Misno Mohd Djahri
Kenikmatan yang memang semua orang
dewasa telah merasakannya, ia penuh dengan rasa menggelora, membara dalam jiwa
ketika tetes-tetesnya mengalir membasahi dunia. Seluruh raga dibuat terlena,
membara dalam dekapan hawa penuh pesona. Hawa liar yang memang sudah ada sejak
dulu kala, ia menjelma dalam suasana dan masa yang berbeda tapi dalam satu rasa
yang sama.
Hawa yang membara itu diawali oleh
pengalaman manusia di masa lalu yang sudah lama, ketika untuk pertama kalinya
di usia belia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Ia mencoba untuk
menahannya, hingga ketika kesempatan itu ada kembali menyeruak dan menguasai
jiwa yang lara. Kini, ianya telah membelit jiwa dan raga yang telah merasakan
kembali rasa yang luar biasa. Bahkan hingga menjelang usia separuh abad
lamanya...
Mungkin ini bukan cinta, karena
sejatinya cinta selalu membawa kepada pendekatan diri kepadaNya jika itu cinta
sejati adanya. Rasa suka dengan sesama yang memang muncul dari dalam jiwa yang
diawali dengan pesona raga. Beberapa orang berkata bahwa ini adalah
anugerahNya, tapi kenapa dalam kalamNya jelas nyata larangannya. Sebagian lagi
pasrah dengan keadaannya, karena ia tidak bisa lepas dari belitannya. Katanya “Rasa
ini tidak bisa lepas dari jiwa”, bisa jadi itu alasan saja walaupun apa yang
dirasa memang betul adanya.
Sulit diterima dengan akal sehat
serta rasa yang ada pada umumnya, karena ia hadir terkadang tanpa sebab
musababnya. Seperti angin yang membelai sukma, memberi rasa nyama di jiwa
hingga sebagian besar dari mereka kemudian pasrah dan terbawa dalam desiran
penuh pesona. Inilah kenyataannya, bahwa rasa itu sulit sekali untuk
dihilangkan dari jiwa, walaupun terkadang menyiksa jiwa tapi menjadikan hidup
semakin berwarna.
Catatan anak manusia ini menjadi
saksi, bahwa hidup ini penuh dengan cobaan dari Ilahi. Bahkan setiap insan
memang telah diberi, cobaan dan fitnah dalam hidup sehari-hari. Ia adalah satu
dari seleksi duniawi, untuk menjadikan kita memiliki derajat yang tinggi di
sisi Rabbul Izzati.
Kepada teman-teman yang memiliki
rasa yang sama, teruslah berjuang untuk memperbaiki diri. Rasa ini mungkin akan
ada hingga kita mati, tapi yakinlah bahwa ia bisa menjadi kekuatan kita untuk
terus lebih baik di kemudian hari. Kita tidak tahu kapan kita mati, tapi
menyiapkan diri itulah yang terpuji.
Mungkin hari ini kita masih belum
bisa melepaskan diri, dari rasa yang ada di hati tapi yakinlah suatu masa kita
akan kembali menjadi insan sejati tanpa mengorbankan rasa ini. Allah sayang
dengan diri ini, hingga rasa itupun bagian dari “anugerah Ilahi” tinggal
bagaimana kita bisa menyikapi. Jadikan “anugerah” itu sebagai berkah serta
wasilah untuk sampai kepada mardhatillah (keridhaan dari Allah) serta meraih
jannahNya di akhirat nanti.
Bogor, 10 Mei 2021
main poker dengan banyak penghasilan
BalasHapusayo segera hubungi kami
WA : +855969190856