Oleh: Abd Misno
Manusia
diciptakan oleh Allah Ta’ala dengan segala keterbatasan, salah satunya tidak bisa
melihat apa yang ada di dalam hati manusia lainnya. Sehingga seseorang melihat
orang lain hanya dari dhahir (apa yang ada di luarnya), dia tidak tahu
apa yang ada di dalamnya (hati, perasaan, takdir dan yang lainnya). Seseorang nampak
sehat, kuat dan bertenaga namun sejatinya penuh dengan penyakit dalam yang
tidak diketahui oleh orang yang memandangnya. Orang lainnya nampak gagah
perkasa, padahal nasibnya tidak seindah tampilannya. Demikian pula seseorang
yang nampak sholeh dan bertakwa pada dhahirnya, padahal ia adalah pelaku maksiat
yang hanya dirinya dan Allah Ta’ala yang mengetahuinya.
Kita tidak hebat,
bahkan penuh dosa dan maksiat. Tapi Allah Ta’ala Maha Hebat yang menutup semua aib
kita dari pandangan mata manusia.
Malu lah kita…
ketika orang lain mengira bahwa kita adalah hamba yang bertakwa, padahal begitu
banyak dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
Malu lah kita, ketika
orang lain mengira kitab isa menjadi panutan padahal sejatinya kita adalah
pecundang di hadapan Ar-Rahman.
Malu lah kita,
ketika orang lain mengira bahwa kita tanpa cela, padahal sebanyak debu di
angkasa dosa dan kesalahan yang telah dilakukan.
Tapi, Allah Ta’ala
sayang dengan kita hingga menutup semuanya dari pandangan manusia. Bahkan orang-orang
terdekat kita pun tidak mengetahuinya. Sehingga, bersyukur pada yang kuasa
adalah amalan utama bagi kita. Syukur atas segala aib yang disembunyikan dari
pandangan insan, syukur atas kesempatan yang masih diberikan dan syukur atas
segala karunia yang kita dapatkan.
Setelah bersyukur
selanjutnya adalah terus berusaha untuk memperbaiki diri, mujahadah tiada
henti karena akhir dari kehidupan ini adalah khusnul khatimah yang
dinanti. Selalu mengingat dengan berbagai dosa dan kesalahan yang telah dilakukan,
hingga rasa angkuh dan kesombongan tidak ada dalam kehidupan dan selalu berbaik
sangka dengan sesama insan. Husnudzan bahwa kita tidak lebih baik dari
mereka, bahkan orang lain lebih baik dari kita hingga ujungnya adalah selalu
mawas diri, muhasabah an-nafsi serta sibuk dengan aib diri.
Malu lah kita,
bila masih ada rasa sombong di jiwa, padahal begitu banyak aib dan kesalahan
kita yang dijaga oleh Allah Ta’ala.
Malu lah kita, bila
masih menganggap diri lebih baik dari manusia lainnya, padahal tidak ada
manusia yang sempurna bahkan diri kita jauh darinya.
Malu lah kita,
jika masih menganggap orang lain lebih rendah dari kita hingga menyepelekan dan
memandang sebelah mata, padahal justru bisa jadi kita yang lebih rendah dari
manusia lainnya.
Semoga Allah Ta’ala
sentiasa menjaga diri kita, selalu menutup aib-aib kita, memberikan hidayah
serta inayahNya kepada kita hingga kita mampu untuk terus memperbaiki diri kita
hingga ajal menjemput nyawa. Aameen Ya Rabbal aalameen…. 21102022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...