan dengan hukum dalam Islam tentang makanan Islami atau tidak Islami, klaim sepihak karena berjualan ini jelas tidak dibenarkan dalam Islam dan termasuk mengolok-olok agama dan haram hukumnya jika pelakunya sadar dan tahu hukumnya.

Ketiga, orang Islam yang jahil dan ghuluw dengan agamanya. Menganggap bahwa makanana (semisal klepon) tidak Islami adalah kebodohan yang nyata, karena suatu makanan itu Islami syaratnya adalah halal dan thayyib. Sehingga segala jenis makanan selama ianya halal dan thayyib maka ia adalah Islami. Memang, kebodohan sebagian umat dan mereka yang berlebihan (ghuluw) dalam agama menganggap makanan yang Islami adalah makanan yang berasal dari Arab, tentu saja hal tersebut tidak berdasar sama sekali. Betul, ada beberapa makanan yang dianggap sunnah (dianjurkan) untuk dikonsumsi semisal; madu, kurma, buah zaitun, buah tin dan yang lainnya yang kebetulan ada pada masa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Namun bukan berarti itu adalah makanan Islami, sebaliknya makanan yang tidak ada pada masa beliau atau bukan berasal dari wilayah Arab itu tidak Islami. Selama halal dan thayyib maka itu adalah Islami dan diperbolehkan untuk dikonsumsi dalam Islam. Maka solusi atas kebodohan dan sikap ghuluw ini adalah belajar, thalibul ilmi, mempelajari Islam dengan manhaj yang benar. Ilmu lah yang mengantarkan kita kepada cahaya dan kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.

Maka menghadapi berbagai berita yang viral hendaknya umat Islam tidak berlebih-lebihan dalam menyikapinya demikian pula tidak acuh tak acuh dengan agamanya. Lakukanlah sesuatu untuk membela Islam khususnya dari mereka yang benci dengan Islam dan selalu mengolok-oloknya. Bersikaplah rahmah dan lemah lembut kepada orang-orang yang jahil karena mereka perlu bimbingan. Serta teruslah belajar karena dengannya kebijaksanaan akan didapatkan. Wallahua’lam, Pagi Berseri di Bogor City. 22072020.


Jumat, 17 Juli 2020

Problematika LGBT Kontemperor

MATERI KULIAH ONLINE
UNIOL 4.0 DIPONOROGO
Ahad, 5 Juli 2020
Diasuh oleh: Prof. Pierre Suteki
----------------------------------------

*LGBT: Propaganda Barat Merusak Peradaban Islam, Cukupkah Boikot Produk Pendukungnya?*

_Oleh: Puspita Satyawati_

*I. PENGANTAR*

Di tengah perayaan kelahiran komunitas Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) tahun 1968 pada bulan Juni tahun ini, sejumlah perusahaan global secara vulgar menampakkan dukungan terhadap eksistensi kaum pelangi. Perusahaan produsen barang rumah tangga terbesar ketiga di dunia, Unilever, sontak menjadi pembicaraan panas di kalangan warganet Indonesia. Ini terjadi pasca pihak perusahaan Unilever Global mengunggah logo baru dalam akun instagram resminya @unilever.

Letak masalahnya adalah logo barunya berwarna pelangi, sebagai bentuk dukungan resmi terhadap kaum LGBT, seperti yang terlihat sebagai berikut: “Kami berkomitmen untuk membuat kolega LGBTQI+ bangga pada kami karena mereka. Itulah sebabnya kami mengambil tindakan di bulan kebanggaan ini,” demikian caption yang tertulis di akun @unilever, Jumat (19/6). 

Tak sedikit yang memberikan kecaman, bahkan seruan boikot produk Unilever membahana di dunia maya. Ketua Komisi Ekonomi MUI pun mengajak masyarakat untuk beralih ke produk lainnya. 

Menyusul Unilever, aplikasi Instagram juga menampakkan keberpihakannya terhadap kaum LGBT. Ini diperlihatkan pihak instagram melalui kehadiran sejumlah fitur tambahan yang tersemat selama sebulan ini. Dari kemunculan cincin story corak pelangi, stiker warna pelangi, hingga efek AR bertema pride atau kebanggaan.

Instagram menginginkan, selama Covid-19 bisa membantu komunitas (LGBT) merayakan secara virtual, mencari dukungan online dan tetap terhubung dengan orang yang mereka cintai. Instagram pun bekerja sama dengan Queer Muslim Project, sebuah seni visual dan dongeng untuk mempromosikan representasi komunitas dan interseksional yang positif terhadap jenis kelamin, termasuk meluncurkan panduan kesejahteraan bagi komunitas LGBT. 

Kini, dukungan terhadap LGBT deras mengalir dari sejumlah perusahaan internasional seperti Apple, Google, Facebook, Youtube. Laman huffingtonpost pada 2017 lalu juga telah mengeluarkan daftar 20 perusahaan global yang terang-terangan mendukung LGBT. 

Lebih dari 200 perusahaan AS pada Juli 2019 mendesak Mahkamah Agung AS agar memutuskan undang-undang hak sipil federal melarang diskriminasi terhadap pekerja gay dan waria. Ini menunjukkan bahwa negara Barat sudah menganggap LGBT sebagai perilaku biasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan sebagai lifestyle yang terus “dipasarkan” secara global. 

Mengapa sebagai perilaku yang menyimpang dan berbahaya, LGBT kian mendapatkan dukungan terutama dari perusahaan global? Apakah cukup membendung penyebaran LGBT dengan boikot produk pendukungnya?


*II. PERMASALAHAN*

Untuk menelisik di balik masifnya dukungan terhadap eksistensi kaum LGBT, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Mengapa sebagai perilaku menyimpang, LGBT justru kian eksis dan semakin mendapatkan dukungan terutama dari berbagai perusahaan raksasa internasional?

2. Apa sajakah bahaya perilaku LGBT bagi kehidupan umat Islam?

3. Bagaimana strategi umat Islam menghadapi masifnya kampanye penyebaran LGBT?


*III. PEMBAHASAN*

*A. LGBT Sebagai Propaganda Barat yang Eksis Namun Merusak Peradaban Islam*

Masifnya dukungan terhadap LGBT tentu sangat mengkhawatirkan. Padahal jumlah kaum sodom sekarang ini sudah sangat banyak. Bahkan bisa dikatakan Indonesia mengalami darurat LGBT. Coba tengok Data Kemenkes tanun 2012, ada sekitar 1.095.970 LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) di Indonesia. Jumlah ini naik 37 % dari tahun 2009. 

Hingga tahun 2020 saat ini, sangat mungkin telah bertambah ribuan lagi.  Menurut survey CIA  tahun 2015 yang dilansir di topikmalaysia.com, jumlah populasi LGBT di Indonesia adalah kelima terbesar di dunia setelah Cina, India, Eropa, Amerika.

Adapun sesuai data dari beberapa lembaga survey independen, Indonesia memiliki populasi 3% LGBT. Berarti dari 250 juta penduduk, 7,5 jutanya adalah LGBT. Atau dari 100 orang berkumpul, 3 di antaranya adalah LGBT. 

Kini, mereka kian berani tampil di publik terutama di jejaring media sosial seperti menggelar pesta sex gay, berkumpul di tempat umum seperti taman, terminal, food court, cafe, melakukan adegan tidak senonoh pasangan sesama jenis di sudu–sudut perkotaan, juga membuat grup komunitas di media sosial seperti grup FB gay di berbagai kota. 

Tingginya angka LGBT di negeri ini tentu tidak lepas dari konstelasi LGBT berskala nasional dan global. Hingga akhir 2013, LGBT di Indonesia digerakkan oleh dua jaringan nasional yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Mereka aktif di berbagai bidang kemasyarakatan seperti kesehatan, publikasi dan sosial pendidikan. Satu-satunya ponpes waria di dunia pun berada di Indonesia, yaitu Pesantren Waria Al Fatah di Yogyakarta.

Semakin percaya dirinya mereka tampil di publik, karena di abad 21 ini LGBT tak lagi sebatas aktivitas individual dan semacam komunitas sosial. Kini LGBT telah menjelma sebagai gerakan politik karena didukung oleh Amerika Serikat, negara super power yang telah melegalkan pernikahan sejenis pada tahun 2015. Menyusul dua puluhan negara Barat lainnya.

Rasa jumawa mereka bertambah karena PBB melindungi dan mengakui hak-hak mereka dalam UN Declaration on Sexual Orientation and Gender Identity pada Desember 2008. Lembaga internasional ini juga mengeluarkan seruan menanggulangi diskriminasi berdasarkan orientasi seksual dan identitas gender pada April 2011 sebagai wujud komitmen menentang segala jenis diskriminasi terhadap pelaku LGBT. Sekaligus memantau negara-negara dalam melindungi LGBT dan menyerukannya mencabut undang-undang dan kebijakan diskriminatif.

Sekadar agar dianggap normal dan kehadiran LGBT diterima masyarakat, UNDP dan USAID telah menggelontorkan dana sebesar US$ 8 milion alias 108 milyar rupiah melalui program normalisasi bernama “Being LGBT in Asia.” Indonesia merupakan salah satu targetnya dan telah berakhir September 2017. 

Perusahaan raksasa internasional seperti: Facebook, Starbucks, Nike, Google, Microsoft, Line, Levis, dll. juga mendukung LGBT. Tak heran, akun FB berkonten penolakan terhadap LGBT kerap dihapus berdalih penerapan standar komunitas untuk tidak menyerang orang atau kelompok yang berbeda ras, agama, suku, termasuk berbeda orientasi seksual. Namun ternyata dukungan terhadap LGBT bukan semata-mata membela hak mereka, tapi komunitas LGBT merupakan ceruk pasar menggiurkan. 

Secara marketing, perubahan paradigma masyarakat menjadi penting untuk penjualan produk. Riset PEW (2017) menunjukkan bahwa masyarakat di Amerika semakin toleran dan menerima LGBT dalam hidup mereka. Artinya, jika perusahaan membuat produk yang menyasar kelompok ini, mereka akan mendapatkan keuntungan tersendiri. Pasar produk kebutuhan sehari-hari jelas dibutuhkan oleh komunitas LGBT. 

Komunitas ini juga merupakan sebuah pasar yang besar. Witeck Communications pada 2016 merilis data bahwa kemampuan membeli komunitas LGBT di pasar Amerika Serikat meningkat menjadi 917 miliar dolar. Angka yang cukup besar inilah yang menjadi incaran perusahaan-perusahaan yang berbasis di Amerika. 

Masifnya dukungan global terhadap LGBT telah membuka kran penyebaran idenya secara liar. Padahal LGBT bertentangan dengan syariat Islam dan mengancam peradaban. Gay dan lesbian meruntuhkan institusi keluarga yang bertujuan melestarikan keturunan. 

Pelakunya selalu berlindung di bawah ketiak Hak Asasi Manusia (HAM). Penentang LGBT sering dicap sebagai pelanggar HAM. Sebaliknya, pelaku dan pendukungnya disebut sebagai pembela HAM. HAM merupakan ide yang muncul dari prinsip hidup sekularisme liberal. Dalam masyarakat sekular, seseorang bebas berperilaku termasuk dalam melampiaskan hasrat seksual. Dengan siapapun dan cara apapun.

Jelas pergerakan LGBT sangat berbahaya bagi masa depan negeri ini. Berdasar pola kampanye yang dilakukan, diduga kuat LGBT merupakan salah satu propaganda politik untuk merusak peradaban Islam. Jika perilaku menyimpang ini kian berkembang, siapkah kita menerima peringatan-Nya berupa bencana dan malapetaka? Sebagaimana yang pernah Allah Swt. timpakan kepada kaumnya Nabi Luth as.


  *B. Bahaya Perilaku LGBT terhadap Aspek Medis, Psikologis dan Sosial Umat islam*

Agar publik menerima eksistensi kaum gay, para pendukungnya sering menyampaikan faktor penyebab LGBT adalah genetis (Bio Genic). Mereka menyebutnya dengan teori ‘gen gay’ (gay gene theory) atau teori ‘lahir sebagai gay’ (born gay). Padahal, jika kita dalami, LGBT bukanlah bawaan lahir tetapi perilaku akibat salah asuh (Psycho Genic) dan salah budaya atau lifestyle (Socio Genic). Bukan diakibatkan bawaan lahir atau genetis (Bio Genic).

Contoh salah asuh ialah orang tua tidak membekali dengan pendidikan agama, tidak menjalin hubungan baik dengan anak, tidak peduli teman bergaulnya si anak, memperlakukan anak tidak sesuai jenisnya, anak laki – laki kehilangan figur ayah. Adapun salah budaya/gaya hidup misalnya bergaul dengan komunitas LGBT, terpapar kampanye masif LGBT dari internet.

Pelaku LGBT juga sering menyebut bahwa kecenderungan homo dan lesbi bukan sebagai penyimpangan seksual karena pergaulan /lingkungan, tapi lebih kepada variasi preferensi seksual. Namun menurut Syamsi Ali, imam masjid di Islamic Center of New York dan direktur Jamaica Muslim Center, variasi preferensi seksual bukanlah bawaan lahir. Sebab baik kata “variasi” ataupun “preferensi” bernuansa “pilihan” dan bukan bawaan. 

Dan ini dibentuk /dipengaruhi oleh pergaulan/lingkungan. Misalnya, ada seorang pria sejati berubah menjadi gay ketika sering bergaul dengan seorang gay. Dan LGBT bisa berubah/disembuhkan. Ada beberapa pria transgender yang menjalani operasi kelamin akhirnya memutuskan kembali menjadi pria.

Adapun dampak yang muncul dari perilaku LGBT ini adalah sesuatu yang berbahaya. Bahayanya baik secara medis, psikologis dan sosial, yaitu:  

1. Bahaya medis.

a. 78% pelaku homoseksual terjangkit penyakit menular (Prof. Abdul Hamid Al-Qudah, spesialis penyakit menular dan AIDS di Asosiasi Kedokteran Islam Dunia dalam bukunya Kaum Luth Masa Kini).

b. Gay 2x lebih tinggi terkena resiko kanker anus dan mulut dibandingkan pria normal (penelitian oleh Cancer Research di Inggris pada 2001, 2003, 2005).

c. Rentan terhadap penyakit HIV/AIDS. Tahun 2010 terdapat 50 ribu infeksi HIV baru, dua pertiganya adalah gay (data dari CDC / Centers for Disease Control and Prevention AS).

d. Wanita transgender resiko terinfeksi HIV 34x lebih tinggi dibanding wanita biasa (Republika, 12/2/2016).

e. Di Indonesia, penularan HIV di kalangan LGBT meningkat signifikan. Dari 6% pada tahun 2008, naik menjadi 8% di 2010, menjadi 12% di tahun 2014. Sedang jumlah HIV di kalangan PSK cenderung stabil 8–9% (Republika, 12/2/2016).

2. Bahaya psikologis.

a. Terjadi distorsi seksualitas.

Sensasi dan kenikmatan seksual akan lebih didapatkan/dirasakan oleh mereka dari pasangan sejenis. Pelaku LGBT juga sangat cenderung berganti pasangan untuk mengejar fantasi kenikmatan yang lebih.

b. Tidak peduli akan dosa atau norma.

Saat sensasi kenikmatan seksualitas diperoleh, menjadikan mereka cenderung untuk tidak peduli pada dosa dan norma agama maupun norma masyarakat. 

d. Memiliki hati yang "kosong." 

Biasanya orang yang terkena pengaruh LGBT tidak punya prinsip hidup, bahkan merasa tidak memiliki Tuhan. 

d. Rentan stres.

Penolakan dan tidak diakuinya eksistensi LGBT oleh keluarga dan masyarakat sekitar, merupakan tekanan yang berpotensi menimbulkan stres bahkan depresi. 

e. Tidak mudah beradaptasi dan memiliki sedikit teman di masyarakat.

Status orientasi seksualnya cenderung membuat orang merasa tidak nyaman berada di dekatnya, sehingga sulit menjalin pergaulan sehari-hari dengan masyarakat secara umum.

3. Bahaya sosial.

a. Mengancam eksistensi keluarga. 

Pelaku LGBT menganggap tidak harus menikah dengan lain jenis untuk mendapatkan kenikmatan seksual.

b. Menghambat pertumbuhan umat manusia. 

Pasangan sesama jenis tidak akan bisa melahirkan keturunan, sehingga mereka mencari solusinya dengan sewa rahim.

c. Merusak tatanan masyarakat.

Seorang gay bisa punya pasangan 20–106 pertahunnya. Adapun pasangan zina heteroseksual tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya. Bahkan ditemukan sekitar 43% gay selama hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang bahkan lebih. 79% dari mereka mengatakan bahwa pasangan sejenisnya itu merupakan orang yang tidak dikenalnya sama sekali.

d. Menimbulkan tindakan kriminal.

Beberapa gay menjadi psikopat yang mudah membunuh dan memutilasi orang lain. Ingat kasus Ryan yang membunuh sebelas nyawa di Jombang, Jawa Timur.

Demikian bahaya yang ditimbulkan oleh perilaku LGBT. Mengingat bahayanya yang begitu besar bagi kehidupan umat Islam yaitu membahayakan kelangsungan jenis manusia, generasi dan peradaban Islam, maka perilaku ini wajib ditolak dan dihilangkan.


*C. Strategi Umat Islam Menghadapi Kampanye Global LGBT, Tak Cukup dengan Boikot Produk*

Allah Swt. menurunkan Islam sebagai ajaran rahmatan lil ‘alamin. Salah satu tujuan syari’at (maqoshid syari’ah) dalam Islam adalah memelihara /melestarikan nasab (keturunan) manusia. 

”Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya. Dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya, kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (TQS. An Nisa: 1).

Islam memandang bahwa perilaku LGBT hukumnya haram dan dinilai sebagai tindak kejahatan/kriminal (al jarimah) yang harus dihukum. Sanksi Islam terhadap lesbian berupa ta’zir yaitu hukuman yang tidak dijelaskan oleh nash khusus, jenis dan kadarnya diserahkan pada qadli, bisa berupa cambuk, penjara, publikasi, dll. 

Adapun bagi pelaku gay (liwath), jumhur ulama bersepakat bahwa mereka mendapatkan hukuman mati. Sementara bagi transgender, jika sekadar berbicara atau berbusana menyerupai lawan jenis, hukumannya diusir dari pemukiman. 

Mencermati bahaya LGBT yang kampanyenya dilakukan skala global dan bersifat politis, tentu umat Islam tak cukup melakukan boikot terhadap perusahaan yang mendukungnya. Meskipun boikot dari konsumen ke produsen merupakan tindakan moral yang legal dan dibenarkan sebagai instrumen menyuarakan aspirasi di pasar global dan untuk meningkatkan sensitivitas perusahaan terhadap kepentingan ekonomi, politik dan sosial konsumen. Namun, dampak boikot hanya akan merugikan perusahaan itu sendiri, bukan menyelesaikan tuntas akar masalah LGBT.

Berikut solusi jangka pendek dan jangka panjang untuk menghadapi penyebaran perilaku LGBT:

1. Solusi jangka pendek (praktis):

a. Sebagai orang tua:

1). Mendidik anak berlandaskan iman dan ketaqwaan serta pemahaman syari’at.

2). Memahamkan adab dan batasan pergaulan baik dengan lawan maupun sesama jenis seperti menutup aurat, tidak mandi bareng, tidak tidur dalam satu selimut.

3). Menjalin hubungan baik dengan anak melalui komunikasi efektif dalam nuansa kasih sayang.

4). Mendidik anak sesuai karakter jenisnya.

5). Memantau teman bergaul si anak.

6). Mengarahkan dan memantau anak dalam menggunakan media sosial.

b. Sebagai bagian dari masyarakat.
 
Islam memerintahkan amar ma’ruf nahi munkar pada mukmin dan masyarakat muslim yang berfungsi sebagai sistem kekebalan dalam masyarakat untuk mencegah penyebaran penyakit sosial. Tugas kita sebagai bagian masyarakat ialah:

1). Mengedukasi masyarakat tentang buruknya perilaku LGBT berikut ajaran HAM.

Ajaran HAM bertentangan dengan Islam dan membahayakan kemanusiaan itu sendiri akibat paham kebebasan individual sehingga tidak peduli dengan kemashlahatan orang banyak, apalagi generasi masa depan.  

2).Menyampaikan bahwa Islam memelihara keturunan umat manusia dan semua yang dilarang Allah pasti bertentangan dengan fitrah manusia.

3). Peduli dan amar ma’ruf nahi munkar. 

Dr. Adian Husaini berpendapat bahwa bentuk kepedulian terbaik kepada para pelaku homoseksual adalah menyadarkan bahwa perilakunya menyimpang. Lalu mendukung mereka untuk bisa sembuh dan kembali pada kodratnya. Bukan diberikan motivasi untuk tetap mengidap perilaku menyimpang dan dibenarkan atas nama HAM. 

4). Jika menemukan ada pelaku LGBT di sekitar tempat tinggal, segera lapor penguasa setempat/digerebek bareng warga. 

Meski saat ini tidak tersedia pasal hukum untuk menjerat, minimal pelaku tahu bahwa perilakunya tidak diterima oleh masyarakat.

2.Solusi jangka panjang (strategis).

LGBT tak lagi sekadar masalah individual-sosial, melainkan problem bernuansa politis yang makin eksis dengan dukungan negara-negara Barat yang notabene memusuhi kaum muslimin. Bahkan LGBT diduga kuat merupakan salah satu propaganda Barat untuk merusak peradaban Islam. 

Jika umat Islam hendak mencabut hingga ke akar–akarnya, tentu tak cukup hanya dengan boikot produk sponsornya, tetapi juga dengan memboikot sistem hidup yang memfasilitasi tumbuh dan berkembang biaknya perilaku sesat ini. 

Menjadi keniscayaan terjadinya pergantian sistem kehidupan dari sekularisme liberal menuju tatanan Islam yang menerapkan aturan Allah Swt dan Rasul-Nya. Mari bersama mewujudkannya.  


*IV. PENUTUP*

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 

1. Tingginya angka LGBT di negeri ini tak lepas dari konstelasi LGBT, baik skala nasional dan global. Kaum LGBT kian percaya diri tampil di publik karena kini LGBT tak lagi sebatas aktivitas individual dan komunitas sosial. Tetapi telah menjelma sebagai gerakan politik yang didukung negara superpower dan negara Barat lainnya. Bahkan PBB sebagai lembaga kelas dunia pun mengakui dan melindungi hak-hak mereka. Plus gelontoran dana dari lembaga keuangan internasional.

Kampanye LGBT juga didukung oleh banyak perusahaan raksasa internasional. Meski mereka tak semata membela hak LBGT tapi lebih karena komunitas LGBT merupakan ceruk pasar menggiurkan. Berdasar pola kampanye yang dilakukan, diduga kuat LGBT merupakan salah satu propaganda politik untuk merusak peradaban Islam. 

2. Dampak yang muncul dari perilaku LGBT ini adalah sesuatu yang berbahaya. Bahayanya baik secara medis, psikologis dan sosial. Mengingat bahayanya yang begitu besar bagi kehidupan umat Islam yaitu membahayakan kelangsungan jenis manusia, generasi dan peradaban Islam, maka perilaku ini wajib ditolak dan dihilangkan.

3. Mencermati bahaya LGBT yang kampanyenya dilakukan skala global dan bersifat politis, umat Islam tak cukup melakukan boikot terhadap perusahaan yang mendukungnya. Dampak boikot hanya akan merugikan perusahaan itu sendiri, bukan menyelesaikan tuntas akar masalah LGBT.

Ada solusi jangka pendek yang bersifat praktis dan solusi jangka panjang yang strategis untuk menghadapi kampanye LGBT. Jika umat Islam hendak mencabut hingga ke akar–akarnya, maka harus memboikot juga sistem hidup yang memfasilitasi perilaku sesat ini. Menjadi keniscayaan terjadinya pergantian sistem kehidupan dari sekularisme liberal menuju tatanan Islam yang menerapkan aturan Allah Swt dan Rasul-Nya. 


#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst

Kamis, 16 Juli 2020

Duhai Generasiku…

Oleh: Abu Aisyah Asy-Syilasafi

 

Tanggungjawab sebagai seorang guru (ustadz) saat ini semakin berat, arus informasi dan komunikasi yang semakin merangsek generasi muda menjadikan mereka dengan mudah mendapatkan semua yang diinginkannya. Termasuk dalam hal-hal yang bersifat negative, baik dari segi pergaulan ataupun pengalaman-pengalaman yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Zaman memang telah berubah generasi sekarang berbeda dengan generasi dahulu. Jika generasi dahulu ketika belajar di kelas selalu rapi dengan meletakan kedua siku di meja dan duduk tenang memperhatikan guru, maka saat ini generasi itu telah berubah dengan sikap yang berlawanan dari sebelumnya. Saat ini dalam suasana belajar, anak-anak sering kali tidak bisa diam dan tenang. Mereka lebih senang berjalan ke sana ke mari walaupun pembelajaran sedang berlangsung. Merujuk pada teori-teori pembelajaran dair barat maka hal tersebut katanya sesuatu yang wajar dan tidak boleh dilarang. Tentu saja pada tahap yang masih bisa ditolerir, namun jika membawa kegaduhan dan akhirnya mengganggu teman-temannya tentu tidak bisa dibiarkan.

Generasi saat ini juga berbeda dengan dahulu, mereka saat ini dicekoki dengan berbagai mata pelajaran sehingga fisik dan psikis merekpun merasa mudah lelah dan tidak bersemangat. Sementara tuntunan pelajaran yang begitu banyak memaksa mereka untuk menerima semua pelajaran tersebut, hingga banyak diantara mereka yang tidak lagi menikmati belajar. Belajar menjadi beban yang hanya mengganggu masa-masa bermain bagi mereka. Akibatnya adalah belajar adalah sebuah kewajiban yang harus dijalankan, bukan suatu kebutuhan yang harus didapatkan. Beberapa kasus anak-anak ditekan agar bisa berprestasi tinggi oleh orang tuanya, padahal kemampuannya biasa saja.

Semua itu mengakibatkan anak-anak belajar sesuai dengan kemauan mereka, karena dipaksa akhirnya mereka melakukan apa saja asal bisa dibilang pintar. Mencontek dalam ujian adalah fenomena yang sangat memiriskan hati saat ini. Tidak tanggung-tanggung mereka akan segera mengelak ketika ditanya apakah mencontek atau tidak. Lebih dari itu mereka dengan mudah mengucapkan “Wallahi” padahal jelas-jelas mereka mencontek.

Alasannya karena khawatir nilainya jelek, sehingga mereka mencontek kepada temannya. Belum lagi ia juga mengunugkapkan bahwa ia terpaksa sekolah di sini karena terpaksa, intinya adalah mental dari generasi ini memang semakin parah. Mungkin mereka hapal ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits namun tidak sampai pada pengamalan mereka, bisa jadi mereka masih kecil sehingga belum tahu apa itu dosa.

Inilah tugas bagi seorang guru untuk terus mendidik generasi ini menjadi hamba Allah yang bertakwa. Bukan hanya hafal di lisan saja namun iman itu bisa merasuk ke dalam sukam sehingga akan membentuk perilakunya sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Wallahu a’lam.


Sebelum Pulang………..

Oleh: Abdurrahman

 

 Tak banyak yang bisa diungkapkan dengan barisan kata ketika harus berbagi cerita tentang “Pulang”. Perjalanan yang sangat panjang ini telah membawaku ke berbagai pengalaman lahir batin yang luar biasa. Perjalanan panjang yang melelahkan namun penuh dengan tantangan dan cobaan kehidupan. “Sebelum Pulang” adalah kisah perjalanan seorang anak manusia di dunia penuh kefanaan, bukan sekadar pengalaman yang menyenangkan, namun duka yang bertabur lara, serta tawa beraroma gelaknya.

Berawal dari sebuah titik keberangkatan, perjalanan ini aku mulai dengan membawa hati dan perasaan. Membawa luka yang kian menganga, gundah di jiwa dan sengsara karena dunia. Perjalanan ini juga diringi oleh sebuah cita dan asa akan perbaikan masa depan yang penuh dengan mimpi-mimpi penuh harapan. Awal yang indah pada senja memerah di ujung sawah, angin yang kian melemah mengalah diterpa remang malam yang kian melegam. Sebelum pulang diawali dari sebuah keberangkatan yang penuh dengan biru haru, syahdu karena harus berpisah dengan orang-orang yang selalu kurindu tanpa batas waktu. Sebelum pulang aku sudah berjanji dalam hati, akan memberi sesuatu yang membuat manusia menjadi “iri” dan tidak memandang kami manusia setengah “nyali”.

Awal pengembaraan di Metropolitan, sebuah kota dengan seluruh kesibukannya. Kota harapan yang mempesona para insan di pedususnan, kota yang membawa asa di tengah dahaga dunia. Aku terdampar di antara hitam air got metropolitan, tinggal di gang-gang sempit Pademangan, bersama buruh-buruh kasar di utara Jakarta hingga menjadi manusia yang tanpa arti. Pecundang, penggelandang dan orang-orang di pinggir-pinggir gang. “Sebelum pulang”, aku harus menjadi orang, bukan karang yang pasrah dengan deburan ombak di ujung petang. Namun, tak ada jalan. Hanya gang sempit yang kian hari kian menghimpit, hingga cita ini semakin sulit untuk kembali dibangkit. Lingkungan tak ada dukungan, saudara jauh di ujung pandang, kampung halaman terukir di sudut ruang.

Menjelang akhir perjuangan, asa itu datang tanpa diundang. Ia bersinar di antara gempita metropolitan, menyeruak kembali membangunkan mimpi-mimpi yang telah lama pergi. Asa itu ada, karena ia sealu terpatri dalam jiwa walaupun dikerumuni duka sebagaimana sampah yang mengonggok di Pasar Mangga Dua Jakarta. Seorang laki-laki beraroma surgawi, menghampiri dan memberi arti akan hidup ini. Memberi arah kaki melangkah menunjukan jalan ketika asa itu tinggal kenangan. Sang lelaki impian datang di saat jiwa ini semakin garang di tengah kota yang semakin gersang. Segera kuraih tangan lelaki itu, ia membimbingku, menggandengku, merengkuhku hingga tiba di kota harapan itu. Kota Hujan penuh impian yang tidak lain tidak bukan kota harapan bagi kehidupan yang lebih menawan di masa depan.

“Sebelum Pulang”, ternyata ia bukan malaikat sempurna. Sang penolong yang berhati garong, sang penyelamat berhati terlaknat. Ah… bukan mengumpat, hanya aku belum menerima semuanya hingga mengharapkannya seperti dewa tanpa dosa. Ia memberikanku madu bersama dengan setetes empedu, ia menawarkan surga namun neraka juga diberinya. Kini ia telah kembali ke alam sana, semoga Tuhan merahmatinya. Aku kembali sendiri di tengah jalan kesuksesan, di antara pecahan kekecewaan dan kusutnya benang-benang kehidupan. Aku harus bangkit, merajut mimpi yang ada di seberang kali. Ciliwung memberi mimpi penuh arti pada diri yang hidup namun setengahnya mati suri.

Bogor, Kota Hujan penuh impian. Kurajut mimpi-mimpi indah di antara semilir angin dari Ciawi.  Aku mencoba berdiri tegar, setegar gunung Salak di ujung Bogor Selatan. Kesungguhan dan perjuangan yang penuh darah dan air mata kini mulai bisa dirasa. Luka lama yang masih menganga harus dibalut dengan kapas cita, kesuksesan itu semakin dekat dengan pandangan. Tinggal kuraih seperti seorang bayi yang meraih tangan lembut ibunya. Kesuksesan itu terlalu dekat hingga ingin rasanya kudekap, kunikmati dan terbang bersamanya ke menuju pelosok negeri. “Sebelum Pulang” perjuangan harus dilanjutkan, kesuksesan awal jangan menjadi tumpuan karena di atas kesuksesan ada kesuksesan.

Sebelum pulang, akan aku persiapkan perbekalan untuk orang-orang tersayang di kampung halaman. Tak akan lagi kubiarkan keluarga idaman merana dengan duka lara dunia, tak akan lagi terdengar cerita keluarga tidak makan hanya karena hutang di pasar tak lagi terbayarkan. Hanya satu yang menjadi harapan, kedua orang tua bisa hidup mapan tanpa kekhawatiran di masa kehidupan. Aku ingin mereka menikmati masa tua tanpa rasa khawatir dan duka dunia.

Kesuksesan memiliki tingkatan-tingkatan, aku tidak tahu berada di tingakatan mana saat ini berada. Yang pasti, hampir semua keinginan bisa didapatkan, semua harapan ada di genggaman dan mimpi-mimpi itu sudah menjadi nyata kini. Pergi ke luar negeri, naik kapal pesiar di sungai Musi, mengembara hingga ke Sumatera dan Nusa Tenggara dan berkelana di belantara beton Jakarta. Saat ini, kesuksesan tak lagi sekadar mimpi semua dengan mudah terjadi. Namun, aku juga tidak terpedaya dengan kesuksesan dunia, karena ada kesuksesan yang lebih tahan lama, kehidupan abadi di alam sana, itulah yang harus kupersiapkan segalanya.

Sebelum pulang, aku sudah menyiapkan perbekalan. Perbekalan yang akan mebuat orang-orang desa terperangah dan menganga. Ah…. Itu kesombongan adanya. Tentu aku tidak seperti itu, pengalaman kehidupan telah membawa pada satu keyakinan bahwa kesuksesan dunia bukanlah tujuan utama. Mungkin bisa saja aku pulang membawa chamry, namun iman di hati tentu lebih berarti. Hingga kesombongan itu kubuang jauh-jauh, ia hanya akan membawa murka Sang Pencipta karena kesombongan adalah milikNya tidak pantas bagi manusia yang penuh dosa bertabur hawa. 

Kini, aku siap untuk pulang. Membawa harapan yang sudah di genggaman, membawa dunia bersama isinya. Oleh-oleh pulang yang lebih dari semua itu, adalah ilmu yang dulu selalu kutunggu. Perjuangan sebelum pulang telah kulalui, ayah bunda tercinta kini sudah menanti mengarap diri kembali ke pertiwi menjadi anak negeri yang hakiki. Aku sudah pulang, kedua orang tuapun senang, para tetangga kini mengenang, si anak malang kini telah jadi “orang”. Bukan itu yang kuharapkan kemuliaan di mata dunia hanyalah sementara, ada kemuliaan yang akan kekal selamanya kemuliaan di alam sana yang tiada tara. Ketika aku pulang, kusyukuri seluruh nikmat ini kuridhai seluruh detik hidup ini dan kunikmati setiap jengkal ibu pertiwi.

Waktu tak mau diajak kompromi, mengalir bersama hari-hari penuh arti di sisi ayah bunda yang berseri-seri. Aku harus kembali, kembali mengeksplorasi potensi diri untuk meraih kesuksesan yang lebih tinggi. Tak terasa, air mata mengalir di pipi, asa dan duka menggelayut dalam hati tak kuasa meninggalkan bumi pertiwi. Aku akan kembali, kembali untuk pulang kembali. Kembali ke aktifitas sehari-hari di rantau lagi, dan akan pulang lagi ke bumi pertiwi.

“Sebelum Pulang” kembali, aku akan mempersiapkan perbekalan yang lebih lagi, untuk ayah dan bunda di bumi pertiwi agar keduanya kembali berseri dalam nikmat hidup yang penuh arti. “Sebelum Pulang” aku akan menyelesaikan akhir perjalanan kehidupan serta menyempurnakan iman hingga ke ujung kehidupan. Sebelum  Pulang ke kampung halaman, aku juga harus memikirkan pulang ke kampung keabadian karena di sanalah keabadian dimulakan tanpa akhir dan tanpa kesusahan.

 

NB: Pulang bagi saya memiliki makna yang sangat mendalam, bertemu dengan orang tua, sanak saudara dan teman-teman ketika masih belia. Pulang kampung menjadi momen paling menyenangkan karena bisa berkumpul dengan semuanya. Bukan untuk bangga dengan dunia, tapi iman di dada itulah yang seharusnya ada. Lebih dari itu “Pulang” juga saya maknai dengan pulang ke alam sana, di mana keabadian itu ada dan tak ada lagi duka nestapa dirasa. Kesempurnaan kehidupan bagi saya adalah segalanya, dan “Pulang” adalah jalannya.