Selasa, 25 Oktober 2022

Lagi, Simbol Islam (Cadar) dijadikan Label Kekerasan dan Terorisme

Oleh: Misno  


Kembali fitnah terhadap Islam terjadi, kali ini seorang perempuan mengenakan jilbab panjang dan cadar tertangkap akan menerobos masuk Istana Presiden. Peristiwa ini viral melalui video yang memperlihatnkan seorang wanita bercadar bawa senjata api terobos Istana Presiden diamankan petugas polisi beredar di media sosial. Dalam video itu tampak seorang wanita mengenakan jilbab besar warna biru dan cadar hitam. Wanita itu dipegangi oleh dua petugas polisi. Namun wanita itu berusaha melawan saat dipegangi. "Mohon ijin melaporkan, telah terjadi orang mencurigakan. Membawa senpi dan tidak punya identitas jelas. Sudah diamankan oleh personil gatur dan juga paspampres," ucap perekam video. Dalam foto selanjutnya, petugas berhasil mengamankan senjata api yang dibawa oleh wanita itu.  Petugas juga menggeledah tas yang dibawa oleh wanita itu. Namun saat diperiksa, wanita itu tidak membawa identitas sama sekali (https://jateng.tribunnews.com/)

Mabes Polri membenarkan peristiwa seorang wanita menerobos Istana Merdeka dengan membawa senjata api yang kini ditangani dan sedang didalami oleh Krimum Polda Metro Jaya. "Iya betul (kejadiannya), sedang didalami oleh Krimum Polda Metro Jaya," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa (25/10/2022). Berdasarkan informasi yang diperoleh, seorang wanita menerobos Istana Merdeka sisi utara dengan membawa senjata api jenis FN. Kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 WIB, pelaku belum diketahui identitasnya, diduga berusia 25 tahun. Terdapat tiga saksi yang mengetahui peristiwa itu, yakni Aiptu Hermawan, Bripda Yuda Tri Wibowo, dan Briptu Krismanto dari Sat Gatur Polda Metro Jaya. Barang bukti yang diamankan dari pelaku, yakni satu jenis senjata api jenis FN, satu tas hitam berisi kitab suci, dompet warna pink, dan satu unit ponsel (https://www.suara.com).

Kepala Kantor Staf Kepresidenan, Moeldoko, memberikan tanggapannya mengenai adanya penangkapan seorang wanita bercadar yang membawa senjata api di sekitaran Istana Kepresidenan Jakarta. Menurut Moeldoko, saat ini wanita tersebut sudah dimintai keterangan oleh aparat kepolisian. Moeldoko mengatakan, aparat masih melakukan pemeriksaan secara mendalam untuk menggali motif wanita bercadar tersebut membawa senjata api dan menodongkannya ke arah Paspampres yang berjaga di Istana Kepresidenan.  Baca Juga : Wanita Bercadar Penerobos Istana Bawa Tas Hitam, Isinya Kitab Suci dan Dompet Kosong Pistol Wanita Bercadar yang Ditangkap di Istana Ternyata Senjata Api Rakitan "Saat ini sedang didalami, motifnya apa dan seterusnya, dan apa itu siapa sebenarnya yang ada di balik itu, dan seterusnya. Kenapa mesti ke sini dan itu sedang kita dalami," ujar Moeldoko kepada awak media, Selasa 25 Oktober 2022 (https://www.viva.co.id/)

Sebagai seorang muslim tentu kita harus bijak dalam menyikapinya, tidak berlebih-lebihan dan over acting atau tidak pula menyepelekannya. Semuanya masih dalam proses Panjang dan akan diselidiki apa motif di balik kejadian itu. Namun, sebagai seorang muslim kita juga harus cerdas dalam menyikapi kejadiannya, karena sejatinya bukan sekali dua kali peristiwa seperti ini terjadi. Penggunaan symbol-simbol Islam semisal jilbab dan cadar yang selalu dikaitkan dengan terorisme dan kekerasan selalu saja berulang. Apakah ini benar-benar terjadi atau skenario untuk mendeskriditkan symbol-simbol Islam?

Jawaban dari pertanyaan tersebut tentu saja memerlukan kajian yang mendalam, namun apabila kita pelajari ajaran Islam maka sejatinya tidak pernah mengajarkan kekerasan, terorisme dan Tindakan-tindakan anarkis lainnya. Islam sangat melarang semua Tindakan yang dapat mendatangkan kemudharatan baik bagi dirinya ataupun orang lain. Bahkan ada aturan dalam Islam apabila kita memegang pisau atau senjata tajam tidak boleh menghadapkan yang tajam ke orang lain karena dikhawatirkan akan melukainya.

Islam adalah agama yang membawa kepada kedamaian, tidak pernah mengajarkan Tindakan kekerasan, anarki, terorisme dan tindakan jahat lainnya. Kita tidak boleh menumpahkan darah saudara semuslim serta orang-orang non muslim yang tidak bersalah. Apalagi sampai melakukan pengeboman atau tindakan yang dapat merusak dan menyebarkan terror. Itu semua bukan ajaran Islam, karena Islam selalu mengajarkan perdamaian, keadilan ketenteraman dan menjaid rahmat untuk semesta alam.

Jadi jika ada orang-orang yang menggunakan symbol-simbol agama untuk melakukan Tindakan kekerasan, anarkis, ancaman dan terorisme itu adalah orangnya (oknum) umat Islam yang bisa jadi karena salah dalam memahami Islam yang benar. Bis ajuga itu adalah fitnah terhadap umat Islam, di mana Tindakan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam agar masyarakat memberikan stigma negative terhadap symbol-simbol Islam semisal jilbab dan cadar. Hal ini tentu tidak boleh dibiarkan, karena semakin sering stigma ini disiarkan maka masyarakat akan terbawa pada skenario ini.

Semoga Allagh Ta’ala memebrikan hidayah kepada sleuruh umat Islam sehingga lebih cerdas dalam menganggapi setiap kejadian yang terjadi, terus belajar tentang Islam sehingga dapat memahami, mengamalkan dan mendakwahkan Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Apabila ada fitnah terhadap umat Islam maka kita harus meluruskan sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Wallahu a’lam, 25102022.

Jumat, 21 Oktober 2022

Malu lah Kita…

Oleh: Abd Misno


Manusia diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan segala keterbatasan, salah satunya tidak bisa melihat apa yang ada di dalam hati manusia lainnya. Sehingga seseorang melihat orang lain hanya dari dhahir (apa yang ada di luarnya), dia tidak tahu apa yang ada di dalamnya (hati, perasaan, takdir dan yang lainnya). Seseorang nampak sehat, kuat dan bertenaga namun sejatinya penuh dengan penyakit dalam yang tidak diketahui oleh orang yang memandangnya. Orang lainnya nampak gagah perkasa, padahal nasibnya tidak seindah tampilannya. Demikian pula seseorang yang nampak sholeh dan bertakwa pada dhahirnya, padahal ia adalah pelaku maksiat yang hanya dirinya dan Allah Ta’ala yang mengetahuinya.

Kita tidak hebat, bahkan penuh dosa dan maksiat. Tapi Allah Ta’ala Maha Hebat yang menutup semua aib kita dari pandangan mata manusia.

Malu lah kita… ketika orang lain mengira bahwa kita adalah hamba yang bertakwa, padahal begitu banyak dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Malu lah kita, ketika orang lain mengira kitab isa menjadi panutan padahal sejatinya kita adalah pecundang di hadapan Ar-Rahman.

Malu lah kita, ketika orang lain mengira bahwa kita tanpa cela, padahal sebanyak debu di angkasa dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.

Tapi, Allah Ta’ala sayang dengan kita hingga menutup semuanya dari pandangan manusia. Bahkan orang-orang terdekat kita pun tidak mengetahuinya. Sehingga, bersyukur pada yang kuasa adalah amalan utama bagi kita. Syukur atas segala aib yang disembunyikan dari pandangan insan, syukur atas kesempatan yang masih diberikan dan syukur atas segala karunia yang kita dapatkan.

Setelah bersyukur selanjutnya adalah terus berusaha untuk memperbaiki diri, mujahadah tiada henti karena akhir dari kehidupan ini adalah khusnul khatimah yang dinanti. Selalu mengingat dengan berbagai dosa dan kesalahan yang telah dilakukan, hingga rasa angkuh dan kesombongan tidak ada dalam kehidupan dan selalu berbaik sangka dengan sesama insan. Husnudzan bahwa kita tidak lebih baik dari mereka, bahkan orang lain lebih baik dari kita hingga ujungnya adalah selalu mawas diri, muhasabah an-nafsi serta sibuk dengan aib diri.

Malu lah kita, bila masih ada rasa sombong di jiwa, padahal begitu banyak aib dan kesalahan kita yang dijaga oleh Allah Ta’ala.

Malu lah kita, bila masih menganggap diri lebih baik dari manusia lainnya, padahal tidak ada manusia yang sempurna bahkan diri kita jauh darinya.

Malu lah kita, jika masih menganggap orang lain lebih rendah dari kita hingga menyepelekan dan memandang sebelah mata, padahal justru bisa jadi kita yang lebih rendah dari manusia lainnya.

Semoga Allah Ta’ala sentiasa menjaga diri kita, selalu menutup aib-aib kita, memberikan hidayah serta inayahNya kepada kita hingga kita mampu untuk terus memperbaiki diri kita hingga ajal menjemput nyawa. Aameen Ya Rabbal aalameen…. 21102022

 

Rabu, 19 Oktober 2022

Risau Resesi? Ikhtiar Insani Percaya Ilahi

Oleh: Dr. Misno, SHI., SE., MEI


 Akhir dari Pandemi Covid-19 adalah awal baru bagi kehidupan umat manusia di berbagai penjuru dunia. Setelah lebih kurang 2,5 tahun mereka berada dalam ancaman virus corona, kini saatnya manusia menata kembali kehidupan menuju era New Normal. Era di mana kehidupan mengalami banyak perubahan menuju dunia digital dengan berbagai peluang dan tantangannya. Akhir pandemic memberi angin segar untuk kembali bangkit dari berbagai keterpurukan menatap masa depan yang lebih baik.

Namun, harapan itu mendapatkan hambatan yang cukup berat pandemic yang telah meluluhlantahkan berbagai bidang ekonomi akhirnya berhadapan dengan resesi yang banyak diprediksi akan mencapai puncaknya pada 2023-2025. Berita ancaman resesi ini beredar di berbagia media, bahkan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai strategi untuk menyiapkan bangsa dan negara menghadapi dan mengatasinya. Bagaimana dengan kita sebagai orang Islam dan beriman? Apakah resesi adalah sesuatu yang menakutkan atau hanya berita hoax yang tidak perlu dipikirkan.

Sebagai orang beriman, kita harus yakin bahwa setiap manusia telah ditentukan rizkinya, bahkan binatang melata di muka bumi juga telah ditetapkan rizkinya. Hal ini sebagaimana firmanNya;

وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍۢ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh al-mahfuz). QS. Hud: 6.

Keyakinan bahwa seluruh makluk telah ditetapkan rizkinya adalah wajib bagi orang beriman, maka setiap manusia juga telah ditentukan rizkinya. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dalam rizki, termasuk berbagai peristiwa yang mungkin terjadi. Resesi yang diprediksi oleh para ahli sejatinya adalah keadaan di mana susahnya ekonomi, namun sebagai orang beriman kita harus yakin, berikhtiar semaksimal mungkin kemudian tawakal. Allah ta’ala berfirman:

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya”. QS. ath-Thalaaq: 2-3.

Tentu saja konteks tawakal dalam ayat ini adalah setelah berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin, bukan pasrah menerima keadaan atau hanya menunggu tanpa adanya kegiatan. Tawakal dalam Islam adalah setelah seseorang berusaha semaksimal mungkin, diiringi dengan doa dan menyerahkan semuanya kepada Allah Ta’ala.

Maka, ketika resesi menjadi ancaman di tahun-tahun ke depan sebagai orang beriman kita harus yakin dengan segala kuasaNya. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk terus berusaha mencari maisya (kerja atau niaga) selanjutnya adalah tawakal kepada Allah Ta’ala serta mengiringinya dengan doa yang dipanjatkan penuh khauf dan raja hanya kepadaNya.

Semoga Allah Ta’ala sentiasa menjaga umat Islam, bangsa dan negara Indonesia dari segala bentuk kemudharatan khususnya resesi ekonomi yang diprediksi oleh para ahli. Aameen… 19102022.

Selasa, 18 Oktober 2022

Wahai Insan… Jangan Takut Kematian

Oleh: Misno bin Mohd Djahri


Kematian insan adalah akhir dari kehidupan, jika masih ada kehidupan maka kematian itu belum datang padanya. Sebaliknya jika kematian datang maka berakhirlah kehidupan insan, begitulah keduanya menjadi dua takdir serta kuasa Ar-Rahman.

Kematian adalah satu kejadian di mana seorang insan meninggalkan kehidupan di alam dunia, ruh yang ada dalam jasadnya akan diambil untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama di dunia. Sementara jasadnya akan menjadi mayat (bangkai) yang perlahan akan dimakan oleh binatang-binatang melata dan akhirnya menjadi satu dengan tanah. Perpisahan ruh dari jasad menjadi satu kejadian yang sangat dahsyat, begitu dahsyatnya sampai banyak manusia takut dengannya. Bahkan ketakutan itu terus berlanjut setiap melihat orang yang meninggal atau lewat di pemakaman (kuburan).

Kematian memang begitu menakutkan hingga banyak orang yang mencoba lari dan menghindari darinya, bahkan mereka berupaya agar tidak dihampiri oleh kematian hingga melakukan berbagai hal yang dianggap akan menjauhkan dari yang namanya kematian. Padahal Allah Ta’ala berfirman:

قُل لَّن يَنفَعَكُمُ ٱلْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ ٱلْمَوْتِ أَوِ ٱلْقَتْلِ وَإِذًۭا لَّا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًۭا

Katakanlah: "Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja". QS. Al-Ahzab: 16.

Pada ayat lainnya dijelaskan :

أَيْنَمَا تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ ۗ

Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, QS. An-Nisaa: 78.

Dua ayat ini cukup bagi kita untuk meyakini bahwa setiap insan tidak bisa lari dari kematian, ia akan datang tanpa diundang dan menemui setiap insani yang sudah saatnya untuk kembali ke negeri keabadian. Maka sebagai insan kita menyiapkan diri, salah satu dari persiapan tersebut adalah dengan menanamkan keyakinan dalam diri, “Jangan Takut dengan Kematian”.

Ketakutan akan kematian sejatinya adalah insan yang kurang memiliki pemahaman keagamaan, selalu mengikuti hawa nafsunya hingga hatinya terpenjara oleh pesona dunia dengan cinta yang berlebihan dengannya. Bagaimana cara mengatasinya?

Pertama, seorang insan yang takut dengan kematian adalah karena mereka tidak paham tentang hakikat dari kehidupan dalam Islam. Sebagai kuasa dari Allah Ta’ala maka kematian itu pasti akan tiba, sehingga tidak ada satu makhluk pun yang bisa lari darinya. Kurangnya pemahaman terhadap hakikat kematian juga membawa pada rasa takut dan khawatir dengan kedatangannya. Padahal sebagai orang beriman kita harus yakin dan percaya, bahwa kematian akan tiba, kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Siap atau tidak siap maka kematian akan datang tanpa pemberitahuan, karena telah menjadi ketetapan ar-Rahman.

Kedua, selalu mengikuti hawa nafsu. Mereka yang takut dengan kematian adalah yang hawa nafsunya selalu dituruti sehingga khawatir dan ketakutan akan muncul pada mereka. Apa yang dia inginkan diikuti tanpa melihat sesuatu itu adalah haram, hingga muncul dalam pemahaman bahwa kematian akan mengakhiri dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan dalam mengikuti hawa nafsunya. Mereka sangat takut dengan kematian karena menurut mereka menjadi akhir dari sebuah kesenangan dalam memperturutkan hawa nafsunya.

Ketiga, cinta berlebihan dengan dunia. Insan yang takut dengan kematian adalah mereka yang hatinya terpenjara oleh pesona dunia, begitu cintanya kepada dunia hingga seolah-olah kehidupan ini hanyalah di dunia saja. Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia telah menggelapkan mata hatinya hingga tidak ada lagi tempat bagi kehidupan setelah di dunia. Cinta dunia yang berlebihan hingga mempertuhankan dunia dan bersenang-senang tanpa batas dengan dunia hingga melupakan negeri setelahnya.

Maka sebagai orang beriman, kita tidak boleh takut dengan kematian, karena ia adalah takdir dan kuasa dari Allah Ta’ala. Lebih dari itu bahwa kematian adalah awal dari sebuah kehidupan abadi bagi manusia di alam akhirat sana. Kematian adalah pintu gerbang untuk mempertanggungjawabkan semua amalan kita, dan bagi orang beriman maka kematian adalah awal bagi sebuah kebahagiaan karena akan mendapatkan ganjaran (pahala) dari Allah ta’ala yang tiada pernah habisnya. Kematian menjadi pintu gerbang awal menuju alam penuh kebahagiaan karena amal baik yang telah kita lakukan di dunia.

Bagi orang beriman, kematian adalah tahapan awal menuju negeri penuh kebahagiaan karena keimanan yang dimilikinya akan memberikan kebahagiaan yang tidak berkesudahan. Jika di dunia penuh dengan hawa dunia, kedzaliman di mana-mana, susahnya hidup di dunia hingga berbagai persoalan yang dihadapi insan selama di dunia. Maka, di akhirat sudah tidak ada lagi dusta nestapa, tidak ada lagi hawa manusia, yang ada adalah masa untuk mendapatkan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Perbuatan baik yang telah kita lakukan di dunia, sekecil apapun akan mendapatkan balasan, dan kematian adalah awal dari alam akhirat.

Sebagian orang merasa takut dengan kematian karena belum siap dengan perbekalan yang dimilikinya, ia takut akan dosa-dosa yang telah dilakukannya selama di dunia hingga masih memerlukan waktu untuk bertaubat kepadaNya. Apakah alasan ini diterima? Jawabannya tentu saja tidak, karena kematian adalah rahasiaNya, ianya telah ditulis sebelum adanya dunia kira-kira 50 ribu tahun sebelumnya. Hingga kematian semua insan sudah ditetapkan, tinggal kita sebagai insan untuk menyiapkan diri menghadapinya.

Jangan pernah takut dengan kematian, selama kita terus berusaha mendekatkan diri kepadaNya, melaksanakan syariahNya, menjauhi laranganNya dan terus berupaya sekuat jiwa dan raga kita untuk beribadah hanya kepadaNya. Karena Dia Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hambaNya… Wallahu ‘alam. Malam menjelang, 18102022

Senin, 17 Oktober 2022

Cukuplah Kematian sebagai Peringatan

Misno bin Mohd Djahri


Ahad, 16 Oktober 2022 menerima kabar bahwa suami dari salah satu pemilik Sahid Group meninggal dunia, tentu bukan hal biasa karena penulis masih berkhidmah di lembaga ini. Ada banyak hikmah dari peristiwa ini dan mungkin semestinya memang setiap ada yang meninggal dunia kita harus mengambil hikmahnya. Seorang ulama salaf menyatakan:

كَفَى بِالْمَوْتِ وَاعِظًا

Cukuplah kematian sebagai pemberi nasihat. (Shifah ash-Shafwah, al-`Āqibah fī Dzikri’l Maut, dan al-Ihyā’).

Maknanya bahwa kematian yang menimpa orang lain sejatinya menjadi peringatan yang paling berharga bagi orang lainnya. Karena dia dengan mata kepalanya melihat orang lain meninggal dunia, tanpa nyawa hingga dikuburkan dan meninggalkan semua yang ada di dunia. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:

أكثروا ذكر هَاذِمِ اللَّذَّاتِ فإنه ما ذكره أحد فى ضيق من العيش إلا وسعه عليه ولا فى سعة إلا ضيقه عليه

“Perbanyaklah banyak mengingat pemutus kelezatan (yaitu kematian) karena jika seseorang mengingatnya saat kehidupannya sempit, maka ia akan merasa lapang dan jika seseorang mengingatnya saat kehiupannya lapang, maka ia tidak akan tertipu dengan dunia (sehingga lalai akan akhirat).” HR. Ibnu Hibban dan Al Baihaqi.

Merujuk kepada riwayat ini maka mengingat kematian akan menjadikan hidup lebih terarah, memahami hakikatnya dan mengingatkan kembali akan tujuan manusia hidup di dunia ini yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Kematian juga menjadi peringatan bagi manusia yang sedang lalai akan segala kenikmatan dunia, bahwa semuanya adalah fana, tubuh yang muda akan menjadi tua, wajah yang gagah bercahaya akan memudar menjadi buruk rupa. Pun keindahan dunia lainnya perlahan akan musnah bersama dengan berlalunya masa di kehidupan manusia.

Kematian menjadi peringatan dan nasehat serta pengingat bagi mereka yang bertakwa, bahwa amalan yang mereka lakukan tidaklah sia-sia. Semua amal baik manusia akan diberikan balasan pahala dari Allah Ta’ala, dan itu akan dimulai dengan kematian yang menimpa. Sehingga kematian bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa adalah awal perjalanan indah menuju Jannah (surga), bahkan oleh beberapa orang menjadi sesuatu yang dirindukan karena akan berjumpa dengan Rabb-nya. Kematian bagi orang beriman adalah awal muslim panen, di mana ia akan memanen semua amal baiknya di dunia, panen yang tidak ada habisnya yang berujung abadi di surgaNya.

Jika demikian adanya, maka kematian sebagai peringatan sekaligus nasehat berharga bagi orang-orang yang beriman. Sedangkan bagi orang-orang yang durhaka, ia adalah bala bencana dan musibah yang tidak ada habisnya, akhirnya adalah neraka dengan penderitaan yang tiada taranya. Maka hendaklah kita dapat mengambil hikmah dari kematian, karena ia adalah awal dari sebuah janji Ar-Rahman. Walalahu a’lam, 17102022. 

Jumat, 14 Oktober 2022

Penipuan Melalui Transfer Bank Tahun 2022

 Misno bin Mohamad Djahri


Sebagian kita mengenal tokoh Robinhood, yaitu seorang tokoh terkenal yang merampok dan hasilnya diberikan kepada fakir miskin. Sebagian orang menganggapnya sebagai pahlawan karena telah memberikan manfaat kepada mereka yang mendapatkan pertolongan, namun Sebagian lainnya tidak setuju dengan perbuatannya karena satu sisi menolong orang lain, sisi lainnya juga merugikan orang lain. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi nyawa, darah, kehormatan dan harta manusia tentu saja tidak menyetujui perbuatan ini. Hal ini karena perbuatan tersebut adalah diharamkan dalam Islam, walaupun hasilnya untuk orang yang membutuhkan.

Fenomena semacam ini terjadi juga di zaman ini, sebagai bentuk husnudzan (baik sangka) kepada pihak-pihak yang melakukan penipuan mengatasnamakan menolong orang lain yang membutuhkan. Namun jika dia berdusta dengan nama agama dan membantu sesama manusia maka dosanya akan lebih besar dan tentu saja mendapatkan siksaan yang dahsyat di akhirat sana. Inilah beberapa fenomena penipuan yang terjadi di tahun 2022.

Jenis penipuan pertama adalah dengan mengirimkan bukti transfer palsu, ya… bukti transfer itu palsu karena dapat terdeteksi apabila kita lebih cermat melihatnya. Begini kronologinya, ketika saya menyebarkan (share) project donasi untuk Islamic Centre tiba-tiba ada seorang yang mengaku dari “Komunitas Palembang berbagi” mengirimkan bukti transfer dari Bank BRI sebesar Rp, 600.000 dengan kata-kata “Assalamualaikum, ini ada sedikit rezeki buat bantuin donasinya semoga bermanfaat”. Tentu saja saya mengucapkan terimakasih dan doa keberkahan, “Saya dari Komunitas Palembang Berbagi” Pak” begitu pesan WA berikutnya. Hanya berselang satu menit dia kembali mengirim pesan “Pak Maaf, barusan saya buka grup ini salah kirim, cumin 300 mau disumbangkan ke sini. Ternyata ada donasi operasi juga yang mau dibantu bukan Cuma untuk donasi ini saja Pak”. Merasa saya tidak enak dan tidak ada rasa curiga, maka saya meminta nomor rekeningnya, kemudian mentransfer 300 ribu. Dia juga mengirim photo anak yang akan dioperasi forward Open Donasi dari “Relawan Muda Haurgeulis”, yang belum sempat saya download sebelumnya. Ketika masih dalam proses transfer dia mengirim pesan lagi “Mohon dikabari kalau sudah karena mau dikonfirmasi juga ke donasi satunya”. Lalu saya kirimkan bukti transfer dan dia juga mengucapkan “Baik Pak, mohon maaf sebelumnya lagi Pak”. Saya jawab “Iya gak apa-apa tenang aja”, tidak lupa saya mendoakannya “Baarakallahu fi amwaalikum (semoga Allah ta’ala memberkahi harta anda”.

Selang 8 menit dia kembali menghirimkan bukti transfer sebesar Rp 800.000 dari Bank Syariah Indonesia (BSI). Saya bertanya “Apakah ini donasi lain lagi?” dia menjawab “Iya Pak ini yang lain lagi”. Hanya berselang satu menit, tiba-tiba dia mengirim pesan kembali “”Makanya ini konfirmasi dibagi Pak soalnya keluarga tidak tahu ini kalau 2 donasi yang mau dibantu”. Timbul kecurigaan dalam diri saya, maka saya check rekening saya lewat mobile banking ternyata memamg belum ada dana yang masuk baik yang awal ataupun yang kedua. Orang itu sempat sedikit memaksa untuk mengirimkan kembali dengan jumlah separuh dari nilai transfer yaitu 400 ribu, tapi saya sampaikan bahwa uangnya belum masuk di rekening saya. Dia mencoba memaksa lagi, tapi saya bilang kalau sudah masuk ke rekening saya, maka akan langsung saya kembalikan. Dia sempat beralasan dengan sistem di bank dan sinyal, tapi saya bantah bahwa sinyal di saya bagus dan mobile banking juga lancar. Buktinya transfer saya 300 ribu ke dia tercatat jelas, maka kecurigaan itu semakin kuat. Karena tidak ada bukti untuk menuduhnya menipu maka saya hanya doakan semoga mendapatkan keberkahan dalam mengurus donasi untuk umat.

Dia masih tidak mau mengaku dan meminta saya untuk segera mentransfer, bahkan sempat bilang transfer 300 ribu aja pak katanya untuk operasi anak saudara jam 9 ini yang tersisa 1,5 jam lagi. Kecurigaan itu semakin kuat ketika saya kembali mengecek rekening di mobile banking tidak ada dana masuk. Akhirnya pukul 08.00 pagi saya sadar, ternyata ini adalah salah satu bentuk penipuan karena sampai saat ini dana itu tidak masuk di rekening saya, saya juga bilang bahwa uang yang 300 ribu itu saya ikhlaskan kalau untuk membantu orang lain, tidak lupa saya doakan “Semoga Allah dimudahkan Allah ta’ala, baarakallahu fiika”. Akhir dari pesan WA nya adalah “Ya, mohon kirimkan”  mengakhiri komunikasi kami dan saya yakin ini adalah salah satu bentuk penipuan.

Maka kepada seluruh pengurus Yayasan yang membuka donasi hendaknya berhati-hati dengan berbagai bentuk penipuan yang mengatasnamakan donasi juga. Pastikan sebelum mengembalikan cek terlebih dahulu rekening kita apakah ada dana masuk atau tidak. Karena bukti transfer itu dipastikan adalah palsu dengan editan yang kelihatan dari jenis font dan nomor transaksi. Demikian juga kata-kata yang memelas dengan alasan membantu operasi anak yang sakit juga sekadar alasan untuk kita kasihan padahal itu adalah kebohongan yang jelas perbuatan dosa.

Maka, untuk menolong orang lain dalam Islam bukan dengan menipu orang lainnya atau membuat kerugian kepada pihak lainnya, Semoga Allah Ta’ala terhindar dari segala bentuk penipuan makar dan kejahatan manusia lainnya. Wallahu a’alam, Pagi Jumat, 14 Oktober 2022.

Kamis, 13 Oktober 2022

Al-Qur’an, Manusia dan Makanannya

Oleh: Misno bin Mohamad Djahri


Al-Qur’an adalah kalamullah, wahyu Allah ta’ala sebagai pedoman hidup bagi manusia. Bukan hanya terkait dengan aqidah dan kepercayaan, tetap juga dalam seluruh aspek kehidupan termasuk masalah makanan dan kesehatan.

Sebagai makhluk yang memiliki dimensi fisik, maka manusia terikat dengan jasadnya yang terdiri dari benda materi sehingga akan terikat dengan waktu, tempat dan sifat kebendaan lainnya. Tubuh manusia memerlukan asupan makanan dan minuman agar dapat terus berada pada kesehatan yang optimal. Sayangnya tidak semua manusia memperhatikan tentang makanan dan minuman yang dikonsumsinya, padahal Allah ta’ala telah berfirman:

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَىٰ طَعَامِهِ

Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. QS. ‘Abasa (80): 24.

Allah Ta’ala dalam ayat ini secara jelas memerintahkan kepada manusia agar memperhatikan makanan dan minumannya. Untuk apa? Tentu saja kembali kepada tujuan utama makan dan minum adalah agar metabolisme tubuh dapat berjalan dengan baik sehingga akan mampu untuk digunakan dalam beribadah kepadaNya. Hal ini telah menjadi sunnatullah sehingga bila tidak diindahkan akan memunculkan berbagai persoalan, utamanya gangguan kesehatan.

Penelitian yang dilakukan terhadap berbagai penyakit yang ada adalah karena sebab makanan, dari penyakit yang ringan semisal mual-mual hingga yang paling berat semisal jantung dan strook sebab utamanya adalah makanan yang dikonsumsinya. Maka sampai kapan manusia selalu memenuhi hawanya untuk mengonsumsi berbagai makanan yang sejatinya dapat mengancam kesehatannya?

Kasih sayang Allah ta’ala telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia, di dalamnya terkandung aturan (syariah) bagaimana manusia harus menjalani kehidupan tidak hanya di dunia tetapi juga di akhirat sana. Bukan hanya satu ayat yang membahas mengenai masalah makanan di dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat lain serta hadits-hadits Nabawi yang memberikan pedoman kepada kita untuk selalu memperhatikan makanan dan minuman yang kita konsumsi. Mulai dari yang jelas-jelas diharamkan seperti daging babi, darah, bangkai dan minuman keras (khamr), hingga makanan yang tidak thayyib dan harus dihindari. FirmanNya:

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ * إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَلَا عَادٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya. (114) Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah, tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya) bukan karena menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. An-Nahl: 114-115.

Kedua ayat ini menjadi pedoman bagi manusia dalam mengonsumsi makanan dan minuman, diawali dengan perintah konsumsi makanan yang halal dan thayyib (baik) sebagai bentuk peribadahan kepadaNya. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa makanan dan minuman yang diharamkan dalam Islam.

Ketika manusia tidak memperhatikan kalamNya serta tuntunan yang sudah ada di dalam Al-Qur’an maka manusia akan berada dalam kesesatan, kesusahan dan ujungnya adalah Kesehatan yang terganggu karena tidak mengikuti petunjuk Allah ta’ala di dalam Al-Qur’an khususnya terkait dengan makanan. Jika saat ini banyak sekali penyakit yang diderita oleh manusia, maka sudah saatnya kita kembali kepada tuntunan Al-Quran, tuntunan Islam sebagai solusi terbaik dalam setiap sendi kehidupan termasuk dalam makanan dan minuman. Wallahua’lam, 13102022.

Selasa, 04 Oktober 2022

Pada akhirnya semua akan dibangkitkan sesuai dengan niat dan amalannya…

Oleh: Misno bin Mohd Djahri

 


Berbagai tragedi yang melanda negeri ini menyisakan duka yang sangat mendalam, meninggalnya penonton sepakbola di Stadion Sepakbola Kanjuruhan Malang, Jawa Timur pada Sabtu 01 Oktober 2022. Tercatat lebih dari 302 orang luka-luka, 125 meninggal dunia serta 21 orang luka berat dengan kerusakan materi jutaan rupiah. Meninggalnya 125 orang dalam tragedi ini bukanlah sesuatu yang biasa, bahkan kejadian ini menjadi berita di berbagai dunia khususnya di dunia sepakbola.

Ada banyak isu yang beredar di masyarakat, dari mulai kesalahan supporter Arema, hingga sikap arogan polisi yang berlebihan dalam mengatasi kerusuhan. Terlepas dari semua itu meninggalnya para penontong adalah satu hal yang menarik untuk dibahas, apalagi di tengah tragedi dalam sebuah pertandingan sepakbola. Bagaimana Islam memandangnya?  

Sebagai seorang muslim kita meyakini, bahwa setiap makhluk yang bernyawa akan merasakan kematian. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. Ali Imran ayat 185:  

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya."

Merujuk pada ayat ini maka setiap makluk yang bernyawa akan merasakan kematian, dan ia tidak tahu di mana akan meninggal. Sebagaimana firmanNya:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dialah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. QS. Lukman: 34.

Manusia tgidak mengetahui di mana dia akan meninggal dunia, seseorang yang sakit parah dan dokter sudah menyerah, nyatanya tidak meninggal di tempat tidurnya. Sebaliknya seorang yang berperang di jalan Allah Ta’ala berkali-kali faktanya tidak meninggal di medan perang, tetapi justru di atas tempat tidurnya. Berapa banyak orang yang telah menyiapkan kuburannya namun tidak meninggal di tempat yang direncanakan.

Termasuk salah satu dari rahasia Allah Ta’ala adalah manusia tidak mengetahui bagaimana ia akan meninggal dunia, apakah meninggal dunia karena sakit yang dideritanya atau karena tidak ada sebab yang dilihat oleh mata manusia. Termasuk mereka yang meninggal dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan, tidak akan pernah berfikir bahwa nyawanya berakhir di tempat tersebut. Sebagian kita juga akan bertanya, bagaimana mereka akan dibangkitkan nanti, ada sebagian mereka yang meninggal karena dipukul orang lain, ada yang mungkin belum melaksanakan shalat, hingga ada yang meninggal dalam keadaan terinjak-injak dan tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.

Maka, sebuah Riwayat dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam:

« يَغْزُو جَيْشٌ الْكَعْبَةَ ، فَإِذَا كَانُوا بِبَيْدَاءَ مِنَ الأَرْضِ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ » . قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ، وَفِيهِمْ أَسْوَاقُهُمْ وَمَنْ لَيْسَ مِنْهُمْ . قَالَ « يُخْسَفُ بِأَوَّلِهِمْ وَآخِرِهِمْ ، ثُمَّ يُبْعَثُونَ عَلَى نِيَّاتِهِمْ »

“Akan ada satu kelompok pasukan yang hendak menyerang Ka’bah, kemudian setelah mereka berada di suatu tanah lapang, mereka semuanya dibenamkan ke dalam perut bumi dari orang yang pertama hingga orang yang terakhir.” ‘Aisyah berkata, saya pun bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah semuanya dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, sedangkan di tengah-tengah mereka terdapat para pedagang serta orang-orang yang bukan termasuk golongan mereka (yakni tidak berniat ikut menyerang Ka’bah)?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka semuanya akan dibenamkan dari yang pertama sampai yang terakhir, kemudian nantinya mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka. HR. Bukhari dan Muslim.

Ketika Rasulullah –shallallahu`alaihi wa sallam- menyampaikan hal ini, terlintaslah pada pemahaman `Aisyah –radhiyallahu`anha- tentang bagimana mungkin mereka semuanya yang dibinasakan, yakni orang yang berada dibarisan terdepan sampai yang paling belakang, padahal di tengah-tengah mereka terdapat pasar-pasar mereka, dan orang-orang yang bukan dari golongan mereka? Dan Nabi menyuguhkan jawabannya: “Mereka di binasakan semua, yang berada di baris terdepan sampai yang paling belakang, kemudian nanti mereka akan dibangkitkan sesuai dengan niat masing-masing dari mereka”. Hal sebagaimana hadits yang mulia:

إنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى

Sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan seperti apa yang ia niatkan. HR. Bukhari dan Muslim.

Maka mereka yang meninggal dunia di Stadion Kanjuruhan akan dibangkitkan sesuai dengan niat mereka masing-masing serta amal ibadah yang mereka lakukan selama hidupnya. Karena hukum dari menonton boleh asalnya adalah mubah, maka ketika tiba-tiba mereka meninggal dunia maka akan dikembalikan kepada orangnya masing-masing. Mungkin ada yang bertransaksi judi dalam pertandingan tersebut, atau mengonsumsi yang haram dan melalaikan shalat. Jangan-jangan ada yang meninggalkan shalat hanya karena menonton sepakbola yang sekali lagi hukum asalnya mubah ini.

Kita hanya bisa berdoa, semoga mereka yang meninggal dalam tragedi ini khususnya yang muslim diterima iman dan Islamnya. Tentu saja ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa kematian itu akan datang kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan bagaimanapun juga. Sehingga kita yang saat ini masih hidup hendaknya terus berada dalam ketaatan, jangan sampai meninggal dalam keadaan berbuat maksiat, melakukan hal-hal yang makrun, melalaikan kewajiban atau ketika sedang melakukan kegiatan yang hukum asalnya mubah namun diimbuhi dengan hal-hal yang dilarang syariah.

Semoga Allah ta’ala mengampuni dosa-dosa dan kesalahan mereka yang menjadi korban dalam tragedi ini, serta bagi kita yang masih hidup selalu diberikan hidayah dan inyahNya sehingga akan dapat mengakhiri kehidupan ini dalam keadaan khusnul khatimah. Aameen Ya Rabbal ‘alameen. Selasa, 04102022.