Senin, 20 November 2023

Kisah Anak Buruh Tani dari Selatan Jawa

Oleh: Misno

 


Buku menjadi bagian dari hidup saya, kebiasaan membaca telah ada sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), nun jauh di ujung selatan Pulau Jawa. Sedikit dari murid-murid di SDN Ujungmanik III yang datang ke perpustakaan, membaca buku dan meminjamnya untuk dibawa ke rumah.  Bukan hanya dibaca, bahkan karena terbatasnya bahan bacaan di rumah, karena keluarga hanya seorang buruh tani maka buku tersebut saya salin untuk dibaca kembali ketika buku yang dipinjam sudah dikembalikan ke perpustakaan sekolah.

Buku dan membaca isinya terus berlanjut, bahkan ketika terpaksa harus putus sekolah karena orang tua tidak ada lagi biaya. Berbekal semangat untuk membaca, beberapa buku yang dijual di loakan kaki lima saya beli untuk memuaskan dahaga membaca. Waktu itu saya ikut Bu De (Kakak Ibu) yang merantau ke Jakarta. Keinginan kuat untuk melanjutkan sekolah, akhirnya saya mengikuti kelas Paket C (Setara SMU), dengan tetap membaca dari berbagai sumber yang ada. Tentu saja, koran bekas pembungkus nasi atau majalah menjadi bahan bacaan saya, hingga mengantarkan saya ke bangku kuliah.

Bukan perkara yang mudah, ketika memasuki dunia kampus, dengan tetap bekerja untuk memenuhi kehidupan sendiri di sekitar ibukota Jakarta. Berbekal semangat membaca dan buku yang selalu ada di jiwa dunia kuliah di selesaikan dengan baik bahkan menjadi Lulusan Terbaik dengan Predikat Cumlaude. Setelah menyelesaikan Program Sarjana Hukum, kembali kegundahan itu muncul “Apakah hanya sampai di sini, atau harus kuliah lagi ke jenjang yang lebih tinggi?” Seorang anak buruh tani yang miskin kembali berfikir, hingga kecintaannya pada buku menyampaikannya pada level merangkai kata dan kalimat hingga menjadi sebuah maha karya.

Menulis buku menjadi pelampiasan semangat membaca dan meningkatkan kemampuan akademiknya, hingga akhirnya mengantarkan pula kuliah di jenjang pascasarjana. Sambil menulis buku dan membantu beberapa teman kelas menyelesaikan tugas-tugas kuliah akhirnya selesai juga kuliah di pascasarjana Program Studi Ekonomi dengan menyandang gelar Magister Ekonomi. Hal yang membanggakan adalah lulus sebagai mahasiswa terbaik dan nilai IPK “Dengan Pujian” alias cumlaude.

Mampukah anak petani buruh ini mencapai level akhir strata pendidikan di negeri ini? Program Doktoral menjadi mimpi banyak orang, namun sepertinya belum saatnya untuk dinikmati oleh anak buruh tani yang miskin ini. Namun, semangatnya untuk terus membaca dan menambah ilmu pengetahuan mengantarnya menghasilkan berbagai “maha karya”, yaitu berbagai buku yang diterbitkan di penerbit Indonesia. Masa berlaku hingga dua tahun lebih, ketika tawaran untuk kuliah lagi datang dari Universitas Negeri di Bandung. Akhirnya dengan modal nekat, petualangan akademik di Kota Kembang dimulai, tentu saja dengan perjuangan yang luar biasa karena harus pulang pergi seminggu sekali dari Bogor ke Bandung.

Kesungguhan dalam perjuangan tidak sia-sia, semangat membaca, buku, dan cinta ilmu pengetahuan mengantarnya lulus di jenjang Doktoral bahkan menjadi lulusan terbaik dengan predikat Cumlaude”. Alhamdulillah…

Buku dan membacanya menjadi bagian tidak terpisahkan dalam hidup saya, bahkan dengan target lima kali umru saya maka menghasilkan maha karya menjadi motivasi yang menjadikan hidup ini lebih bermakna. Semoga…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...