Oleh: Abdurrahman Misno
Pandemi Covid-19 ternyata belum mampu menyadarkan bangsa ini
dari berbagai perpecahan yang terjadi. Perseteruan antar anak negeri masih
terus terjadi, baik di alam nyata ataupun di alam maya. Media sosial sebagai
realitas di alam maya justru menghadirkan perseteruan yang sangat tajam antar
berbagai golongan. Hingga perkataan dan tulisan kotor penuh hujatan muncul dari
lisan-lisan anak negeri ini...
Tulisan ini terinspirasi dari salah satu group Whattapps
yang beranggotakan berbagai suku dan agama. Group ini memeng lebih bebas karena
seolah-olah tidak ada aturan baku dalam mempostingnya, hingga perseteruan dan
saling hujat terjadi setiap hari. Tentu saja perseteruan yang terjadi khususnya
dalam bidang politik yang merupakan sisa-sisa dari Pilpres 2018 lalu atau
permusuhan laten sejak negeri ini mulai berdiri. Ya... perseteruan itu belum
selesai, dan mungkin memang tidak akan pernah selesai selama kita masih mudah
diadu domba.
Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah
Air....
Munculnya istilah Cebong dan Kampret plus Kadrun adalah
fenomena dari masyarakat yang mudah sekali diadu domba. Satu pihak curiga
dengan pihak lainnya, padahal belum tentu kebenarannya. Pihak pertama
menyatakan bahwa pihak kedua akan mendirikan khilafah Islam, akan menggantikan
Pancasila dan UUD 1945 dengan syariah Islam. Sementara pihak kedua menuduh
bahwa pihak pertama adalah kelompok komunis, liberalis yang justru ingin
mengganti Pancasila dengan ideologi komunis. Perseteruan ini tentu saja tidak
bisa dibiarkan, tidak bisa disepelekan dan bukan hanya bualan... mereka semua
adalah anak negeri.
Perseteruan ini memang memiliki akar sejarah yang panjang,
sejak awal negeri ini berdiri hingga saat ini. Banyak pihak yang menginginkan
kita semua terpecah-belah hingga Indonesia hanya tingga sejarah...
Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah
Air....
Baik kelompok pertama ataupun kelompok kedua sama-sama
terprovokasi dengan stigma yang muncul entah dari mana. Stigma negatif yang
menempel di masing-masing kelompok ini kemudian dilihat secara hitam putih dan
penuh dengan kecurigaan. Apakah ini hanya fenomena di akar rumput? Atau ia juga
berlaku di kalangan elit politik? Atau merupakan penyakit akut yang ada pada
seluruh anak negeri? Politik kolonial dengan sistem belah bambu-nya memang saat
ini tengah terjadi. Pertanyaannya kenapa kita masih mau jadi domba-domba yang
diadu? Sudah hampir 100 tahun kita
merdeka, sudah selayaknya untuk berfikir, bertindak dan merespon segala sesuatu
dengan bijak.
Penjajahan memang sudah berlalu, tapi mental bengsa terjajah
masih ada sisa-sisanya. Lihatlah mereka yang hanya mencari kekuasaan saja,
mendapatkan keuntungan di balik berbagai kesengsaraan masyarakat. Kita semua
tidak bisa tinggal diam, lakukan sesuatu tapi harus dengan ilmu. Jika dulu kita
diadu domba oleh pemerintah kolonial, maka relakah kita jika saat ini kita
diadu domba oleh orang-orang yang hanya ingin mendapatkan kekuasaan? Tentu
jawabannya tidak.
Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....
Perseteruan ini tidak akan pernah berakhir, jika kita masih
saja ego dengan diri kita. Terlalu bangga dengan kelompok kita dan dengan mudah
menyalahkan kelompok lainnya. Kita sama-sama cinta negeri ini, kita sama-sama
sayang Indonesia ini tapi kenapa dengan mudah kita terprovokasi oleh
orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Ya... mereka akan senang, bergembira
dan bertepuk tangan ketika anak negeri ini saling hujat, saling serang, saling
bermusuhan yang mengakibatkan bangsa besar ini akan tumbang secara perlahan.
Cobalah berfikir lebih dewasa, lebih bijak, lebih Indonesia
yang ramah dan tidak mudah terprovokasi oleh pihak-pihak manapun. Mari duduk
bersama, membincangkan Indonesia kita. Jangan ada dendam di antara kita, jangan
ada dusta di dalam jiwa karena hanya dengan itu Indonesia akan berjaya.
Hilangkan semua syak wa sangka karena itu hanya akan membuat kita semakin
curiga dengan saudara se-Indonesia.
Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, namun
kebesarannya harus diperjuangkan. Setiap anak negeri menginginkan negeri ini
kembali berseri, meraih mimpi dan memberi kontribusi untuk dunia ini. setiap
kita menginginkan hidup damai di negeri ini, kecurigaan dan saling hujat hanya
menyisakan kesengsaraan dan sejarah kelam bagi generasi nanti. Semua komponen
bangsa ini menginginkan agar seluruh masyarakat dapat hidup dengan tenang,
beribadah dengan tenang dan bersama dalam kebinekaan.
Kecuali mereka para pengkhianat bangsa yang menjual
bangsanya hanya untuk kepentingan dunia. Mereka senang anak negeri ini saling
terprovokasi hingga darah mengalir oleh saudara sesama negeri. Orang-orang
seperti ini tidak layak tinggal di negeri ini, mereka yang menjadikan rakyat
semakin sengsara. Maka, kita harus berlindung dari kelompok-kelompok yang
memang sudah tergadai nasionalismenya hingga mengorbankan bangsanya sendiri
untuk kepentingan pribadi.
Saudara-saudara Se-bangsa dan Se-tanah Air....
Semoga Allah Ta’ala, Tuhan Yang Maha Esa selalu menjaga
Indonesia ini dari orang-orang yang tidak suka bangsa ini menjadi bangsa besar.
Kita juga harus terus berupaya, eratkan persaudaran antar anak bangsa.
Toleransi tanpa mengorbankan ideologi dan agama, lebih cerdas dalam menyikapi
segala fenomena, jauhkan curiga dengan saudara kita. Inshaallah keberkahan akan
ada di persada Indonesia tercinta... Aameen... 30 Juli 2020.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...