Oleh : Asep Kurnia, S.Pd.
Semua makhluk yang Allah Ciptakan pasti akan memiliki nilai manfaat/maslahat dan madhorot bagi umat manusia, tergantung pada cara memanfaatkan dan bagaimana pengelolaannya serta apa goal finishingnya. Begitu juga setiap Program secanggih dan sehebat apapun pasti membawa sisi positif beserta sisi negatif. (Askur, 29 Juli 2020).
Kita semestinya, jangan hanya berpikir & berprasangka
negatif saja atau curiga berlebihan (negatif thinking) terhadap sesuatu
kejadian , kebijakan dan atau suatu PROGRAM, apalagi program tersebut adalah
sebuah upaya responsif & responsibility
cepat dan trengginas yang lahir dari sebuah lembaga resmi lembaga
pemerintahan dalam rangka menanggulangi situasi chaos akibat adanya bencana
atau wabah dadakan yang mengakibatkan resesi diberbagai bidang. Perlu lahir
pemikiran yang sehat dan prasangka baik ( positif thinking) bahwa program
apapun dibuat itu dilihat & dipandang
dari sisi positifnya yakni
sebagai suatu SOLUSI bukan suatu polusi. Dan bagi pihak pembuat program atau kebijakan pun sama
jangan pernah berpikir dan merasa bahwa program besutannya adalah program
sempurna sehingga tertutup dan alergi untuk dikritisi , karena saya
berpandangan kebijakan apapun itu namanya tetap memiliki sisi kelebihan dan
kelemahan /kekurangan... orang bilang " baik buat kami belum tentu baik
buat orang lain, cocok buatku belum tentu buat pihak lain.
Sesuai dengan tema yang diusung di atas, mari kita cermati
secara cerdas, lugas dan bijak tentang program PPJ-nya mendikbud yang kemudian
diperhalus dengan istilah BDR dengan model pilihan DARING dan LURING. Apa
hikmat dibalik model belajar tersebut bagi semua pihak ?
Covid-19 memang musibah sekaligus merupakan ujian bagi kita,
tak ada yang mau dan tak ada yang tahu kapan berakhir, sekarang sudah terjadi
dan sedang mewabah. Selain efek negatif yang banyak bermunculan di segala aspek
kehidupan namun tentunya ada HIKMAH nya pula , paling tidak dengan
munculnya covid-19 yang memunculkan PJJ / BDR secara online ( daring), kita jadi tahu bahwa dunia pendidikan
Indonesia masih lemah dan menunjukan ketidaksiapan akan perubahan, secara kasap
mata ada ketidakmampuan penjaminan melanggengkan hak anak anak untuk tetap
belajar secara aman & nyaman serta melindungi warga negara mendapat pendidikan secara adil dan merata,
selain karena faktor fasilitas , ekonomi rakyat dan sarana yang masih minim
bahwa kekurangtepatan pengambilan kebijakan pendidikan turut pula memperburuk keterjaminan
pemerataan pendidikan mejadi senjang sekali
Hikmah positif lain dari PJJ, meningkatnya kesadaran bahwa
pendidikan itu bukan hanya tanggungjawab guru dan sekolah tapi juga
tanggungjawab dari orang tua. Sehingga pembinaan akhlak seharusnya diajarkan
juga oleh orang selama PJJ.
Kita pahami, bahwa Model Pembelajaran Jarak Jauh adalah
kondisi abnormal, sehingga ia dilakukan karena adanya pandemi ini. Saya yakin
semua sepakat bahwa model ini kurang atau tidak efektif, tetapi inilah untuk
sementara yang bisa kita lakukan tentunya dengan segala kelebihan plus
kekurangannya ( tidak ada rotan akarpun berguna bukan ?) insyaallah bila
kondisi kembali normal tentu pembelajaran akan berjalan normal kembali ke model
TAMUK = tatap muka di kelas dengan dikombinasikan belajar secara online bagi
sekolah yang sudah siap dengan segala fasilitas.
Mengapa demikian?
Pembelajaran online akan menjadi trend baru pendidikan
setelah era new normal, karena virus ini masih belum bisa diprediksi kapan
berakhir. Kalau hilang rasa ketakutan itu masih tetap ada, sehingga belajar
online akan terus dilakukan ada atau tidak adanya pandemi. Sebagai rujukan, di
beberapa negara sejak awal telah melakukan sistem belajar online dengan
kurikullum dan metode yang tepat sehingga hasilnya bisa lebih dari pembelajaran
tatap muka di kelas, khususnya pembelajaran untuk dewasa ( di level perguruan
tinggi /mahasiswa).
THE END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...