Senin, 20 November 2023

Membaca Semesta di Negara Tetangga

 Oleh: Misno

 


Bermimpi tentu tidak ada salahnya, apalagi jika mimpi itu terpatri dalam hati dan menjadi azzam yang kuat hingga setiap langkah hidup fokus kepadanya. Mimpi untuk berkeliling dunia dengan menikmati beraneka ragam budaya dan alamnya menjadi mimpi dalam hati ini, bukan hanya sekadar jalan-jalan tetapi “membaca” yang tersurat dan tersirat hingga memberi hikmah serta kebijaksanaan hidup yang tiada tara.

Namun, apalah daya anak buruh tani ini harus berjuang luar biasa untuk mencapainya. Semangat membaca yang kuat, dengan berbagai buku bacaan yang dipinjam dari perpustakaan sekolah bahkan koran dan majalah bekas bungkus nasi menjadi penyemangat hidup. Bahkan ketika harus berjuang di Ibu Kota dengan bekerja dan melanjutkan studinya, hingga bersimbah darah dan air mata dalam menyelesaikan program sarjana, magister hingga Doktoral.

Semangat untuk melanjutkan kuliah sempat tersendat karena biaya dan kesempatan yang belum ada, namun ada hikmah terbesar karena akhirnya mampu menghasilkan maha karya (buku) yang diterbitkan di beberapa penerbit di Jakarta. Hingga membawanya keliling Asia Tenggara, sedangkan tulisannya telah mengembara di berbagai pelosok negara utamana di dunia maya. Buku yang berjudul “Menaklukan Asia” Pustaka Amma Alamia dan “Menggenggam Nusantara” penerbit Gramedia Pustaka Utama telah membawanya ke Singapura, Malaysia dan Brunai Darusalam.

Singapura menjadi negara pertama yang saya kunjungi, berbekal undangan untuk mengajar di sana hingga mampu berkeliling di setiap sudutnya serta berjumpa dan wawancara dengan penduduknya. Tentu saja wisata buku tidak dapat ditinggalkan, mengunjungi beberapa perpustakaan, universitas dan pameran buku di negeri Singa adalah hal yang menakjubkan. Negara kecil miskin sumber daya alam ini faktanya kaya dengan sumber daya manusia, salah satu faktor utamanya adalah tingkat membacanya. Bersyukur hingga saat ini masih diberi kepercayaan untuk mengajar di sana serta membimbing dan menguji tesis di salah satu college di sana. Selain itu beberapa buku dan penelitian yang diterbitkan berkenaan dengan Singapura menjadi kontribusi bagi negeri ini.

Selanjutnya Malaysia, negara jiraan ini sudah menjadi semacam negeri sendiri dengan berbagai pesonanya. Tentu saja buku dan ilmu pengetahuan di sana menjadi tujuan utama mengunjunginya. Berawal di tahun 2012 mengikuti Konverensi Internasional sebagai pembicara di University of Malaya, hingga berlanjut berkelana di sepanjang Malaysia. Mulai dari UiTM di Sabah Malaysia Timur, dilanjutkan dengan UTM di Johor Bharu, UTem di Melaka, UKM di Bangi, IIUM di Gombak hingga ke USM di Pulau Penang. Beberapa buku saya diterbitkan di UCYP Malaysia dan menulis bersama dengan beberapa dosen di sana adalah sebuah kebanggaan. Puncaknya mendapatkan penghargaan dari Kerajaan sebagai penulis Buku Nusantara Terbaik bersama Dr. Shabri bin Mohd Sharif dari UTeM Melaka.

Brunai Darusalam menajdi negara yang juga menginspirasi dalam membaca dan menulis, pasalnya kehadiran saya di sini juga dalam rangka mengikuti konverensi internasional sebagai pembicara. Ternyata tidak hanya sampai di situ, komunikasi yang intens juga telah memebrikan peluang untuk menerbitkan buku bersama dengan beberapa dosen di sana. Negara dengan penduduk sedikit ini menjadi inspirasi untuk terus membaca dan berkarya untuk semesta.

Tentu saja ini petualangan membaca semesta ini belum berakhir, Covid-19 yang mewabah membatalkan rencana kunjungan saya ke teman di Cambodia, Thailand dan Vietnam. Semoga setelah dunia ini membaik, petualangan untuk buku dan membaca semesta akan terus berlanjut mengelilingi dunia, hingga semakin mampu memahami jagad raya agar kebijaksanaan menjadi nyata dalam jiwa.

 

 

Kisah Anak Buruh Tani dari Selatan Jawa

Oleh: Misno

 


Buku menjadi bagian dari hidup saya, kebiasaan membaca telah ada sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), nun jauh di ujung selatan Pulau Jawa. Sedikit dari murid-murid di SDN Ujungmanik III yang datang ke perpustakaan, membaca buku dan meminjamnya untuk dibawa ke rumah.  Bukan hanya dibaca, bahkan karena terbatasnya bahan bacaan di rumah, karena keluarga hanya seorang buruh tani maka buku tersebut saya salin untuk dibaca kembali ketika buku yang dipinjam sudah dikembalikan ke perpustakaan sekolah.

Buku dan membaca isinya terus berlanjut, bahkan ketika terpaksa harus putus sekolah karena orang tua tidak ada lagi biaya. Berbekal semangat untuk membaca, beberapa buku yang dijual di loakan kaki lima saya beli untuk memuaskan dahaga membaca. Waktu itu saya ikut Bu De (Kakak Ibu) yang merantau ke Jakarta. Keinginan kuat untuk melanjutkan sekolah, akhirnya saya mengikuti kelas Paket C (Setara SMU), dengan tetap membaca dari berbagai sumber yang ada. Tentu saja, koran bekas pembungkus nasi atau majalah menjadi bahan bacaan saya, hingga mengantarkan saya ke bangku kuliah.

Bukan perkara yang mudah, ketika memasuki dunia kampus, dengan tetap bekerja untuk memenuhi kehidupan sendiri di sekitar ibukota Jakarta. Berbekal semangat membaca dan buku yang selalu ada di jiwa dunia kuliah di selesaikan dengan baik bahkan menjadi Lulusan Terbaik dengan Predikat Cumlaude. Setelah menyelesaikan Program Sarjana Hukum, kembali kegundahan itu muncul “Apakah hanya sampai di sini, atau harus kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi?” Seorang anak buruh tani yang miskin kembali berfikir, hingga kecintaannya pada buku menyampaikannya pada level merangkai kata dan kalimat hingga menjadi sebuah maha karya.

Menulis buku menjadi pelampiasan semangat membaca dan meningkatkan kemampuan akademiknya, hingga akhirnya mengantarkan pula kuliah di jenjang pascasarjana. Sambil menulis buku dan membantu beberapa teman kelas menyelesaikan tugas-tugas kuliah akhirnya selesai juga kuliah di pascasarjana Program Studi Ekonomi dengan menyandang gelar Magister Ekonomi. Hal yang membanggakan adalah lulus sebagai mahasiswa terbaik dan nilai IPK “Dengan Pujian” alias cumlaude.

Mampukah anak petani buruh ini mencapai level akhir strata pendidikan di negeri ini? Program Doktoral menjadi mimpi banyak orang, namun sepertinya belum saatnya untuk dinikmati oleh anak buruh tani yang miskin ini. Namun, semangatnya untuk terus membaca dan menambah ilmu pengetahuan mengantarnya menghasilkan berbagai “maha karya”, yaitu berbagai buku yang diterbitkan di penerbit Indonesia. Masa berlaku hingga dua tahun lebih, ketika tawaran untuk kuliah lagi datang dari Universitas Negeri di Bandung. Akhirnya dengan modal nekat, petualangan akademik di Kota Kembang dimulai, tentu saja dengan perjuangan yang luar biasa karena harus pulang pergi seminggu sekali dari Bogor ke Bandung.

Kesungguhan dalam perjuangan tidak sia-sia, semangat membaca, buku, dan cinta ilmu pengetahuan mengantarnya lulus di jenjang Doktoral bahkan menjadi lulusan terbaik dengan predikat Cumlaude”. Alhamdulillah…

Buku dan membacanya menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidup saya, bahkan dengan target lima kali umru saya maka menghasilkan maha karya menjadi motivasi yang menjadikan hidup ini lebih bermakna. Semoga…