Oleh: Abd Misno Mohd Djahri
Manusia adalah makhluk sosial, ia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sehingga setiap orang akan berusaha untuk
dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Inilah kemudian
yang memunculkan berbagai komunitas yang berlatarbelakang berbeda-beda, sebagai
hasil dari interkasi di antara mereka. Dalam skala yang lebih besar memunculkan
masyarakat yang merupakan kumpulan dari berbagai individu dan komunitas yang
membentuk sekumpulan orang dengan karakter yang beragam.
Namun, terkadang manusia juga perlu
menyendiri sekadar untuk tidak diganggu oleh orang lain atau ingin instrospeksi
diri. Menyendiri memiliki manfaat yang banyak sekali, belajar untuk memahami
diri sendiri, atau karena adanya urusan yang memang harus diselesaikan sendiri
tanpa adanya campur tangan orang lain. Beberapa orang ada juga yang tidak suka
berinteraksi dengan orang lain, hingga ia kemudian lebih suka menyendiri.
Ketika sendiri, bisa jadi kita akan
semakin dekat dengan Ilahi di mana kita dapat berfikir dan muhasabah diri
tentang berbagai persoalan hidup dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita
lakukan. Perintah untuk bediri shalat malam di keheningan adalah bukti kita
sekali-kali diperintahkan untuk menyendiri hanya bersama Ilahi Rabbi. Inilah kemudian
yang termaktub dalam kalamNya:
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ
بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
Dan pada sebahagian malam hari
bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu:
mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. QS. Al-Isra: 79.
Ayat ini menjelaskan tentang
keutamaan dari seseorang yang menyendiri di waktu malam dengan mengerjakan
shalat tahajud yang memiliki banyak keutamaan. Salah satunya adalah riwayat
dari Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu ia menuturkan, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
فَضْلُ صَلاَةِ اللَّـيْلِ
عَلَى صَلاَةِ النَّهَارِ، كَفَضْلِ صَدَقَةِ السِّرِّ عَلَى صَدَقَةِ
الْعَلاَنِيَةِ.
Keutamaan shalat malam atas shalat
siang, seperti keutamaan bersedekah secara sembunyi atas bersedekah secara
terang-terangan. HR. Ibnu Mubarak.
Tentu saja selain ayat dan hadits
tersebut masih banyak lagi ayat dan hadits yang menyebutkan tentang keutamaan
shalat malam (tahajud). Poin pentingnya adalah bahwa menyendiri terkadang
membawa kebaikan apabila diisi dengan amal yang mendekatkan diri kepada
Ar-Rahmaan.
Menyendiri juga bisa mendatangkan
mudharat kepada diri sendiri, godaan syaithan yang selalu menghampiri dengan
membisiki “Kamu sekarang sendiri, lakukan saja apa yang kamu inginkan karena
tidak ada orang yang melihatnya”. Demikian bisikan syaithan dan balatentaranya.
Merasa sendiri dan tidak ada orang lain yang melihatnya menjadikan sebab
seseorang kemudian mengisi kesendiriannya dengan berbagai dosa dan maksiat.
Adanya godaan syaithan sebagai
faktor eksternal ditambah dengan faktor internal yaitu lemahnya iman dan merasa
sendirian menjadi awal dari perbuatan dosa dan maksiat yang dilakukan ketika
sendirian. Maka. Hati-hati ketika bersendiri...
Hal ini disebutkan dalam sebuah
riwayat:
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ
أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ
بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ
: يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ
وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ
جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ
أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku
datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun
Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban
berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya
kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.” Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian.
Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan
ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian
mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” HR. Ibnu Majah no.
4245.
Makna dari hadits ini adalah adanya
orang-orang yang mereka itu muslim (saudara kita dalam Islam), mereka juga
melaksanakan shalat tahajud bahkan kulit mereka sama dengan kulit kita namun
ketika mereka sendiri mereka melakukan dosa dan maksiat.
Riwayat ini menjadi pengingat untuk
diri kita sendiri dan juga kaum muslimin, bahwa hendaknya ketika kita sendiri
selalu mengingat Allahu Rabbi, agar kita tidak terjatuh ke dalam kemaksiatan. Hal
ini sepeerti diingatkan oleh Allah ta’ala dalam kalamNya:
يَسْتَخْفُونَ
مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ
يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ
مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia,
tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka,
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak
ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka
kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108).
Maka berhati-hatilah ketika kita
dalam keadaan sendiri, karena syaithan akan selalu menghampiri untuk menggoda
kita agar bermaksiat kepada Ilahi. Demikian pula diri ini pun ketika sendiri
kadang merasa tidak ada yang melihat lagi, sehingga kemudian ingin melakukan ma’ashi
(kemaksiatan) karena kurangnya sifat muraqabah (merasa selalu
diawasi oleh Allah Rabbul Izzati.
Kemajuan tekhnologi yang semakin
canggih memunculkan berbagai media yang dengan mudah kita akses, baik ketika
berada di tengah manusia ataupun ketika kita sendiri. Media sosial yang
menghubungkan setiap orang kapan saja dan di mana saja sangat memungkinkan seseorang
untuk dapat mengaksesnya ketika sendiri. Maka ketika kita dalam keadaan sendiri
kemudian membuka gadget kita dan berselancar di dunia maya atau mengakses media
sosial hendaknya kita selalu ingat adanya Allah Ta’ala yang selalu mengawasi
kita, kita juga selalu ber-ta’awudz, memohon perlindungan kepadaNya agar
tidak mudah terbawa dalam dosa dan maksiat ketika kita mengaksesnya.
Semoga media sosial yang kita akses
baik dalam keadaan ramai ataupun sendiri semakin mendekatkan diri kepada Ilahi.
Jadikan ia sebagai media untuk berinterksi sesama insani, saling menasehati dan
upaya mendekatan diri kepada Ilahi Rabbi. Jika sesekali kita terpeleset ke
dalam kesalahan, maka segeralah beristighfar (memohon ampun kepada Allah Ta’ala),
kembalilah kepada jalanNya karena di sanalah sejatinya ketenangan dan
kebahagiaan insani. Wallahua’lam, Jumat Mulia, 21052021.
BalasHapuspoker online dengan pelayanan CS yang baik dan ramah hanya di AJOQQ :D
ayo di kunjungi agen AJOQQ :D
WA;+855969190856