Kamis, 30 Juli 2020

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air.... Jangan mudah diadu domba!!!

Oleh: Abdurrahman Misno

 


Pandemi Covid-19 ternyata belum mampu menyadarkan bangsa ini dari berbagai perpecahan yang terjadi. Perseteruan antar anak negeri masih terus terjadi, baik di alam nyata ataupun di alam maya. Media sosial sebagai realitas di alam maya justru menghadirkan perseteruan yang sangat tajam antar berbagai golongan. Hingga perkataan dan tulisan kotor penuh hujatan muncul dari lisan-lisan anak negeri ini...

 

Tulisan ini terinspirasi dari salah satu group Whattapps yang beranggotakan berbagai suku dan agama. Group ini memeng lebih bebas karena seolah-olah tidak ada aturan baku dalam mempostingnya, hingga perseteruan dan saling hujat terjadi setiap hari. Tentu saja perseteruan yang terjadi khususnya dalam bidang politik yang merupakan sisa-sisa dari Pilpres 2018 lalu atau permusuhan laten sejak negeri ini mulai berdiri. Ya... perseteruan itu belum selesai, dan mungkin memang tidak akan pernah selesai selama kita masih mudah diadu domba.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Munculnya istilah Cebong dan Kampret plus Kadrun adalah fenomena dari masyarakat yang mudah sekali diadu domba. Satu pihak curiga dengan pihak lainnya, padahal belum tentu kebenarannya. Pihak pertama menyatakan bahwa pihak kedua akan mendirikan khilafah Islam, akan menggantikan Pancasila dan UUD 1945 dengan syariah Islam. Sementara pihak kedua menuduh bahwa pihak pertama adalah kelompok komunis, liberalis yang justru ingin mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Perseteruan ini tentu saja tidak bisa dibiarkan, tidak bisa disepelekan dan bukan hanya bualan... mereka semua adalah anak negeri.

Perseteruan ini memang memiliki akar sejarah yang panjang, sejak awal negeri ini berdiri hingga saat ini. Banyak pihak yang menginginkan kita semua terpecah-belah hingga Indonesia hanya tingga sejarah...

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Baik kelompok pertama ataupun kelompok kedua sama-sama terprovokasi dengan stigma yang muncul entah dari mana. Stigma negatif yang menempel di masing-masing kelompok ini kemudian dilihat secara hitam putih dan penuh dengan kecurigaan. Apakah ini hanya fenomena di akar rumput? Atau ia juga berlaku di kalangan elit politik? Atau merupakan penyakit akut yang ada pada seluruh anak negeri? Politik kolonial dengan sistem belah bambu-nya memang saat ini tengah terjadi. Pertanyaannya kenapa kita masih mau jadi domba-domba yang diadu?  Sudah hampir 100 tahun kita merdeka, sudah selayaknya untuk berfikir, bertindak dan merespon segala sesuatu dengan bijak.

Penjajahan memang sudah berlalu, tapi mental bengsa terjajah masih ada sisa-sisanya. Lihatlah mereka yang hanya mencari kekuasaan saja, mendapatkan keuntungan di balik berbagai kesengsaraan masyarakat. Kita semua tidak bisa tinggal diam, lakukan sesuatu tapi harus dengan ilmu. Jika dulu kita diadu domba oleh pemerintah kolonial, maka relakah kita jika saat ini kita diadu domba oleh orang-orang yang hanya ingin mendapatkan kekuasaan? Tentu jawabannya tidak.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Perseteruan ini tidak akan pernah berakhir, jika kita masih saja ego dengan diri kita. Terlalu bangga dengan kelompok kita dan dengan mudah menyalahkan kelompok lainnya. Kita sama-sama cinta negeri ini, kita sama-sama sayang Indonesia ini tapi kenapa dengan mudah kita terprovokasi oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ya... mereka akan senang, bergembira dan bertepuk tangan ketika anak negeri ini saling hujat, saling serang, saling bermusuhan yang mengakibatkan bangsa besar ini akan tumbang secara perlahan.

Cobalah berfikir lebih dewasa, lebih bijak, lebih Indonesia yang ramah dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak manapun. Mari duduk bersama, membincangkan Indonesia kita. Jangan ada dendam di antara kita, jangan ada dusta di dalam jiwa karena hanya dengan itu Indonesia akan berjaya. Hilangkan semua syak wa sangka karena itu hanya akan membuat kita semakin curiga dengan saudara se-Indonesia.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, namun kebesarannya harus diperjuangkan. Setiap anak negeri menginginkan negeri ini kembali berseri, meraih mimpi dan memberi kontribusi untuk dunia ini. setiap kita menginginkan hidup damai di negeri ini, kecurigaan dan saling hujat hanya menyisakan kesengsaraan dan sejarah kelam bagi generasi nanti. Semua komponen bangsa ini menginginkan agar seluruh masyarakat dapat hidup dengan tenang, beribadah dengan tenang dan bersama dalam kebinekaan.

Kecuali mereka para pengkhianat bangsa yang menjual bangsanya hanya untuk kepentingan dunia. Mereka senang anak negeri ini saling terprovokasi hingga darah mengalir oleh saudara sesama negeri. Orang-orang seperti ini tidak layak tinggal di negeri ini, mereka yang menjadikan rakyat semakin sengsara. Maka, kita harus berlindung dari kelompok-kelompok yang memang sudah tergadai nasionalismenya hingga mengorbankan bangsanya sendiri untuk kepentingan pribadi.

 

Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....

Semoga Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa selalu menjaga Indonesia ini dari orang-orang yang tidak suka bangsa ini menjadi bangsa besar. Kita juga harus terus berupaya, eratkan persaudaran antar anak bangsa. Toleransi tanpa mengorbankan ideologi dan agama, lebih cerdas dalam menyikapi segala fenomena, jauhkan curiga dengan saudara kita. Inshaallah keberkahan akan ada di persada Indonesia tercinta... Aameen... 30 Juli 2020.

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...