Rabu, 26 Mei 2021

Kematian yang Menakutkan: Dari Reduksi Keimanan hingga Berita Menyesatkan

 Oleh: Abd Misno Mohd Djahri

 


Kematian, satu kata yang menakutkan bagi sebagian insan, namun menjadi harapan bagi insan yang mengharap ridha Ar-Rahman. Kematian yang menakutkan adalah ketika ia datang tanpa diundang kepada insan yang penuh dengan kealphaan. Namun, ia menjadi jalan pulang yang penuh keindahan bagi insan yang selalu berjuang di jalan keridhaan menuju alam keaabadian.

Sejatinya, sejak dahulu kala kematian selalu menjadi hal yang sangat menakutkan, karena ia adalah akhir dari sebuah kehidupan. Para raja dan pecinta dunia akan berusaha agar kematian itu tidak segera datang, mereka menumpuk harta dan memuaskan hawanya agar dunia selalu ada di genggaman. Bahkan ketika kematian akan segera datang mereka berpesan kepada anak keturunan agar hartanya dibawa ke kuburan, dengan alasan bisa menjadi bekalan ke alam keabadian. Tentu saja itu adalah harapan tanpa kenyataan, karena pada hakikatnya kekayaan tidaklah bermanfaat setelah kematian, kecualian yanng diinfakkan.

Kematian menjadi hal yang menakutkan karena ia pemutus segala kelezatan, mereka yang cinta dunia dan mengikuti hawa ingin agar bisa hidup sepuluh ribu bulan. Hingga semua hal akan dilakukan agar kematian tak segera datang di hadapan. Tentu saja itu adalah harapan yang hanya khayalan, karena setiap insan pasti akan merasakan kematian.

Berbeda dengan orang-orang yang beriman, karena mereka yakin kematian itu akan datang bahkan tanpa perizinan maka ia telah menyiapkan sedari awal. Ia akan berusaha menyiapkan kematian itu, seluruh hidup digunakan untuk menyongsong kematian itu. Mereka yang berjuang di jalan Ar-Rahmaan selalu menginginkan agar kematian itu datang di saat jiwa dan raga mereka berkelindan di bawah kilatan pedang. Kematian itulah yang sebenarnya mereka cari, karena kenikmatan sejati akan diraih pada masa-masa seperti ini. Maka kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi orang beriman, ketika memang itu telah menjadi keputusan dari Dzat Pemilik Insan.   

Ketika wabah Covid-19 dan virus lainnya menyerang umat manusia di semesta, kematian itu begitu dekat adanya. Sebagian begitu ketakutan dengan kematian, hingga kemudian melakukan berbagai kegiatan yang mengarah pada kehilangan kehidupan.

Sebuah peristiwa langka dan menakjubkan terjadi pada dua orang yang berbeda haluan, Pertama, seseornag yang tidak mau divaksin karena takut dan khawatir bahwa vaksin tersebut membawa racun dan memudharatkan badan hingga membawa kepada kematian. Kedua, seseorang yang berjuang agar mendapatkan vaksin, karena berkeyakinan ia akan kebal dengan virus yang menyerang dengan adanya vaksin di badan sehingga ia tidak akan kemudaharat yang mengarah kepada kematian. Kedua orang ini memiliki alasan yang sama, yaitu takut akan kematian. Segala cara mereka lakukan sesuai dengan keyakinan agar terhindar dari yang namanya kematian.

Berbagai khabar tentang ancaman kematian masal juga menyeruak di media sosial, ada yang menyatakan bahwa vaksin yang disuntikan mengandung berbagai dzat yang memudharatkan hingga akan berujung kepada kematian dalam beberapa bulan ke depan. Tentu saja ini adalah berita besar yang sangat menakutkan insan, karena terkait dengan eksistensi dan konsiprasi global. Bagaimana sikap kita sebagai orang beriman?

Jawabannya adalah terus mendalami agama Islam, meyakini bahwa kematian itu adalah sebuah kepastian yang menjadi kuasa Ar-Rahmaan. Jika sudah masanya, maka kematian itu akan tiba pada diri kita. Kewajiban kita yang pertama adalah yakin dengan ajaran Islam dan terus berusaha menjalankan syariat Islam. Kewajiban selanjutnya adalah hendaknya umat Islam terus mengembangkan ilmu pengetahuan, agar tidak lagi termakan isu dan berita hoax yang menyesatkan. Jika berita itu benar, maka kuasai ilmu pengetahuan, pelajari dan buktikan bahwa yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Jangan hanya karena cinta dunia dan mengikuti hawa kemudian kita menjual agama untuk kepentingan dunia yang sementara.

Teruslah kuatkan keyakinan, hiasi diri dengan amal kebajikan untuk menuju kematian. Karena, pada hakikatnya semua kita akan meninggalkan dunia fana, dan kewajiban kita adalah menyiapkannya. Tunduk patuh dengan semua syariahNya, itulah sejatinya perbekalan yang utama. Pagi Dhuha, 26052021.

 

Jumat, 21 Mei 2021

Bisnis Haram: Menjual dengan Menipu Pembeli

 Oleh: Abd Misno Mohd Djahri

Islam adalah agama yang membawa kepada kemashlahatan di dunia dan akhirat, ia memberikan pedoman manusia dalam berkeyakinan, beribadah dan bermuamalah. Islam memberikan pedoman bagaimana bermuamalah, seperti melakukan jual beli dan aktifitas bisnis lainnya. Semua yang membawa kepada kemudharatan baik bagi penjual, pembeli ataupun pihak lain tidak diperbolehkan dalam Islam. Termasuk menjual dengan menipu pembeli yang akhirnya pembeli merasa dibohongi atau ditipu.  Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ وَلا تَقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ إِنَّ اللَّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. QS. AN-Nisaa: 29.

Ayat ini secara jelas melarang orang-orang yang beriman untuk memakan hartanya sendiri dan juga harta orang lain dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang saling ridha. Maka segala bentuk akad batil semisal menipu penjual adalah haram hukumnya dalam Islam.

Tentu saja sesuatu yang diharamkan dalam Islam memang memiliki dampak negatif bagi manusia. Jual beli yang mengandung unsur penipuan akan menjadikan pembeli kesal, marah dan tidak ridha dengan jual beli tersebut. Itulah kenapa Islam melarangnya, bukan hanya karena adanya larangan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah akan tetapi segala hal yang memudharatkan bagi manusia menjadi haram.

Kasus jual beli yang mengandung unsur penipuan adalah yang terjadi pada saya sendiri hari ini. Beberapa waktu lalu saya memesan sebuah Mini Laptop di toko online yang beriklan di Facebook. Sebenarnya sejak awal saya agak ragu, mengingat mini laptop dengan tekhnologi luar biasa dijual dengan harga hanya 1,4 Jt-an. Kecurigaan itu juga muncul dari iklan dengan bahasa Indonesia yang kaku karena terjemahan dari google translate atau terjemahan yang asal-asalan.

Tanpa berfikir panjang kemudian saya mengisi form dan memesan barang tersebut. Kekhawatiran mulai muncul ketika melihat harga asli mini laptop di beberapa market place resmi yang harganya mencapai 20-25 Jt. Sebenarnya wajar dengan tekhnologi yang dimiliknya, harga mini laptop tersebut dibanderol di atas 20 Jt.

Kekhawatiran mulai muncul setelah mencari-cari kembali alamat toko di FB ternyata sudah tidak ada, barang serupa dijual tapi dengan nama toko yang berbeda. Hingga khawatir jangan-jangan ketika barnag datang saya harus bayar di atas 10 Jt.

Saya terus menunggu paket itu, tiga hari, sepekan hingga dua pekan paket itu ternyata belum datang juga. Rasa kekhawatiran semakin menjadi, dan sedikit berharap agar tidak datang saja karena indikasi penipuan sudah mulai kelihatan. Sempat diskusi dengan anak dan menitipkan uang sebesar 1,4 Jt untuk membayar jika nanti paket datang. Ada pikrian juga jangan-jangan yang datang cuma mainan anak atau malah game console biasa.

Namun hingga lebaran berakhir paket itu belum ada kabar juga. Saya masih berusaha mencari berita di FB mengenai keberadaan toko tersebut dan mini laptop yang dijualnya. Hasilnya tetap nihil dan akhirnya saya pasrah, karena walaupun barang yang dijual sama namun tokonya sudah berganti nama.

Jumat, 21 Mei 2021 lebih kurang pukul 20.15 akhirnya paket itu datang, awalnya saya pikir pesanan saya yang lain seharga 80 ribu, tapi ternyata mini laptop yang saya pesan. Total saya bayar Rp. 1.490.000 dan saya lebihkan 10 ribu untuk kurir. Karena ragu saya langsung buka paket itu, betul juga membuka plastik yang agak sulit dibuka akhirnya saya robek, dan nampak isinya adalah satu set obeng, palu, meteran, selotip hitam dan tang. Saya sempat komplain ke kurir tapi dia bilang hanya mengirimkan saja, karen atidak enak akhirnya saya biarkan.

Saya segera membayar kepada kurir dengan hati penuh tanda tanya dan pasrah, setelah kurir pergi saya buka lebih jelas isi paket tersebut, ternyata betul. Walaupun di luar ditulis paket ini berisi mini laptop namun dalamnya adalah satu set peralatan tukang, yaitu: satu set obeng, palu, meteran, selotip hitam dan tang. Padahal uang yang digunakan untuk membayar adalah uang istri yang saya pinjam dulu, kesaaaaal tentu saja. Marah juga, tapi ke siapa?

Saya cari lagi alamat dan kontak toko tidak ada. Saya cari dengan barang yang sama yaitu mini laptop pun tidak ditemukan. Hanya beberapa toko online yang menjual barang serupa, saya laporkan saja ke pihak FB, walaupun saya tahu hasilnya tidak akan berpengaruh kepada jual beli ini.

Saya juga mengirim email ke pihak JNE sebagai kurir, karena uang saya dititipkan ke kurir JNE tersebut. Saya bertanya karena pengiriman menggunakan JNE Ekspres dengan tulisan SHENZHEN BAOAN SHAJING, JAKARTA. Namun jawaban dari JNE katanya hanya bertuga mengirim paket saja. Istri tentu saja ikut uring-uringan karena bisa-bisanya tertipu, padahal sudah biasa bertransaksi di internet.

Innalillah wa inna ilaihi raji’un, Allahumma ajjirni fii musibaty wakhlifli khairu minah.  Itulah kata-kata yang bisa kami ucapkan, saya dan istri hanya bisa pasrahkan semuanya kepada Allah Ta’ala. Memang penipuan di dunia maya terlalu banyak, dan sekarang saya pun terkena jual beli dengan penipuan ini. tidak banyak yang bisa dilakukan selain pasrah kepadaNya, ini merupakan takdirnya dan tentu saja menjadi pengalaman berharga untuk saya dan keluarga.

Salah satu dari hikmah yang bisa dipetik adalah bahwa Islam memang agama yang sangat sempurna, sehingga selalu memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berlaku jujur termasuk dalam jual beli. Jangan sampai pembeli kita kecewa dengan jual beli yang kita lakukan, karena hal itu akan mendatangkan penghasilan yang haram dalam Islam. Etika berbisnis dalam Islam yang berpadu dengan aturan halal-haram (fiqh muamalah) menjadikan bisnis dalam Islam membawa umatnya dan seluruh umat manusia kepada kemashlahatan.

Hanya mereka orang-orang yang mencari keuntungan dunia semata dengan menghalalkan segala cara yang berani melakukan penipuan kepada para pembelinya, tentu saja harta yang didapatkannya adalah haram. Bukan hanya penjualnya, tetapi mereka yang bekerjasama dan membantu penipuan tersebut maka haram juga pendapatannya. Penghasilan yang haram akan menyeret pelakunya kepada kesengsaraan di dunia dan siksa di akhirat sana.

Maka wahai umat Islam, berlaku jujurlah dalam berjual beli karena itulah tuntunan dalam Islam yang membawa kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Semoga anda semua yang terlibat mendapatkan hidayah...

Kepada para pelaku penipuan dalam jual beli serta yang bekerjasama dengan mereka, ingatlah jika engkau orang Islam maka penghasilan tersebut adalah haram. Jika engkau adalah selain orang Islam maka bisnis dengan menipu pembeli akan membuatmu sengsara dan perdagangan yang dilakukan tidak akan berlangsung lama. Bahkan agama dan kepercayaanmu pun saya yakin tidak membolehkan menipu para pembelimu.

Bersyukurlah kita sebagai orang Islam yang memiliki aturan dalam kehidupan, memiliki pedoman dalam bertindak termasuk dalam berbisnis sehingga tidak ada penipuan dalam usaha kita. Wallahu a’lam, Jumat Malam, 21052021.

Hati-hati Ketika Bersendiri...

Oleh: Abd Misno Mohd Djahri

 

Manusia adalah makhluk sosial, ia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.  Sehingga setiap orang akan berusaha untuk dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Inilah kemudian yang memunculkan berbagai komunitas yang berlatarbelakang berbeda-beda, sebagai hasil dari interkasi di antara mereka. Dalam skala yang lebih besar memunculkan masyarakat yang merupakan kumpulan dari berbagai individu dan komunitas yang membentuk sekumpulan orang dengan karakter yang beragam.

Namun, terkadang manusia juga perlu menyendiri sekadar untuk tidak diganggu oleh orang lain atau ingin instrospeksi diri. Menyendiri memiliki manfaat yang banyak sekali, belajar untuk memahami diri sendiri, atau karena adanya urusan yang memang harus diselesaikan sendiri tanpa adanya campur tangan orang lain. Beberapa orang ada juga yang tidak suka berinteraksi dengan orang lain, hingga ia kemudian lebih suka menyendiri.

Ketika sendiri, bisa jadi kita akan semakin dekat dengan Ilahi di mana kita dapat berfikir dan muhasabah diri tentang berbagai persoalan hidup dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Perintah untuk bediri shalat malam di keheningan adalah bukti kita sekali-kali diperintahkan untuk menyendiri hanya bersama Ilahi Rabbi. Inilah kemudian yang termaktub dalam kalamNya:

وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. QS. Al-Isra: 79.

Ayat ini menjelaskan tentang keutamaan dari seseorang yang menyendiri di waktu malam dengan mengerjakan shalat tahajud yang memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah riwayat dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 فَضْلُ صَلاَةِ اللَّـيْلِ عَلَى صَلاَةِ النَّهَارِ، كَفَضْلِ صَدَقَةِ السِّرِّ عَلَى صَدَقَةِ الْعَلاَنِيَةِ.

Keutamaan shalat malam atas shalat siang, seperti keutamaan bersedekah secara sembunyi atas bersedekah secara terang-terangan. HR. Ibnu Mubarak.

Tentu saja selain ayat dan hadits tersebut masih banyak lagi ayat dan hadits yang menyebutkan tentang keutamaan shalat malam (tahajud). Poin pentingnya adalah bahwa menyendiri terkadang membawa kebaikan apabila diisi dengan amal yang mendekatkan diri kepada Ar-Rahmaan.

Menyendiri juga bisa mendatangkan mudharat kepada diri sendiri, godaan syaithan yang selalu menghampiri dengan membisiki “Kamu sekarang sendiri, lakukan saja apa yang kamu inginkan karena tidak ada orang yang melihatnya”. Demikian bisikan syaithan dan balatentaranya. Merasa sendiri dan tidak ada orang lain yang melihatnya menjadikan sebab seseorang kemudian mengisi kesendiriannya dengan berbagai dosa dan maksiat.

Adanya godaan syaithan sebagai faktor eksternal ditambah dengan faktor internal yaitu lemahnya iman dan merasa sendirian menjadi awal dari perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan ketika sendirian. Maka. Hati-hati ketika bersendiri...

Hal ini disebutkan dalam sebuah riwayat:

عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »

Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” HR. Ibnu Majah no. 4245.

Makna dari hadits ini adalah adanya orang-orang yang mereka itu muslim (saudara kita dalam Islam), mereka juga melaksanakan shalat tahajud bahkan kulit mereka sama dengan kulit kita namun ketika mereka sendiri mereka melakukan dosa dan maksiat.

Riwayat ini menjadi pengingat untuk diri kita sendiri dan juga kaum muslimin, bahwa hendaknya ketika kita sendiri selalu mengingat Allahu Rabbi, agar kita tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan. Hal ini sepeerti diingatkan oleh Allah ta’ala dalam kalamNya:  

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108).

Maka berhati-hatilah ketika kita dalam keadaan sendiri, karena syaithan akan selalu menghampiri untuk menggoda kita agar bermaksiat kepada Ilahi. Demikian pula diri ini pun ketika sendiri kadang merasa tidak ada yang melihat lagi, sehingga kemudian ingin melakukan ma’ashi (kemaksiatan) karena kurangnya sifat muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah Rabbul Izzati.

Kemajuan tekhnologi yang semakin canggih memunculkan berbagai media yang dengan mudah kita akses, baik ketika berada di tengah manusia ataupun ketika kita sendiri. Media sosial yang menghubungkan setiap orang kapan saja dan di mana saja sangat memungkinkan seseorang untuk dapat mengaksesnya ketika sendiri. Maka ketika kita dalam keadaan sendiri kemudian membuka gadget kita dan berselancar di dunia maya atau mengakses media sosial hendaknya kita selalu ingat adanya Allah Ta’ala yang selalu mengawasi kita, kita juga selalu ber-ta’awudz, memohon perlindungan kepadaNya agar tidak mudah terbawa dalam dosa dan maksiat ketika kita mengaksesnya.

Semoga media sosial yang kita akses baik dalam keadaan ramai ataupun sendiri semakin mendekatkan diri kepada Ilahi. Jadikan ia sebagai media untuk berinterksi sesama insani, saling menasehati dan upaya mendekatan diri kepada Ilahi Rabbi. Jika sesekali kita terpeleset ke dalam kesalahan, maka segeralah beristighfar (memohon ampun kepada Allah Ta’ala), kembalilah kepada jalanNya karena di sanalah sejatinya ketenangan dan kebahagiaan insani. Wallahua’lam, Jumat Mulia, 21052021.  

  

Rabu, 12 Mei 2021

Meraih Kemenangan dengan Tashfiyah Keimanan dan Tarbiyah Ar Rahman

Khutbah Idhul Fitri 1442 H
Oleh: Abdurrahman Misno


Bismillahirarahmaanirrahiim 
Assalamualaikum Warhmatullahi wa barakatuh

ﺍﻟْﺤَﻤْﺪَ ﻟِﻠَّﻪِ ﻧَﺤْﻤَﺪُﻩُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻌِﻴْﻨُﻪُ ﻭَﻧَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻩْ ﻭَﻧَﻌُﻮﺫُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻣِﻦْ ﺷُﺮُﻭْﺭِ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻨَﺎ ﻭَﻣِﻦْ ﺳَﻴِّﺌَﺎﺕِ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟِﻨَﺎ، ﻣَﻦْ ﻳَﻬْﺪِﻩِ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﻼَ ﻣُﻀِﻞَّ ﻟَﻪُ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻀْﻠِﻞْ ﻓَﻼَ ﻫَﺎﺩِﻱَ ﻟَﻪُ. ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻻَ ﺇِﻟَﻪَ ﺇِﻻَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥَّ ﻣُﺤَﻤَّﺪًﺍ ﻋَﺒْﺪُﻩُ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟُﻪُ. 
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬﺎَ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺣَﻖَّ ﺗُﻘَﺎﺗِﻪِ ﻭَﻻَ ﺗَﻤُﻮْﺗُﻦَّ ﺇِﻻَّ ﻭَﺃَﻧﺘُﻢْ ﻣُّﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ. 
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺍﺗَّﻘُﻮْﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺧَﻠَﻘَﻜُﻢْ ﻣِّﻦْ ﻧَﻔْﺲٍ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٍ ﻭَﺧَﻠَﻖَ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﺯَﻭْﺟَﻬَﺎ ﻭَﺑَﺚَّ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺭِﺟَﺎﻻً ﻛَﺜِﻴْﺮًﺍ ﻭَﻧِﺴَﺂﺀً ﻭَﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗَﺴَﺂﺀَﻟُﻮْﻥَ ﺑِﻪِ ﻭَﺍْﻷَﺭْﺣَﺎﻡَ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪَ ﻛَﺎﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺭَﻗِﻴْﺒًﺎ. 
ﻳَﺎﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﺀَﺍﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺗَّﻘُﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﻗُﻮْﻟُﻮْﺍ ﻗَﻮْﻻً ﺳَﺪِﻳْﺪًﺍ. ﻳُﺼْﻠِﺢْ ﻟَﻜُﻢْ ﺃَﻋْﻤَﺎﻟَﻜُﻢْ ﻭَﻳَﻐْﻔِﺮْ ﻟَﻜُﻢْ ﺫُﻧُﻮْﺑَﻜُﻢْ ﻭَﻣَﻦْ ﻳُﻄِﻊِ ﺍﻟﻠﻪَ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﻘَﺪْ ﻓَﺎﺯَ ﻓَﻮْﺯًﺍ ﻋَﻈِﻴْﻤًﺎ.   
ﺃَﻣَّﺎ ﺑَﻌْﺪُ؛ ﻓَﺈِﻥَّ ﺃَﺻْﺪَﻕَ ﺍﻟْﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻛِﺘَﺎﺏُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺧَﻴْﺮَ ﺍﻟْﻬَﺪﻱِ ﻫَﺪْﻱُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺻَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illallahu Huwaallahu akbar 
Allahu Akbar Wa lillahilhamd

Alhamdulillah, syukur kepada Allah Ta’ala adalah sebuah keniscayaan, ia menjadi salah satu tanda dari tanda-tanda keimanan seseorang. Syukur yang diawali dengan keyakinan dalam hati (bahwa seluruh nikmat berasal dari Sang Maha Pemberi Rizki), ucapan dengan lisan (alhamdulillah) dan amal ketaatan dengan seluruh anggota badan. Syukur atas segaa kenikmatan, khususnya nikmat iman, Islam dan ikhsan. Bersyukur pula pada hari ini kita telah menyelesaikan kewajiabn berpuasa, menunaikan zakat dan hari ini merayakan hari raya, bersama dengan keluarga dan sanak saudara. Alhamdulillah, wa syukru lillah... 
Shalawat dan salaam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam habibana wa nabiyyana Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, kepada seluruh ahli baitnya, para shahabatnya serta orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir masa. Allahumma shalli wa sallim wa baarik alaihi... 

Hadiri Jamaah Shalat Idhul Fitri Rahimakumullah
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illallahu Huwaallahu akbar 
Allahu Akbar Wa lillahilhamd

Pada hari ini kita bersama-sama berkumpul di masjid Al-Muhajirin yang inshaallah diberkahi ini dalam rangka merayakan salah satu dari hari raya dalam Islam yaitu Idhul Fitri. Hari ini adalah hari raya yang tellah menjadi sunnah dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam: 
قَدِمَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْمَدِينَةَ وَلأَهْلِ الْمَدِينَةِ يَوْمَانِ يَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَقَالَ « قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ
“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam datang ke Madinah, penduduk Madinah memiliki dua hari raya untuk bersenang-senang dan bermain-main di masa jahiliyah. Maka beliau berkata, “Aku datang kepada kalian dan kalian mempunyai dua hari raya di masa Jahiliyah yang kalian isi dengan bermain-main. Allah telah mengganti keduanya dengan yang lebih baik bagi kalian, yaitu hari raya Idul Fithri dan Idul Adha (hari Nahr)”. HR. An Nasai dan Ahmad. 

Hari raya adalah hari di mana kita diperintahkan untuk bersyukur, dengan bertakbir, bertasbih dan bertahmid kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Ta’ala berfirman: 
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Hendaklah kalian mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. QS. Al-Baqarah: 185. 
Bertakbir, bertasbih dan bertahmid adalah amalan yang sangat dianjurkan pada hari raya ini, selain itu diperbolehkan pula kita bersenang-senang, makan dan minum serta merayakannya dengan keluarga dan masyarakat pada umumnya. Takbir, tasbih, tahmid dan seluruh aktifitas yang kita lakukan hendaknya diniatkan dalam rangka untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala sebagai jalan untuk mendapatkan kemenangan. 
Kemenangan yang tidak hanya bersifat keduniaan, namun juga abadi selamanya, bahkan hingga ke jannahNya. Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana cara meraih kemenangan yang sebenarnya? Apakah merayakannya dengan berbagai acara yang justru menjauhkan diri dari keridhaan Allah Azza wa jalla? Tentu saja tidak demikian, karena hakikat hari kemenangan adalah diraihnya ridha dari Ar-Rahman.   

Jama’ah Shalat Idhul Fitri yang berbahagia... 
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illallahu Huwaallahu akbar 
Allahu Akbar Wa lillahilhamd
Kemenangan di hari raya dapat diraih dengan kembali memurnikan keyakinan kita kepada Allah Azza Wa Jalla. Meyakini hanya Allah sebagai satu-satunya Rabb; Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam semesta. Inilah yang selalu dibaca minimal 17 kali dalam shalat kita: 
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ
Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. QS. Al-Fatihah: 2. 
Merujuk pada ayat ini maka kita harus meyakini bahwa hanya Allah Ta’ala Pencipta, Pemilik dan Pengatur alam semesta, tidak ada selainNya. Sehingga hanya Dia yang layak untuk diibadahi dan tidak boleh kita menyekutukanNya: 
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. QS. An-Nisa: 36. 
Memurnikan keyakinan bermakna kita menyembah Allah Ta’ala karena hanya Dia Dzat yang berhak untuk disembah, dia adalah pemilik nama-nama yang baik dan sifat-sifat yang mulia. Sebagaimana firmanNya: 
وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ
Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu. QS. Al-A’raf: 180. 
Maka, jika masih ada keyakinan-keyakinan yang tidak sesuai dengan Islam, misalnya; meyakini bahwa semesta ini tercipta dengan sendirinya, bahwa ada sesembahan yang haq selain Allah Ta’ala atau meyakini Allah itu abstrak dan keberadaannya tidak penting, haruslah keyakinan-keyakinan tersebut dihilangkan. Keimanan kita harus di tashfiyah yaitu dibersihkan dari semua keyakinan yang bertentangan dengan aqidah Islam. Keyakinan-keyakinan tersebut telah mengotori tujuan utama diciptakannya kita di alam dunia. Sebagaimana firmanNya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
... dan tidaklah Aku (Allah Ta’ala) menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. QS. Adz-Dzariyat: 56. 
Ibadah dalam makna yang luas adalah seluruh aktifitas yang dicintai dan diridhai oleh Allah ta’ala. Sebagaimana definisi yang disebutkan oleh Syaikhul Islam: 
” الْعِبَادَةُ ” هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ : مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ
Ibadah adalah istilah yang mencakup segala yang Allah cintai dan ridai berupa perkataan dan perbuatan yang batin maupun lahir.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:149). 
Maka langkah awal mendapatkan kemenangan di hari raya adalah dengan men-tashfiyah aqidah kita dari keyakinan dan kepercayaan yag tidak sesuai dengan Islam. Kemenangan akan kita dapatkan jika aqidah, tauhid dan kepercayaan kita total hanya kepada Allah Ta’ala. Memurnikan seluruh peribadahan dan ketundukan hanya kepadaNya saja.  

Kaum Muslimin yang dirahmati Allah Ta’ala
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illallahu Huwaallahu akbar 
Allahu Akbar Wa lillahilhamd

Setelah aqidah kita di-tashfiyah atau dimurnikan dari segala hal yang merusak kemurniannya, selanjutnya untuk meraih kemenangan di hari raya dan setelahnya adalah dengan melaksanakan ibadah dan muamalah agar selalu selaras dengan syariahNya. Upaya untuk menyeleraskan diri dengan aturan Ar-Rahman adalah dengan terus-menerus men-tarbiyah diri kita. Tarbiyah dalam makna mendidik diri kita, keluarga kita dan masyarakat kita agar sentiasa berada di dalam naungan syariahNya. Bukankah kita sebagai seorang muslim diperintahkan untuk masuk ke dalam Islam sejarah kaafah (keseluruhan)? Hal ini sebagaimana kalamNya: 
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ
Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu. QS. Al-Baqarah: 208. 
Kemenangan yang diharapkan  hanya didapatkan dengan terus-menerus mentarbiyah diri kita, mendidik jiwa kita dan menghiasi kehidupan kita dengan amal yang telah diperintahkan oleh Allah dan rasulNya. Inilah kemenangan yang besar, sebagaimana kalamNya: 
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. QS. Al-Ahzab: 71. 
Hanya dengan ketaatan kepada Allah dan rasulNya kemenangan itu akan kita dapatkan, sebuah kemenangan yang besar karena bukan hanya berlaku di dunia tetapi juga di akhriat sana. Syaratnya adalah dengan terus-menerus men-tarbiyah diri kita yaitu terus mempelajari, mengkaji dan mendidik diri kita untuk tunduk patu secara total kepadanya. Inilah makna dari Islam yang sebenarnya:
الاسْتِسْلامُ للهِ بِالتَّوْحِيدِ، وَالانْقِيَادُ لَهُ بِالطَّاعَةِ، وَالْبَرَاءَةُ مِنَ الشِّرْكِ وَأَهْلِهِ
“(Islam adalah) berserah diri kepada Allah dengan tauhid, tunduk patuh kepada-Nya dengan ketaatan, dan berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya

Kaum Muslimin Hafidzakumullah... 
اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, La ilaha Illallahu Huwaallahu akbar 
Allahu Akbar Wa lillahilhamd

Pandemi Covid-19 yang masih membayang-bayangi kita, tidaklah menyurutkan untuk dapat meraih kemenangan di hari raya dan hari-hari setelahnya. Karena pada hakikatnya, seluruh yang ada di semesta raya sejatinya telah menjadi takdir dan kuasaNya. Sebagai orang-orang yang beriman, adanya wabah ini semakin menguatkan keimanan kita bahwasanya Allah itu Maha Kuasa, tidak ada yang selainnya. Allah Maha Tahu keadaan hambaNya, dan kita pun harus meyakini bahwa semua takdirNya adalah baik bagi hambaNya, maka teruslah men-tashfiyah aqidah kita dan men-tarbiyah diri kita agar senantiasa kita ridha dengan seluruh syariatNya, hingga keridhaanNya akan kita dapatkan selamanya. Itulah sejatinya kemenangan yang nyata. 
Semoga hari raya ini, kita mampu mendapatkan kemenangan yang sebenarnya. Kemenangan yang membawa kita kepada kebahagiaan hidup di dunia dan juga di akhirat sana. 
Mari kita akhiri khutbah Idhul Fitri ini dengan membaca doa, semoga Allah ta’ala memberikan kepada kita hidayah serta inayahNya: 

اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِىْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ. يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِىْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
رَبّنَا لاَتُؤَاخِذْ نَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلََى اّلذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبّنَا وَلاَ تًحَمّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلاَنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. والحمد لله رب العالمين.

Bogor, Menjelang Tengah Malam 11 05 2021
28 Ramadhan 1442 H


Senin, 10 Mei 2021

Inilah Hakikat Kehidupan dan Insan

 Abd Misno Mohd Djahri

 


Kehidupan ini memang penuh dengan misteri, ada banyak hal yang tidak dapat dinalar dengan akal insani. Lebih dari itu adalah manusia yang penuh dengan hal-hal di luar prediksi, seringkali antara apa yang terlihat tidak sama dengan yang tidak terlihat. Seseorang itu nampak tersenyum, namun hakikatnya hatinya menangis sebaliknya ia menangis tapi hakikatnya ia bahagia dalam hatinya. Inilah kehidupan dunia yang penuh dengan apa yang hakikatnya tidak hanya dilihat oleh mata, tapi perlu ada rasa yang mampu untuk melihatnya.

Manusia memiliki dua unsur yang luar biasa yaitu jiwa dan raga, sukma (roh) dan jasad dirinya. Keduanya seringkali berbeda dalam pandangan mata, misalnya seseorang yang jiwanya halus dan penuh dengan kebaikan tapi raga dan jasadnya penuh dengan kekurangan. Sebaliknya seseorang yang nampak sempurna jasadnya tapi faktanya jiwanya penuh dengan kejahatan dan kekurangan. Inilah hakikat manusia, terkadang apa yang terlihat dari jasadnya tidak mencerminkan apa yang ada dalam hati dan jiwanya.

Keimanan manusia pun terkadang sulit untuk diterka, seseorang berpakaian apa adanya, profesinya terlalu biasa bahkan di mata manusia tidak bernilai apa-apa namun hakikatnya di sisi Rabbnya ia adalah hamba yang paling mulia. Bisa jadi juga seseorang berpakaian layaknya ulama, memakai sorban dan berjubah putih panjang dan apa yang ada dalam jasadnya adalah simbol-simbol keimanan. Namun hakikatnya hati dan jiwanya lebih jahat dari iblis karena ia banyak menyesatkan manusia dari jalan Sang Pencipta.

Inilah hakikat dunia, apa yang kita lihat dengan mata seringkali tidak sesuai dengan apa hakikatnya. Sehingga berlaku bijak atas apa yang terlihat adalah sikap utama dalam menghadapinya. Bagaimana jika melihat seseorang yang nampak sholeh dan baik tapi ternyata ia pelaku kesyirikan atau dosa dan kesalahan? Kembali pada pemahaman tentang dunia, bahwa manusia dicipta penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Banyak orang yang nampak biasa saja, sejatinya ia adalah hamba Allah Ta’ala yang mulia. Namun ada juga yang luarnya nampak seperti ulama tapi hatinya jahat dan penuh dengan angkara murka. Bagaimana kita menyikapinya?

Dosa dengan segala bentuknya dari yang paling besar berupa kesyirikan, dosa besar hingga dosa-dosa yang dianggap biasa sejatinya selalu ada pada diri manusia dengan akdar yang berbeda-beda. Bahkan dalam haditsnya yang mulia bahwa Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasalam bersabda bahwa setiap manusia pernah berbuat dosa, maka sebaik-baik yang berbuat dosa adalah yag segera bertaubat kepadaNya. Merujuk pada riwayat ini maka pemahaman kita bahwa manusia itu tanpa cela adalah salah adanya, setiap manusia pernah melakukan dosa. Tentu saja ini bukan berarti kita bertoleransi dengan dosa dan kesalahan manusia.

Maka, jika kita melihat ada seorang yang nampak alim tapi dia adalah pelaku dosa hendaknya kita bijak lebih bijak dalam menyikapinya. Selama ia tidak mendzahirkan perbuatan maksiatnya tersebut, karena ia “jahil” dalam arti masih terbelenggu hawa nafsunya di sisi ini. Walaupun pasti manusia akan mengatakan “Dia tahu ilmunya tapi kenapa melakukan dosa?”. Inilah yang ada di masyarakat kita, dan sejatinya itu benar adanya tetapi jika kita merujuk kepada riwayat semula bahwa dia juga manusia sehingga “wajar” kalau dia juga melakukan dosa.

Sekali lagi bukan membela mereka yang paham ilmunya tapi kemudian melanggarnya, bukan pula mengatakan itu harus mentolerir perbuatan dosa dan kesalahannya. Tapi menyikapinya dengan bijak dan tidak menghakimi sebelah pihak, apalagi jika dia juga tidak secara terang-terangan melakukannya. Bijak dalam hal ini adalah mengajaknya dengan mauidzah hasanah serta nasehat-nasehat yang baik. Bukan dengan menyalahkannya, apalagi di depan umum sehingga manusia banyak mengetahuinya. Sebuah riwayat menyatakan salah satu dari hak seorang muslim adalah merahasiakan aib (kekurangan/dosa/maksita) muslim lainnya.

Akhirnya kita memahami hakikat dari kehidupan adalah terkadang tidak sesuai antara apa yang terlihat dan tidak terlihat. Kita juga memahami hakikat dari manusia yang diciptakan pernah melakukan dosa dan kesalahan, namun segera kembali kepadaNya. Tinggal tugas kita sebagai hambaNya menyikapinya dengan bijak, selalu berintrospeksi dengan diri sendiri dan berlaku bijak ketika melihat kekurangan dari orang lain. Semoga Allah Ta’ala sentiasa memberkahi kita... Aamiin.

Bogor, 10 Mei 2021

          

Hawa yang Membara

 Misno Mohd Djahri




 Ini adalah catatan anak manusia yang sedang terlena dengan hawa dan kenikmatan dunia sementara. Fasilitas hidup yang sudah ada, kesempatan di depan mata hingga angan-angan dan khayalan untuk menikmati dunia dan segala isinya. Ya... sulit memang diungkapkan dengan kata-kata, ketika hawa merasuk ke sukma dan memberi rasa pada setiap sendi raga. Maka semua aturan agama terasa ringan dan dengan mudah tidak diindahkannya.

Kenikmatan yang memang semua orang dewasa telah merasakannya, ia penuh dengan rasa menggelora, membara dalam jiwa ketika tetes-tetesnya mengalir membasahi dunia. Seluruh raga dibuat terlena, membara dalam dekapan hawa penuh pesona. Hawa liar yang memang sudah ada sejak dulu kala, ia menjelma dalam suasana dan masa yang berbeda tapi dalam satu rasa yang sama.

Hawa yang membara itu diawali oleh pengalaman manusia di masa lalu yang sudah lama, ketika untuk pertama kalinya di usia belia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mencoba untuk menahannya, hingga ketika kesempatan itu ada kembali menyeruak dan menguasai jiwa yang lara. Kini, ianya telah membelit jiwa dan raga yang telah merasakan kembali rasa yang luar biasa. Bahkan hingga menjelang usia separuh abad lamanya...  

Mungkin ini bukan cinta, karena sejatinya cinta selalu membawa kepada pendekatan diri kepadaNya jika itu cinta sejati adanya. Rasa suka dengan sesama yang memang muncul dari dalam jiwa yang diawali dengan pesona raga. Beberapa orang berkata bahwa ini adalah anugerahNya, tapi kenapa dalam kalamNya jelas nyata larangannya. Sebagian lagi pasrah dengan keadaannya, karena ia tidak bisa lepas dari belitannya. Katanya “Rasa ini tidak bisa lepas dari jiwa”, bisa jadi itu alasan saja walaupun apa yang dirasa memang betul adanya.

Sulit diterima dengan akal sehat serta rasa yang ada pada umumnya, karena ia hadir terkadang tanpa sebab musababnya. Seperti angin yang membelai sukma, memberi rasa nyama di jiwa hingga sebagian besar dari mereka kemudian pasrah dan terbawa dalam desiran penuh pesona. Inilah kenyataannya, bahwa rasa itu sulit sekali untuk dihilangkan dari jiwa, walaupun terkadang menyiksa jiwa tapi menjadikan hidup semakin berwarna.

Catatan anak manusia ini menjadi saksi, bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dari Ilahi. Bahkan setiap insan memang telah diberi, cobaan dan fitnah dalam hidup sehari-hari. Ia adalah satu dari seleksi duniawi, untuk menjadikan kita memiliki derajat yang tinggi di sisi Rabbul Izzati.

Kepada teman-teman yang memiliki rasa yang sama, teruslah berjuang untuk memperbaiki diri. Rasa ini mungkin akan ada hingga kita mati, tapi yakinlah bahwa ia bisa menjadi kekuatan kita untuk terus lebih baik di kemudian hari. Kita tidak tahu kapan kita mati, tapi menyiapkan diri itulah yang terpuji.

Mungkin hari ini kita masih belum bisa melepaskan diri, dari rasa yang ada di hati tapi yakinlah suatu masa kita akan kembali menjadi insan sejati tanpa mengorbankan rasa ini. Allah sayang dengan diri ini, hingga rasa itupun bagian dari “anugerah Ilahi” tinggal bagaimana kita bisa menyikapi. Jadikan “anugerah” itu sebagai berkah serta wasilah untuk sampai kepada mardhatillah (keridhaan dari Allah) serta meraih jannahNya di akhirat nanti.

Bogor, 10 Mei 2021

 

 

Ramadhan yang Terdzalimi

 Abd Misno Mohd Djahri


 
Ramadhan tahun ini akan segera berlalu pergi, banyak ucapan dan tulisan dari umat muslim yang menyesali begitu cepatnya bulan mulia ini. Tapi inilah kuasa Ilahi, ia akan terus berlari tanpa memedulikan rasa insani. Hari akan terus berganti, bersama dengan mentari yang sentiasa terbit di pagi hari dan tenggelam di sore hari. Semua tak akan kembali, tetapi catatan amal insani akan abadi di sisi Rabbul Izzati.

Ramadhan yang Terdzalimi adalah bulan mulia yang tidak kita manfaatkan dengan seoptimal mungkin untuk mendekatkan diri kepada Ilahi. Keberkahan bulan mulia ternyata hanya ada di bibir saja atau di media sosial yang sangat nyata riuh-rendahnya. Tapi faktanya ia miskin dengan amal khairi, bahkan cenderung hanya ritual tanpa adanya ruh peribadahan.

Keberkahan Ramadhan sudah sering sekali kita dengar, kita baca dalam berbagai media dan telah menjadi bagian dari keyakinan setiap umat Islam. Tapi, keimanan di masa ini yang penuh dengan cobaan, wabah yang masih bersemayam, kesyirikan yang semakin merajalela, kemaksiatan di depan mata hingga hawa yang dipertaruhkan oleh jiwa. Intinya kepentingan dunia telah mengaburkan keberkahan dari bulan mulia, hingga kedzaliman terhadapnya begitu nyata.

Jangan banyak menyalahkan manusia yang mungkin lupa akan kemuliannya, jangan salah mereka yang alpha karena kejahilannya, jangan pula mudah menyalahkan mereka yang hanyut dalam hawa. Mulailah merenungi diri kita, bagaimana mungkin bisa terjadi? Kenapa seperti ini? kita yang telah mengetahui kemuliaan dan keberkahan Ramadhan tapi justru lalai atau melalaikannya. Kita sendiri yang mendzalimi Ramadhan ini...

Mereka yang lupa akan kemulian Ramadhan harus kita ingatkan dengan penuh kebijakan, mereka yang alpha karena kejahilan harus diajarkan dan diberi pemahaman akan kemuliannya dan mereka yang terbawa dalam hawa harus terus disampaikan tentang hakikat hawa dan juga dunia. Bagaimana dengan diri kita? Ya... kita adalah manusia yang penuh salah dan dosa tapi tentu saja itu bukan alasan karena sejatinya kemuliaan Ramadhan akan terus berjalan. Apakah kita masih mampu untuk mendapatkan keutamaannya?

Ramadhan yang mulia sejatinya tidak boleh didzalimi, ia adalah bulan penuh dengan ibadah dalam rangka mendekatkan diri kepadanya. Jika kita merasa kurang optimal dalam mengisinya maka menyesal boleh adanya. Tetapi yang lebih utama adalah terus memperbaiki diri di masa-masa setelahnya, bisa jadi kita tidak akan bertemu dengan Ramadhan tahun depan. Tapi masih ada hari-hari ke depan utnuk terus memperbaikinya. Karena sejatinya ibadah dengan segala bentuknya tidak hanya pada bulan Ramadhan, tapi ada sepanjang masa.

Maka jika Ramdhan tahun ini terdzalimi, mohon maaflah pada pemilikNya berjanjilah untuk dapat memanfaatkan hari-hari setelahnya dengan ibadah dan mendekatkan diri kepadaNya. Semoga ianya menjadi satu jalan agar kita semakin baik di masa hadapan... Ramadhan, maafkan kami yang sering mendzalimi... Bogor, Akhir Ramadahan 1442 H/ 10 Mei 2021.

 

RENUNGAN HARI KELAHIRAN

 Abd Misno Mohd Djahri

 


Hari ini, Senin 10 Mei 2021 tepat usiaku menginjak 42 tahun. Waktu yang cukup panjang untuk menikmati pahit getir kehidupan. Tidak banyak yang ingin aku torehkan dalam tulisan ini, hanya menyadarkan diri bahwa kehidupan ini harus terus dilanjutkan. Terlalu banyak dosa dan kesalahan yang bahkan sampai hari ini masih dilakukan, ya... sejak akhir 2016 maksiat ini masih saja terjadi, itu itu kekhilafan insani, atau sengaja menceburkan diri dan menikmati. Astaghfirullah... Aku memohon ampun kepada Allah.

Dua tahun terakhir menjadi bagian kelam dalam hidupku, bagaimana tidak hawa yang terus membelenggu jiwa karena ianya hadir di setiap masa menjadikan seolah-olah ia harus dinikmati adanya. Ya... “mumpung ada” itu alasan utamanya. “Puas-puaskan selagi masih bisa” selalu itu yang terbersit di dalam jiwa. Sulit untuk melepaskannya walaupun bukan berarti tidak bisa. Kehadirannya memang membawa bahagia, walaupun mungkin semu adanya. tapi dia yang menjadikan kehidupan ini semakin berwarna.

Hingga hari ini, aku masih terlena dalam hawa. Entah sampai bila, hanya Allah Ta’ala yang mengetahui, usaha untuk meninggalkannya itu ada tapi godaan itu memang kuat sekali adanya. Bukan menikmati sejatinya, bukan pula sengaja menyeburkan jiwa dalam bermaksiat kepadaNya. Bukan pula membiarkan hawa membelenggu sukma, tapi entahlah... sulit diungkapkan dengan kata-kata. Mungkin ini adalah perjalanan hidup yang harus aku lalui, sejarah kelam yang harus dilewati.

Bisa jadi ini bukan cinta sebenarnya, ini bukan sayang sesungguhnya tapi betul-betul jiwa ini seperti menikmatinya. Bersama dalam suka dan duka, salah paham dan saling curiga selalu ada hingga berkali-kali tidak ada komunikasi yang kemudian akan kembali bersama lagi. Sulit memahami hubungan ini, ayat dan haditsnya sudah jelas demikian pula pendapat para ahlinya, tapi seolah-olah hati ini buta karena hawa yang meliputinya.

Aku hanya berharap, semoga esok nanti fase kelam kehidupan ini akan berakhir dan beralih kepada kehidupan yang lebih baik. Semoga... Pagi cerah, Bogor, 10 Mei 2021.

 

Sabtu, 01 Mei 2021

USHUL FIQH: Metode Penetapan Hukum Islam

*Info Buku Baru*

🎊📔📒📕📗📓📘📙📚🎊

*USHUL FIQH:* 
_Metode Penetapan Hukum Islam_


🍂🍂🍂🌱🌿☘️🎍🪴🍃🍃🍃
Ilmu Ushul Fiqh sebagai dasar dari fiqh Islam telah menjadi kajian utama umat Islam dalam memahami dimensi hukum dalam Islam. Perkembangannya yang fenomenal telah menarik perhatian berbagai kalangan untuk mengetahui lebih mendalam mengenai ilmu ini. Sebagai ilmu alat yang menjadi dasar bagi penetapan hukum dalam Islam sangat wajar ia adalah ilmu yang sangat mulia dalam Islam.

Perubahan di tengah masyarakat yang terus terjadi meniscayakan adanya kajian lebih mendalam mengenai ilmu ini untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.

Sebagai contoh, perkembangan ekonomi Islam tidak mungkin terjadi tanpa adanya studi hukum Islam, oleh karena itu kajian mengenai Ushul Fiqh menjadi hal yang sangat urgen saat ini.

Problematika kontemporer Hukum Islam akan dijawab secara tuntas oleh Ushul Fiqh sebagai alat dalam penetapan hukum Islam.

Buku ini akan membahas mengenai Ilmu ushul fiqh sejak awal perkembangannya di Jazirah Arabia hingga ke Nusantara. Harapannya adalah umat Islam mampu memahami berbagai persoalan fiqh yang terjadi di masyarakat. 

Semoga kehadiran buku ini menjadi pelengkap bagi buku-buku tentang Ushul Fiqh yang sudah ada.

📗 Judul Buku: 
*Ushul Fiqh: Metode Penetapan Hukum Islam* 

🎓 Penulis: 
*Dr. Sutisna, MA*
*Dr. Abdurrahman Misno BP, MEI*

🏡 Penerbit: 
*Penerbit UIKA Press*

📆 Terbit Tahun: 
*Januari, 2021*

📖 Jumlah Halaman: 
vi + 279

Info: 
Abdurrahman: 
📲 *085885753838*