Kamis, 30 Juli 2020

Dilema & Problematika Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) (Bagian 3 akhir)

Oleh : Asep Kurnia, S.Pd.

 

Semua makhluk yang Allah Ciptakan pasti akan memiliki nilai manfaat/maslahat dan madhorot bagi umat manusia, tergantung pada cara memanfaatkan dan bagaimana pengelolaannya serta apa goal finishingnya.  Begitu juga setiap Program secanggih dan sehebat apapun pasti membawa sisi positif beserta sisi negatif. (Askur, 29 Juli 2020).

Kita semestinya, jangan hanya berpikir & berprasangka negatif saja atau curiga berlebihan (negatif thinking) terhadap sesuatu kejadian , kebijakan dan atau suatu PROGRAM, apalagi program tersebut adalah sebuah upaya responsif & responsibility  cepat dan trengginas yang lahir dari sebuah lembaga resmi lembaga pemerintahan dalam rangka menanggulangi situasi chaos akibat adanya bencana atau wabah dadakan yang mengakibatkan resesi diberbagai bidang. Perlu lahir pemikiran yang sehat dan prasangka baik ( positif thinking) bahwa program apapun dibuat itu dilihat & dipandang  dari sisi positifnya yakni  sebagai suatu SOLUSI bukan suatu polusi. Dan bagi pihak  pembuat program atau kebijakan pun sama jangan pernah berpikir dan merasa bahwa program besutannya adalah program sempurna sehingga tertutup dan alergi untuk dikritisi , karena saya berpandangan kebijakan apapun itu namanya tetap memiliki sisi kelebihan dan kelemahan /kekurangan... orang bilang " baik buat kami belum tentu baik buat orang lain, cocok buatku belum tentu buat pihak lain.

Sesuai dengan tema yang diusung di atas, mari kita cermati secara cerdas, lugas dan bijak tentang program PPJ-nya mendikbud yang kemudian diperhalus dengan istilah BDR dengan model pilihan DARING dan LURING. Apa hikmat dibalik model belajar tersebut bagi semua pihak ?

Covid-19 memang musibah sekaligus merupakan ujian bagi kita, tak ada yang mau dan tak ada yang tahu kapan berakhir, sekarang sudah terjadi dan sedang mewabah. Selain efek negatif yang banyak bermunculan di segala aspek kehidupan  namun tentunya ada  HIKMAH nya pula , paling tidak dengan munculnya covid-19 yang memunculkan PJJ / BDR secara online ( daring),  kita jadi tahu bahwa dunia pendidikan Indonesia masih lemah dan menunjukan ketidaksiapan akan perubahan, secara kasap mata ada ketidakmampuan penjaminan melanggengkan hak anak anak untuk tetap belajar secara aman & nyaman serta melindungi warga negara  mendapat pendidikan secara adil dan merata, selain karena faktor fasilitas , ekonomi rakyat dan sarana yang masih minim bahwa kekurangtepatan pengambilan kebijakan pendidikan  turut pula memperburuk keterjaminan pemerataan pendidikan mejadi senjang sekali

Hikmah positif lain dari PJJ, meningkatnya kesadaran bahwa pendidikan itu bukan hanya tanggungjawab guru dan sekolah tapi juga tanggungjawab dari orang tua. Sehingga pembinaan akhlak seharusnya diajarkan juga oleh orang selama PJJ.

Kita pahami, bahwa Model Pembelajaran Jarak Jauh adalah kondisi abnormal, sehingga ia dilakukan karena adanya pandemi ini. Saya yakin semua sepakat bahwa model ini kurang atau tidak efektif, tetapi inilah untuk sementara yang bisa kita lakukan tentunya dengan segala kelebihan plus kekurangannya ( tidak ada rotan akarpun berguna bukan ?) insyaallah bila kondisi kembali normal tentu pembelajaran akan berjalan normal kembali ke model TAMUK = tatap muka di kelas dengan dikombinasikan belajar secara online bagi sekolah yang sudah siap dengan segala fasilitas.

Mengapa demikian?

Pembelajaran online akan menjadi trend baru pendidikan setelah era new normal, karena virus ini masih belum bisa diprediksi kapan berakhir. Kalau hilang rasa ketakutan itu masih tetap ada, sehingga belajar online akan terus dilakukan ada atau tidak adanya pandemi. Sebagai rujukan, di beberapa negara sejak awal telah melakukan sistem belajar online dengan kurikullum dan metode yang tepat sehingga hasilnya bisa lebih dari pembelajaran tatap muka di kelas, khususnya pembelajaran untuk dewasa ( di level perguruan tinggi /mahasiswa).

 

THE END


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...