Oleh: Dr. Misno, SHI., SE., MEI
Akhir dari Pandemi Covid-19 adalah awal baru bagi kehidupan umat manusia di berbagai penjuru dunia. Setelah lebih kurang 2,5 tahun mereka berada dalam ancaman virus corona, kini saatnya manusia menata kembali kehidupan menuju era New Normal. Era di mana kehidupan mengalami banyak perubahan menuju dunia digital dengan berbagai peluang dan tantangannya. Akhir pandemic memberi angin segar untuk kembali bangkit dari berbagai keterpurukan menatap masa depan yang lebih baik.
Namun, harapan itu mendapatkan
hambatan yang cukup berat pandemic yang telah meluluhlantahkan berbagai bidang
ekonomi akhirnya berhadapan dengan resesi yang banyak diprediksi akan mencapai
puncaknya pada 2023-2025. Berita ancaman resesi ini beredar di berbagia media,
bahkan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai strategi untuk menyiapkan
bangsa dan negara menghadapi dan mengatasinya. Bagaimana dengan kita sebagai
orang Islam dan beriman? Apakah resesi adalah sesuatu yang menakutkan atau hanya
berita hoax yang tidak perlu dipikirkan.
Sebagai orang beriman, kita harus
yakin bahwa setiap manusia telah ditentukan rizkinya, bahkan binatang melata di
muka bumi juga telah ditetapkan rizkinya. Hal ini sebagaimana firmanNya;
وَمَا
مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا
وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍۢ
Dan tidak ada suatu binatang melata
pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui
tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam
kitab yang nyata (Lauh al-mahfuz). QS. Hud: 6.
Keyakinan bahwa seluruh makluk
telah ditetapkan rizkinya adalah wajib bagi orang beriman, maka setiap manusia
juga telah ditentukan rizkinya. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dalam
rizki, termasuk berbagai peristiwa yang mungkin terjadi. Resesi yang diprediksi
oleh para ahli sejatinya adalah keadaan di mana susahnya ekonomi, namun sebagai
orang beriman kita harus yakin, berikhtiar semaksimal mungkin kemudian tawakal.
Allah ta’ala berfirman:
{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ
لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى
اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}
“Barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya).
Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa
yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala
keperluan)nya”. QS. ath-Thalaaq: 2-3.
Tentu saja konteks tawakal dalam
ayat ini adalah setelah berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin, bukan pasrah
menerima keadaan atau hanya menunggu tanpa adanya kegiatan. Tawakal dalam Islam
adalah setelah seseorang berusaha semaksimal mungkin, diiringi dengan doa dan menyerahkan
semuanya kepada Allah Ta’ala.
Maka, ketika resesi menjadi ancaman
di tahun-tahun ke depan sebagai orang beriman kita harus yakin dengan segala
kuasaNya. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk terus berusaha mencari maisya
(kerja atau niaga) selanjutnya adalah tawakal kepada Allah Ta’ala serta
mengiringinya dengan doa yang dipanjatkan penuh khauf dan raja hanya
kepadaNya.
Semoga Allah Ta’ala sentiasa
menjaga umat Islam, bangsa dan negara Indonesia dari segala bentuk kemudharatan
khususnya resesi ekonomi yang diprediksi oleh para ahli. Aameen… 19102022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...