Minggu, 26 Juli 2020

Klepon VS Kurma: Menggali Fenomena Viral Kue Klepon dalam Perspektif Ghazwul Fikri

Oleh: Abdurrahman MBP

Membahas kue klepon, sebagian sudah mulai bosan dan sebagian sudah mulai melupakan. Tapi menurut saya ada fakta besar di balik fenomena ini, yaitu upaya mendeskriditkan Islam bahkan membenturkan Islam dengan budaya lokal Indonesia. Sebagaimana sudah viral gambar dan tulisan “Klepon tidak Islami, yuk tinggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami…Abu Ikhwan Aziz”, maka jelas hal ini sengaja dilakukan untuk memancing keributan.  Ya... merujuk pada beberapa sumber yang dapat dipercaya bahwa viral mengenai kue klepon yang tidak islami adalah hoax alias berita palsu. Pengunggah gamabr yang dipertanyakan, isi dari tulisan tersbeut hingga tidak adanya nama atas akun media sosial dan juga toko kurma Abu Ikhwan Aziz.

Salah satu akun Face Book yang membagikan foto tersebut adalah akun Erwin Rabbani II (fb.com/ErwinRabbani2). Akun tersebut adalah salah satu akun yang membagikan foto yang kini ramai dan rentan menyebabkan perpecahan karena menyangkut masalah agama. Akun Erwin Rabbani II mengunggah foto tersebut pada tanggal 20 Juli 2020 sekitar pukul 20.31 WIB. Pada akun tersebut selain mengunggah foto kue klepon terdapat narasi yang menambah panas suasana dan terkesan provokatif. Narasi yang ditulis tersebut berbunyi “Yaa Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-dron sejak kapan makanan punya agama?”. Unggahan kue klepon tidak islami masih menjadi salah satu trending topic Twitter, sampai tanggal 22 Juli 2020.

Pada media sosial Twitter makanan khas Indonesia tersebut juga diunggah salah satunya oleh akun Twitter @memefess. Dalam cuitannya terdapat ajakan untuk meninggalkan jajanan yang tidak islami dengan cara membeli jajanan islami. Tulisan pada gambar yang tengah viral tersebut juga tercantum kalimat “aneka kurma yang tersedia di toko syariah kami”.

Merujuk pada akun Facebook Indonesian Hoaxes @TurnBackHoax, melaporkan "Berdasarkan hasil penelusuran, klaim ini tidak memilik dasar yang kuat dan terkesan hanya klaim yang dibuat dengan tujuan untuk memancing keributan di media sosial," tulisnya. "Beberapa warganet bahkan melakukan upaya pencarian terhadap nama 'ABU IKHWAN AZIZ" seperti yang tertera di gambar tersebut, namun hasilnya tidak ada," tambahnya. Foto kue klepon yang digunakan di gambar tersebut, aslinya adalah foto milik Pinot Dita, yang mengunggah foto tersebut di situs flickr.com pada 16 September 2008. Foto tersebut diberi narasi "[Indonesian Food] klepon - Sweet Rice Balls Stuffed with Coconut Sugar". Selain itu, kue klepon sendiri adalah salah satu produk yang sering didaftarkan di LPPOM MUI oleh beberapa produsen untuk mendapatkan sertifikat halal MUI. Kesimpulannya adalah bahwa gambar kue klepon dengan kalimat tersebut adalah hoax yang sengaja disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Apa tujuan mereka? Pertanyaan lebih pentingnya adalah fenomena apa sebenarnya yang terjadi?

Perang pemikiran atau Ghazwul terus terjadi hingga saat ini, orang-orang yang tidak suka dengan Islam dan terkena sindrome Islamophobia ada di mana-mana. Bahkan di akhir zaman jumlah mereka akan terus bertambah, hingga umat Islam nantinya hanya seperti hidangan di meja makan yang siap dinikmati oleh musuh-musuhnya. Sehingga fenomena kue klepon yang viral sejatinya adalah rangkaian dari berbagai strategi yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Dalam hal ini adalah membenturkan antara Islam dengan budaya lokal. Mari kita bahas secara lebih komprehensif dan detail dari fenomena ini.

Pertama, bahwa klepon adalah makanan yang tidak Islami, maka ini salah besar karena makanan dalam Islam selama itu halal dan thayyib maka itu sudah Islami. Sebagai makanan yang terbuat dari bahan-bahan yang halal bahkan sudah banyak mendapatkan sertifikasi halal dari MUI tentu saja klepon adalah makanan Islami, ia halal dan thayyib (baik). Sehingga salah besar dan menunjukan kebodohan jika seseorang mengatakan bahwa klepon tidak islami. Kenapa harus klepon yang digunakan dalam gamabr tersebut?  

Faktanya bahwa pilihan kue klepon adalah mewakili makanan lokal dan lebih luas lagi kebudayaan lokal di Indonesia yang kemudian dibenturkan dengan kurma sebagai simbol arab atau Islam. Di sinilah perang pemikiran itu dilancarkan, membenturkan antara budaya lokal Indonesia dengan Islam. Apabila kita belajar sejarah dan juga memperhatikan apa yang terjadi di masyarakat khususnya umat Islam di Indonesia maka kita akan dapati “fitnah” seperti ini sudah sering sekali kita dengar. Pendapat yang menyatakan “Jilbab budaya Arab”, “Jenggot itu budaya orang-orang padang pasir”, hingga yang paling ekstrim adalah “Islam agama impor” sudah sering muncul di berbagai tempat dan waktu. Pilihan yang paling mudah dan tepat yang mereka ambil adalah budaya lokal Nusantara, klepon adalah salah satu dari simbolnya. Mereka membenturkan Islam dengan budaya lokal dengan argumentasi Islam akan menghapus budanya lokal tersebut. Maka fenomena Klepon VS Kurma adalah simbol bagi perang pemikiran yang dilancarkan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam untuk menyerangnya. Padahal Islam sangat ramah dengan budaya lokal, bahkan dalam salah satu kaidah fiqhiyyah yang menjadi dalil Islam disebutkan bahwa “al’aadah muhakkamah (adat kebiasaan itu bisa menjadi dasar hukum)”. Sehingga klepon sebagaimana makanan yang lokal yang halal tentu akan dimakan oleh umat Islam, sebagaimana budaya lokal lainnya tetap dipertahankan oleh Islam.

Kedua,  merujuk pada narasi yang ditulis oleh pengunggah di komentarnya, yaitu kata-kata “Yaa Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-dron sejak kapan makanan punya agama?” menunjukan siapa sejatinya orang ini. Istilah K-dron atau Kadrun yang merupakan kependekan dari Kadal Gurun adalah istilah kebencian yang dialamatkan kepada umat Islam yang konsisten dengan agamanya. Sehingga jelas sekali bahwa pengunggah gambar ini benci dengan Islam hingga kemudian muncul kata-kata ini. Apabila kita menelisik kembali sejarah di masa lalu kemudian hingga fenomena akhir-akhir ini maka istilah Kadrun sering sekali muncul dari mulut busuk orang-orang yang tidak suka dengan Islam. Mereka berpikiran picik bahwa orang-orang yang berpegang teguh kepada Islam tidak jauh berbeda dengan kadal gurun. Tentu saja gurun yang dimaksud adalah gurun pada pasir yang menjadi kekhasan wilayah Arabia atau timur tengah. Maka jelas sekali bahwa pengunggah gamabr viral ini adalah termasuk orang-orang yang tidak suka dengan Islam.

Ketiga, penggunaan nama Abu Ikhwan Aziz yang ternyata adalah nama palsu sebagaimana “toko syariah” yang menjual beraneka kurma juga tidak ada adalah fenomena penggunaan istilah Islami yang digunakan oleh orang-orang yang benci dengan Islam. Istilah “Abu Ikhwan Aziz” sejatinya jelas sekali merujuk pada salah satu tradisi dari Islam yaitu menggunakan laqab kepada anaknya semisal Abu Umar, Abu Aisyah dan yang lainnya. Maka tentu saja pemilihan nama ini sebagai cara untuk menggiring masyarakat bahwa yang menulisnya adalah orang Islami. Faktanya, beberapa penggunaan laqab ini juga digunakan oleh orang-orang yang benci dengan Islam sebagai bentuk candaan atau pelecehan, semisal Abu Janda yang statement-statemen-nya selalu bertentangan dengan Islam.

Maka fenomena gambar viral dengan kalimat yang mendeskreditkan Islam tersebut sejatinya adalah gambaran kecil bagi satu fenomena besar yang ada di masyarakat kita, yaitu adanya orang-orang dan kelompok-kelompok yang benci dengan Islam, entah karena kebodohannya atau karena kepentingan dunia lainnya. Mereka terus–menerus melakukan berbagai cara agar manusia memiliki stigma yang negatif tentang Islam. Belum lagi masyarakat terredukasi dari stigma “Islam adalah teroris” kini muncul lagi stigma bahwa Islam tidak ramah budaya lokal. Padahal faktanya hingga saat ini budaya lokal di Indonesia masih berjalan dengan baik. Ini menunjukan bahwa Islam bukan agama yang menghapus budaya lokal apalagi sampai mempertentangkannya dengan agama.  

Maka, umat Islam harus terus waspada, pelajari terus Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam ini. Dakwahkan Islam ke seluruh penjuru dunia, agar semua umat manusia mengetahui bahwa Islam itu ramah dengan segala hal yang bersifat lokal selama tidak bertentangan dan selaras dengan fitrah manusia. Berbuat baiklah kepada prang-orang jahil (bodoh) dan yang belum mengetahui kebenaran dan rahmat Islam ini, teruslah dakwah bil haal agar mereka yang benci dengan Islam sadar, bahwa hanya dengan Islam dunia akan mencapai kedamaian. Wallahu a’lam. Menjelang tengah malam di Kota Hujan, 26 Juli 2020.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...