Rabu, 19 Oktober 2022

Risau Resesi? Ikhtiar Insani Percaya Ilahi

Oleh: Dr. Misno, SHI., SE., MEI


 Akhir dari Pandemi Covid-19 adalah awal baru bagi kehidupan umat manusia di berbagai penjuru dunia. Setelah lebih kurang 2,5 tahun mereka berada dalam ancaman virus corona, kini saatnya manusia menata kembali kehidupan menuju era New Normal. Era di mana kehidupan mengalami banyak perubahan menuju dunia digital dengan berbagai peluang dan tantangannya. Akhir pandemic memberi angin segar untuk kembali bangkit dari berbagai keterpurukan menatap masa depan yang lebih baik.

Namun, harapan itu mendapatkan hambatan yang cukup berat pandemic yang telah meluluhlantahkan berbagai bidang ekonomi akhirnya berhadapan dengan resesi yang banyak diprediksi akan mencapai puncaknya pada 2023-2025. Berita ancaman resesi ini beredar di berbagia media, bahkan pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai strategi untuk menyiapkan bangsa dan negara menghadapi dan mengatasinya. Bagaimana dengan kita sebagai orang Islam dan beriman? Apakah resesi adalah sesuatu yang menakutkan atau hanya berita hoax yang tidak perlu dipikirkan.

Sebagai orang beriman, kita harus yakin bahwa setiap manusia telah ditentukan rizkinya, bahkan binatang melata di muka bumi juga telah ditetapkan rizkinya. Hal ini sebagaimana firmanNya;

وَمَا مِن دَآبَّةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّۭ فِى كِتَٰبٍۢ مُّبِينٍۢ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh al-mahfuz). QS. Hud: 6.

Keyakinan bahwa seluruh makluk telah ditetapkan rizkinya adalah wajib bagi orang beriman, maka setiap manusia juga telah ditentukan rizkinya. Sehingga tidak perlu ada kekhawatiran dalam rizki, termasuk berbagai peristiwa yang mungkin terjadi. Resesi yang diprediksi oleh para ahli sejatinya adalah keadaan di mana susahnya ekonomi, namun sebagai orang beriman kita harus yakin, berikhtiar semaksimal mungkin kemudian tawakal. Allah ta’ala berfirman:

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ، وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ}

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan ke luar (bagi semua urusannya). Dan memberinya rezki dari arah yang tidada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (segala keperluan)nya”. QS. ath-Thalaaq: 2-3.

Tentu saja konteks tawakal dalam ayat ini adalah setelah berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin, bukan pasrah menerima keadaan atau hanya menunggu tanpa adanya kegiatan. Tawakal dalam Islam adalah setelah seseorang berusaha semaksimal mungkin, diiringi dengan doa dan menyerahkan semuanya kepada Allah Ta’ala.

Maka, ketika resesi menjadi ancaman di tahun-tahun ke depan sebagai orang beriman kita harus yakin dengan segala kuasaNya. Setelah berusaha sekuat tenaga untuk terus berusaha mencari maisya (kerja atau niaga) selanjutnya adalah tawakal kepada Allah Ta’ala serta mengiringinya dengan doa yang dipanjatkan penuh khauf dan raja hanya kepadaNya.

Semoga Allah Ta’ala sentiasa menjaga umat Islam, bangsa dan negara Indonesia dari segala bentuk kemudharatan khususnya resesi ekonomi yang diprediksi oleh para ahli. Aameen… 19102022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...