Oleh:
Abdurrahman Abu Aisyah
Pandahuluan
Alhamdulillah, Syukur kepada Allah Ta’ala adalah sebuah keniscayaan ia menjadi tanda dari tanda-tanda keimanan seseorang. Syukur atas segala nikmat yang telah Allah Ta’ala limpahkan kepada kita bersama khususnya nikmat iman, Islam dan ikhsan. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan alam, habibana wa nabiyana Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam, kepada seluruh ahli baitnya para shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir zaman.
Dzulhijjah Penuh Fadhilah
Hari berganti hari, pekan berubah pekan hingga tak terasa bulan pun bergantian, akhirnya kita sampai pada Dzulhijjah salah satu dari bulan-bulan haram, yaitu bulan yang penuh fadhilah (keutamaan). Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ
Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi. Di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menzhalimi dirimu dalam bulan yang empat itu... .” (QS. At Taubah: 36)
Bulan haram adalah bulan-bulan diharamkannya umat Islam berperang, karena pada bulan-bulan tersebut ada syariah untuk beribadah yang menjadi bagian rukun Islam yaitu melaksanakan haji ke Baitullah. Empat bulan haram yang dimaksud adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan rajab, sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّه السَّماواتِ والأَرْضَ: السَّنةُ اثْنَا عَشَر شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُم: ثَلاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقعْدة، وَذو الْحجَّةِ، والْمُحرَّمُ، وَرجُب مُضَر الَّذِي بَيْنَ جُمادَى وَشَعْبَانَ
Sesungguhnya waktu itu berputar sebagaimana keadaannya ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun ada 12 bulan. Di antara bulan-bulan tersebut ada 4 bulan yang haram (tidak boleh berperang di dalamnya). Tiga (3) bulan berturut-turut, yaitu: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Al Muharram, (dan yang terakhir) Rajab Mudhar, yaitu bulan di antara bulan Jumaada dan Sya’ban. HR. Al Bukhari.
Keutamaan dari bulan Dzulhijjah adalah pada sepuluh (10) hari pertama di awalanya,, sebagaimana firmanNya:
وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ
Demi fajar, dan malam yang sepuluh. QS. Al Fajr: 1-2.
Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Zaadul Ma’ad menjelaskan, “Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan lebih utama dari sepuluh malam pertama dari bulan Dzulhijjah, dan sepuluh hari pertama Dzulhijah lebih utama dari sepuluh hari terakhir Ramadhan. Maknanya bahwa konteks keutamaan 10 akhir Ramadhan adalah dari segi malamnya, sedangkan 10 awal Dzulhijjah adalah siangnya.
Walaupun banyak tafsir mengenai ayat ini, namun pendapat yang rajih adalah merujuk keutamaan siang hari pada sepuluh (10) awal di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana hadits Hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dari Jabir radhiyallaahu ‘anhuma
العَشْرُ عَشْرُ الأضحى ، والوَتْر يومُ عَرَفة ، والشَّفْعُ يومُ النَّحْر
Sesungguhnya yang dimaksud dengan 10 itu adalah 10 bulan Al-Adhha (Dzulhijjah), dan yang dimaksud dengan “ganjil” adalah hari Arafah, dan yang dimaksud dengan “genap” adalah hari raya Idul Adh-ha. HR. Ahmad, An-Nasaa’i, dan Al-Haakim.
Maka, saat ini kita telah memasuki Dzulhijjah penuh fadhilah, bulan penuh dengan keutamaan dan lebih tepat lagi kita tengah berada di sepuluh awalnya. Oleh karena itu mengetahui keutamaannya (fadhilah) adalah sebuah keniscayaan.
Fadhilah Bulan Dzulhijjah
Pertama: Bulan Disempurnakannya Islam
Keutamaan bulan Dzulhijjah yang paling utama adalah bahwa Islam disempurnakan oleh Allah Ta’ala pada bulan ini, sebagaimana firmanNya:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kalian agama kalian, dan telah Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian, dan Aku telah meridhai Islam itu agama bagi kalian.” (Qs. Al Maidah: 3)
Para ulama sepakat bahwa ayat itu turun di bulan Dzulhijjah saat haji wada’di hari Arafah. Hal ini berdasarkan atsar dari Umar bin Al Khaththaab radhiyallaahi ‘anhu, bahwasanya seorang rahib Yahudi berkata kepada Umar, “Wahai Amiirul Mu’miniin, tahukah engkau satu ayat dalam kitab suci kalian yang kalian baca, yang jika seandainya ayat itu turun kepada kami maka kami akan jadikan hari turunnya ayat tersebut sebagai hari raya.” Umar berkata, “Ayat apakah itu?” Yahudi itu membacakan ayat tersebut, “Al yauma akmaltu lakum….” Umar pun berkata, “Sungguh kami telah mengetahui di mana dan kapan ayat itu turun. Ayat itu turun pada saat Nabi sedang berada di padang Arafah di hari Jum’at. HR. Al Bukhari.
Kedua: Amalan pada Dzulhijjah adalah Amalan yang Dicintai Allah Ta’ala
Fadhilah atau keutamaan berikutnya dari bulan Dzulhijjah adalah hari-hari yang dicintai oleh Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ ». يَعْنِى أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ « وَلاَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَىْءٍ ».
Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. HR. Bukhari, Abu Daud dan Thirmidzi.
Makna amalan yang dicintai pada hari-hari tersebut sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Rajab Al Hanbaly:
وإذا كان أحب إلى الله فهو أفضل عنده
Apabila sesuatu itu lebih dicintai oleh Allah, maka sesuatu tersebut lebih afdhal di sisi-Nya.
Salah satu dari keutamaannya adalah dilipatgandakannya pahala pada hari-hari ini, sebagaimana atsar dari Ibnu Abbas serta riwayat dari Mujahid yang mengatakan, “Amalan di sepuluh hari pada awal bulan Dzulhijah akan dilipatgandakan”. Beberapa ulama mengatakan bilangan keliapatan dari 365, 1000 hingga 10.000 hari, namun riwayatnya lemah.
Amal Fadilah di Awal Dzulhijah
Pertama: Shaum (Puasa) di awal bulan termasuk 9 Dzulhijjah
Salah satu amalan utama yang dapat dilakukan adalah berpuasa dari mulai tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah, sebagaimana riwayat dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, beberapa istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan,
عَنْ بَعْضِ أَزْوَاجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ تِسْعَ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَالْخَمِيسَ.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …” HR. Abu Dawud.
Beberapa sahabat yang melaksanakan puasa selama sembilan hari awal Dzulhijah adalah Ibnu ‘Umar. Ulama lain seperti Al Hasan Al Bashri, Ibnu Sirin dan Qotadah juga menyebutkan keutamaan berpuasa pada hari-hari tersebut.
Mengenai berpuasa di tanggal 9 Dzulhijjah maka Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ، أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ، وَ السَّنَةَ الَّتِيْ بَعْدَهُ
Puasa pada hari ‘Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapuskan (dengannya) dosa-dosa pada tahun lalu dan tahun yang akan datang. HR. Muslim.
Riwayat lainnya menyebutkan:
صوم عاشوراء يكفر السنة الماضية وصوم عرفة يكفر السنتين الماضية والمستقبلة (رواه النسائي)
Puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu, dan puasa Arafah itu dapat menghapuskan dosa selama dua tahun, setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. HR. An Nasaa’i.
Allah melipatgandakan penghapusan dosa dalam puasa Arafah dua kali lipat lebih besar daripada puasa Asyura. Maka hendaknya kita dapat melaksanakan puasa di tanggal 9 Duzlhijjah serta secara umum sepuluh hari di awal Dzulhijjah ini.
Kedua: Takbir, Dzikir dan Membaca AL-Qur’an.
Bentuk amal sholeh lainnya yang dapat dilakukan adalah bertakbir (Allahu Akbar), bertahlil (La Ilaha Illallah), bertasbih (Subhaanalllah), bertahmid (Alhamdulillah), beristighfar (Astagahfirullah), dan memperbanyak dzikir serta do’a. Disunnahkan untuk mengangkat (mengeraskan) suara ketika bertakbir di pasar, jalan-jalan, masjid dan tempat-tempat lainnya. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Ta’ala:
لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ
Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan… QS. . Al Hajj: 28.
Ibnu ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhuma menafsirkan ayat ini dengan berkata, “Hari-hari yang telah ditentukan adalah 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.” Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد
Maka perbanyaklah di hari-hari tersebut dengan tahlil, takbir, dan tahmid. HR. Ahmad.
Imam Bukhari rahimahullah menyebutkan,
وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِى أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ أَيَّامُ الْعَشْرِ ، وَالأَيَّامُ الْمَعْدُودَاتُ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ . وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ وَأَبُو هُرَيْرَةَ يَخْرُجَانِ إِلَى السُّوقِ فِى أَيَّامِ الْعَشْرِ يُكَبِّرَانِ ، وَيُكَبِّرُ النَّاسُ بِتَكْبِيرِهِمَا . وَكَبَّرَ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِىٍّ خَلْفَ النَّافِلَةِ .
Ibnu ‘Abbas berkata, “Berdzikirlah kalian pada Allah di hari-hari yang ditentukan yaitu 10 hari pertama Dzulhijah dan juga pada hari-hari tasyriq.” Ibnu ‘Umar dan Abu Hurairah pernah keluar ke pasar pada sepuluh hari pertama Dzulhijah, lalu mereka bertakbir, lantas manusia pun ikut bertakbir. Muhammad bin ‘Ali pun bertakbir setelah shalat sunnah. HR. Bukhari.
Selain dzikir tersebut, maka bentuk dzikir yang utama adalah dengan membaca Al-Qur’an, sebagaimana Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
القرآن أفضل الذكر
Al Qur’an adalah sebaik-baik dzikir.” (HR. Ibnu Khuzaimah, Shahih)
Ketiga: Menunaikan Haji dan Umroh
Amalan yang utama pada bulan Dzulhijah adalah menunaikan haji ke Baitullah, sebagaimana firmanNya:
الحج أشهر معلومات
Haji itu pada bulan-bulan yang tertentu. QS. Al Baqarah: 197.
Para ulama sepakat bahwa syariah haji hanya ada di bulan Dzulhijjah, karena padanya ada syariat untuk wukuf di Arafah. Riwayat yang shahih menyebutkan bahwa “Haji itu adalah Arafah”, maknanya bahwa inti dari haji adalah wukuf di Arafah. Nabi Shalallahu Alaohi Wassalam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ
Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arofah (yaitu untuk orang yang berada di Arofah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?. HR. Muslim.
Riwayat yang lainnya menyebutkan dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
خَيْرُ الدُّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ
Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arofah. HR. Thirmidzi.
Maknanya bahwa doa yang dipanjatkan pada 09 Dzulhijjah di Arafah akan dikabulkan oleh Allah Ta’ala. Sehingga ini menjadi keutamaan bagi orang-orang yang melaksanakan haji pada Dzulhijjah, yaitu wukuf di Arafah dan berdoa di sana.
Keempat: Berqurban
Amalan yang hanya ada di bulan Dzulhijjah adalah menyembelih hewan sebagai bentuk amalan untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala, sehingga dikenal dengan berkurban. Dasarnya adalah firman Allah Ta’ala:
فصل لربك وانحر
Maka shalatlah kamu untuk Tuhanmu dan berkurbanlah! QS. Al Kautsar: 2.
Ayat ini dikuatoleh hadits dari Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, di mana beliau bersabda:
من صلى صلاتنا، ونسك نسكنا، فقد أصاب النسك. ومن نسك قبل الصلاة فلا نسك له
Barangsiapa yang shalat seperti kita shalat, dan berkurban seperti kita berkurban, maka sungguh dia telah mengerjakan kurban dengan benar. HR. Bukhari
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat yang shahih melakukan ibadah kurban, di mana beliau:
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما
Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu. HR. Bukhari dan Muslim.
Kurban adalah bentuk amalan yang merupakan warisan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang telah mengorbankan sesuatu yang sangat berharga dalam rangka ketaatan kepadaNya. Oleh karena itu sebagai seorang muslim maka syariah ini harus terus kita laksanakan sebagai wujud taqarab ilallah.
Bagi yang akan berkurban maka dilarang mencabut atau memotong rambut dan kuku bagi orang yang hendak berkurban. Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره
“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya“. Dalam riwayat lain disebutkan:
فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي
“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban“. Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.
وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه
“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. Al-Baqarah/2 : 196.
Kelima: Bertaubat
Termasuk yang ditekankan pula di awal Dzulhijah adalah bertaubat dari berbagai dosa dan maksiat serta meninggalkan tindak zholim terhadap sesama. Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ يَغَارُ ، وَإِنَّ الْمُؤْمِنَ يَغَارُ ، وَغَيْرَةُ اللَّهِ أَنْ يَأْتِيَ الْمُؤْمِنُ مَا حَرَّمَ عَلَيْهِ
Sesungguhnya Allah itu cemburu, seorang mukimin juga cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya. HR. Bukhari dan Muslim.
Maka hendaknya bagi kita di hari-hari yang penuh barakah ini senantiasa untuk terus memperbaiki diri, bertaubat kepadaNya dan kembali ke jalanNya.
Selain amalan-amalan tersebut maka, shalat Idhul Adha menjadi amalan yang disyariatkan untuk dilaksanakan oleh semua umat Islam. Demikian pula melakukan segala bentuk amal sholeh pada hari-hari ini sangat dianjurkan karena memiliki keutamaan yang sangat banyak.
Dzulhijjah dalam Bayang-bayang Wabah
Dzulhijjah tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kita masih berada dalam bayang-bayang wabah Covid-19. Sebagai sebuah wabah maka kita patut berdoa agar ianya segera berakhir, sebagai fitnah kita selalu berlindung dari segala keburukannya dan sebagai seorang mukmin kita patut mencari hikmah dari wabah ini.
Maka di tengah-tengah wabah ini, marilah bersama kita untuk terus selalu berbuat kebajikan, melakukan amalan kebaikan yang menjadi tabungan di masa hadapan. Teruslah beramal sholeh, Jangan pernah bosan untuk berbuat kebaikan, jangan pernah lelah ibadah di jalan Allah dan jangan pernah menyerah hingga akhir hayyah.
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan hidayah dan inayahNya kepada kita semua sehingga kita akan mampu melewati wabah ini, kita mampu untuk mengisi hari-hari yang penuh dengan keutamaan ini dan bila sudah masanya kita kembali kepadaNya dengan hati yang saliim. Aamiin Ya Rabbal Alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...