Oleh: Misno bin Mohd Djahri
Kematian insan adalah akhir dari
kehidupan, jika masih ada kehidupan maka kematian itu belum datang padanya. Sebaliknya
jika kematian datang maka berakhirlah kehidupan insan, begitulah keduanya
menjadi dua takdir serta kuasa Ar-Rahman.
Kematian adalah satu kejadian di
mana seorang insan meninggalkan kehidupan di alam dunia, ruh yang ada dalam jasadnya
akan diambil untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatannya selama di dunia. Sementara
jasadnya akan menjadi mayat (bangkai) yang perlahan akan dimakan oleh
binatang-binatang melata dan akhirnya menjadi satu dengan tanah. Perpisahan ruh
dari jasad menjadi satu kejadian yang sangat dahsyat, begitu dahsyatnya sampai
banyak manusia takut dengannya. Bahkan ketakutan itu terus berlanjut setiap
melihat orang yang meninggal atau lewat di pemakaman (kuburan).
Kematian memang begitu menakutkan
hingga banyak orang yang mencoba lari dan menghindari darinya, bahkan mereka
berupaya agar tidak dihampiri oleh kematian hingga melakukan berbagai hal yang
dianggap akan menjauhkan dari yang namanya kematian. Padahal Allah Ta’ala
berfirman:
قُل
لَّن يَنفَعَكُمُ ٱلْفِرَارُ إِن فَرَرْتُم مِّنَ ٱلْمَوْتِ أَوِ ٱلْقَتْلِ وَإِذًۭا
لَّا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًۭا
Katakanlah: "Lari itu
sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian
atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan
mengecap kesenangan kecuali sebentar saja". QS. Al-Ahzab: 16.
Pada ayat lainnya dijelaskan :
أَيْنَمَا
تَكُونُوا۟ يُدْرِككُّمُ ٱلْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِى بُرُوجٍۢ مُّشَيَّدَةٍۢ ۗ
Di mana saja kamu berada, kematian
akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi
kokoh, QS. An-Nisaa: 78.
Dua ayat ini cukup bagi kita untuk
meyakini bahwa setiap insan tidak bisa lari dari kematian, ia akan datang tanpa
diundang dan menemui setiap insani yang sudah saatnya untuk kembali ke negeri
keabadian. Maka sebagai insan kita menyiapkan diri, salah satu dari persiapan
tersebut adalah dengan menanamkan keyakinan dalam diri, “Jangan Takut dengan
Kematian”.
Ketakutan akan kematian sejatinya
adalah insan yang kurang memiliki pemahaman keagamaan, selalu mengikuti hawa
nafsunya hingga hatinya terpenjara oleh pesona dunia dengan cinta yang berlebihan
dengannya. Bagaimana cara mengatasinya?
Pertama, seorang insan yang takut
dengan kematian adalah karena mereka tidak paham tentang hakikat dari kehidupan
dalam Islam. Sebagai kuasa dari Allah Ta’ala maka kematian itu pasti akan tiba,
sehingga tidak ada satu makhluk pun yang bisa lari darinya. Kurangnya pemahaman
terhadap hakikat kematian juga membawa pada rasa takut dan khawatir dengan
kedatangannya. Padahal sebagai orang beriman kita harus yakin dan percaya, bahwa
kematian akan tiba, kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan bagaimanapun
juga. Siap atau tidak siap maka kematian akan datang tanpa pemberitahuan, karena
telah menjadi ketetapan ar-Rahman.
Kedua, selalu mengikuti hawa nafsu.
Mereka yang takut dengan kematian adalah yang hawa nafsunya selalu dituruti
sehingga khawatir dan ketakutan akan muncul pada mereka. Apa yang dia inginkan
diikuti tanpa melihat sesuatu itu adalah haram, hingga muncul dalam pemahaman
bahwa kematian akan mengakhiri dari kesenangan, kenikmatan dan kebahagiaan
dalam mengikuti hawa nafsunya. Mereka sangat takut dengan kematian karena menurut
mereka menjadi akhir dari sebuah kesenangan dalam memperturutkan hawa nafsunya.
Ketiga, cinta berlebihan dengan
dunia. Insan yang takut dengan kematian adalah mereka yang hatinya terpenjara
oleh pesona dunia, begitu cintanya kepada dunia hingga seolah-olah kehidupan
ini hanyalah di dunia saja. Kecintaan yang berlebihan terhadap dunia telah
menggelapkan mata hatinya hingga tidak ada lagi tempat bagi kehidupan setelah
di dunia. Cinta dunia yang berlebihan hingga mempertuhankan dunia dan
bersenang-senang tanpa batas dengan dunia hingga melupakan negeri setelahnya.
Maka sebagai orang beriman, kita
tidak boleh takut dengan kematian, karena ia adalah takdir dan kuasa dari Allah
Ta’ala. Lebih dari itu bahwa kematian adalah awal dari sebuah kehidupan abadi
bagi manusia di alam akhirat sana. Kematian adalah pintu gerbang untuk
mempertanggungjawabkan semua amalan kita, dan bagi orang beriman maka kematian
adalah awal bagi sebuah kebahagiaan karena akan mendapatkan ganjaran (pahala)
dari Allah ta’ala yang tiada pernah habisnya. Kematian menjadi pintu gerbang
awal menuju alam penuh kebahagiaan karena amal baik yang telah kita lakukan di
dunia.
Bagi orang beriman, kematian adalah
tahapan awal menuju negeri penuh kebahagiaan karena keimanan yang dimilikinya
akan memberikan kebahagiaan yang tidak berkesudahan. Jika di dunia penuh dengan
hawa dunia, kedzaliman di mana-mana, susahnya hidup di dunia hingga berbagai
persoalan yang dihadapi insan selama di dunia. Maka, di akhirat sudah tidak ada
lagi dusta nestapa, tidak ada lagi hawa manusia, yang ada adalah masa untuk
mendapatkan pahala yang telah dijanjikan oleh Allah Ta’ala. Perbuatan baik yang
telah kita lakukan di dunia, sekecil apapun akan mendapatkan balasan, dan
kematian adalah awal dari alam akhirat.
Sebagian orang merasa takut dengan kematian
karena belum siap dengan perbekalan yang dimilikinya, ia takut akan dosa-dosa
yang telah dilakukannya selama di dunia hingga masih memerlukan waktu untuk
bertaubat kepadaNya. Apakah alasan ini diterima? Jawabannya tentu saja tidak, karena
kematian adalah rahasiaNya, ianya telah ditulis sebelum adanya dunia kira-kira
50 ribu tahun sebelumnya. Hingga kematian semua insan sudah ditetapkan, tinggal
kita sebagai insan untuk menyiapkan diri menghadapinya.
Jangan pernah takut dengan kematian, selama kita terus berusaha mendekatkan diri kepadaNya, melaksanakan syariahNya, menjauhi laranganNya dan terus berupaya sekuat jiwa dan raga kita untuk beribadah hanya kepadaNya. Karena Dia Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-hambaNya… Wallahu ‘alam. Malam menjelang, 18102022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...