Kamis, 25 Februari 2021

Makna sebuah Ikhtiar...

 Oleh: Ibnu Mohd Djahri

 

Manusia adalah makhluk yang lemah, salah satu buktinya adalah terbatasnya panca indra yang dimilikinya. Mata hanya mampu memandang sejauh mata memandang, ia juga tidak bisa melihat sesuatu yang lebih kecil dari jangkauan matanya hingga diperlukan alat semacam mikroskop untuk melihatnya. Pendengaran manusia juga sangat terbatas hingga tidak mampu mendengar suara yang kurang atau lebih dari standar pendengaran manusia. Bahkan tubuh manusia itu sangat lemah, hingga dengan sangat mudah terserang berbagai bakteri dan virus tanpa diketahui cara masuk ke tubuh manusia.

Kelemahan manusia juga terlihat dari terbatasnya ilmu pengetahuan yang dimilikinya, sehingga tidak semua orang mampu untuk menguasai semuanya. Ilmu kedokteran misalnya, hanya para dokter yang mengetahuinya. Lebih spesifik lagi, tidak semua dokter juga memahami penyakit dalam (semisal jantung dan paru-paru). Hanya mereka yang ahli dan spesialisasi di bidang itu yang memahami, itupun masih terus mengalami perkembangan karena semakin banyaknya penyakit yang ada pada diri manusia.

Sebagai manusia biasa yang tidak paham dengan ilmu kedokteran tentu kita lebih tidak mengetahui lagi berbagai penyakit yang ada dalam tubuh kita. Hanya hasil pengalaman sendiri atau pengalamana orang lain yang sedikit membantu kita, bahkan dokter pun selalu mengatakan ini adalah diagnosis yang bisa jadi benar atau salah. Sehingga ketika tertimpa suatu penyakit kita akan berupaya untuk mengobatinya dengan berbagai obat yang direkomendasikan oleh dokter atau orang-orang di sekeliling kita.

Masalahnya adalah obat yang kita jadikan penawar belum tentu sesuai dengan penyakit kita, karena bisa jadi diagnosa salah atau obat tersebut tidak sesuai dengan kondisi tubuh kita. Tidak semua obat cocok untuk semua orang, banyak orang yang memiliki alergi atau kekhususan yang ada dalam tubuhnya. Maka, ketika kita sakit dan minum obat sejatinya itulah ikhtiar (usaha) dari manusia. Kita tidak tahu apakah diagnosis penyakit itu benar, atau obat tersebut cocok dengan kita apalagi dengan dosis yang kadang karena ingin cepat sembuh kemudian ditambahkan dosisnya.

Ya... inilah hakikat dan makna dari ikhtiar, karena sejatinya yang menyembuhkan itu adalah Allah Ta’ala Sang Pencipta manusia dan alam semesta. Obat itu hanya perantara yang dijadikan oleh Allah Ta’ala sebagai wasilah bagi sembuhnya penyakit kita. Sebagai seorang muslim kita harus meyakini hal tersebut, termaktub secara jelas dalam Kalam-Nya Surat Asy-Syu’ara ayat 80 “dan Apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku”. Keyakinan ini haruslah terpatri dalam hati setiap muslim, bahwa Allah Ta’ala yang menyembuhkan semua penyakit, kita manusia hanya berikhtiar yang dibarengi pula dengan do’a.

Ikhtiar untuk berobat dengan berbagai penawar yang kita tidak ketahui penyakit dan kecocokannya menunjukan ikhtiar yang tinggi. Karena sebagai manusia kita diperintahkan untuk berusaha, tentu saja harus didasari oleh keyakinan bahwa Allah Ta’ala yang menyembuhkan. Sebagaimana do’a yang kita panjatkan, kita tidak tahu kapan ia dikabulkan tapi yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa kita. Jika demikian adanya, teruslah berikhtiar dengan dasar keyakinan bahwa Allah Ta’ala yang menyembuhkan kita, bukan obat-obatan itu. Wallahua’lam bishawab.

Kota Hujan, Capek Mendalam Selepas Maghrib

25022021