Oleh: Abdurrahman Misno BP
Manusia adalah makhluk paling
istimewa apabila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Keistimewaan manusia
salah satunya adalah adanya anugerah hati selain akal dan kecerdasan. Hati
manusia mampu menimbang mana yang baik dan mana yang buruk, hati juga menjadi
raja bagi anggota tubuh lainnya. Apabila ia baik maka anggota tubuh lainnya
akan baik juga, dan bila ia jahat maka seluruh tubuh lainnya akan berlaku
jahat.
Sebagai bagian dari tubuh manusia
yang paling istimewa, ia juga sangat rentan dengan berbagai penyakit yang
menjadikannya hina di mata Sang Pencipta dan semua makhlukNya. Penyakit hati
yang berasal dari dalam dan luar diri manusia telah menjadikan hati yang putih
berkilau menjadi hitam pekat penuh noda-noda dosa dan maksiat. Sehingga
terkadang tidak bisa lagi membedakan mana kebenaran mana kesalahan.
Sombong adalah salah satu dari
penyakit hati yang sangat berbahaya bagi manusia, dengan segala bentuknya,
kesombongan faktanya adalah memandang dirinya lebih baik dari orang lain dengan
merendahkan mereka. Menganggap diri paling benar dan menganggap orang lain salah
adalah kesombongan yang selalu ada pada diri manusia. Nasehat yang muncul dari
seseorang namun dengan niat merendahkannya juga merupakan kesombongan
tersembunyi. Bahkan kesombongan seringkali terbungkus dengan kata-kata nasehat,
padahal secara hakekat ia pun terlaknat.
Perhatikan sebuah nasehat berikut
ini “Hei kamu... iya kamu... yang bernama jiwa manusia.. Kamu merasa sudah
lama mengaji, banyak ilmu dikuasai, berasa otak cerdas sekali... “ Menurut saya bahwa nasehat ini sangat bagus
sekali sehingga banyak dicopy di berbagai media sosial dan situs website. Namun
ada yang mengganjal menurut saya, yaitu penggunaan kata-kata “Kamu”, karena
dalam sopan santun bahasa Indonesia kata “Kamu” menunjuk kepada orang yang
lebih rendah. Sehingga seolah-olah kalimat ini menasehati tapi terkesan
merendahkan orang lain, khususnya penggunaan kata “kamu”.
Tapi... ini juga persangkaan saya
saja, dan bisa jadi masuk ke dalam su’udzon atau buruk sangka kepada penulisnya. Alih-alih
ingin mendengarkan isi dari nasehat itu, ternyata saya juga kejebak ke dalam
buruk sangka. Ya... menganggap bahwa penulis merendahkan orang lain yang
dituduhkan di tulisan itu. Ini juga adalah buruk sangka yang belum ada bukti
dan faktanya, jebakan penyakit hati yang sangat halus hingga seringkali kita
tidak merasakannya. Astaghfirullah...
Pada akhirnya kita selalu berada di
antara berbagai penyakit hati yang terus mencoba masuk ke dalam hati-hati kita.
Hati manusia yang lemah ini memang mudah sekali dimasuki oleh berbagai penyakit
hati, dari rasa sombong yaitu merasa diri lebih dari orang lain dan merendahkan
mereka hingga berburuk sangka dengan orang lain di sekitar kita. Berbagai
alasan mungkin akan dikemukakan ketika kita dituduh oleh orang lain karena
seakan-akan berbuat kesombongan atau buruk sangka. Lalu bagaimana solusinya?
Kembali ke Hati adalah solusi
paling utama, hilangkan semua rasa lebih baik dari orang lain dan merendahkan
mereka, timbang segala bisikan hati, ucapan dan tindakan dengan syariahNya dan
terus perbaiki hati kita hingga ajal menjemput nyawa. Semoga kita dapat
memiliki hati-hati yang selalu bercahaya, tidak hanya di mata manusia tetapi di
hadapan Sang Maha Kuasa, Allah Azza Wa Jalla... Aameen... Pagi Berenergi di Kota
Bogor City, 01 Juli 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...