Oleh: Abd Misno Mohd Djahri
Alhamdulillah, syukur kepada Allah Ta’ala adalah sebuah keniscayaan. Ia menjadi salah satu dari tanda-tanda keimanan seseorang, syukur yang diawali dengan keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan dan amal dengan anggota badan. Tentu saja syukur yang paling utama adalah atas nikmat Iman, Islam dan Ikhsan. Alhamdulilla wa syukru lillah.
Shalawat dan salaam mudah-mudahan
senantiasa tercurahkan kepada junjungan alam, habibana wa sayyidana Muhammad
Shalallahu alaihi wassalam, kepada seluruh ahli baitnya, para
shahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejak sunnahnya hingga akhir
zaman, Allahumma shalli wa sallim wa baarik ala rasulillah.
زُيِّنَ
لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ
الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ
وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ
الْمَآبِ
Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan
di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). QS. Ali Imran: 14.
Dunia memang indah adanya,
pesonanya membuat manusia lupa bahwa ada alam nyata setelahnya. Kebanyakan
manusia terlena dengan dunia: sibuk dengan keluarga, pekerjaan, sanak saudara
hingga urusan dunia telah melalaikan dari ibadah kepadaNya. Memang dunia ini
begitu memesona, hingga Rasul kita pernah bersabda:
يَا حَكِيمُ إِنَّ هَذَا الْمَالَ خَضِرَةٌ حُلْوَةٌ ، فَمَنْ
أَخَذَهُ بِسَخَاوَةِ نَفْسٍ بُورِكَ لَهُ فِيهِ ، وَمَنْ أَخَذَهُ بِإِشْرَافِ
نَفْسٍ لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ كَالَّذِى يَأْكُلُ وَلاَ يَشْبَعُ ، الْيَدُ
الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنَ الْيَدِ السُّفْلَى
“Wahai Hakim, sesungguhnya harta itu hijau
lagi manis. Barangsiapa yang mencarinya untuk kedermawanan dirinya (tidak tamak
dan tidak mengemis), maka harta itu akan memberkahinya. Namun barangsiapa yang
mencarinya untuk keserakahan, maka harta itu tidak akan memberkahinya, seperti
orang yang makan namun tidak kenyang. Tangan yang di atas lebih baik daripada
tangan yang di bawah” (HR. Bukhari no. 1472 dan Muslim no. 1035).
Riwayat lainnya menyebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ
مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا
الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ
كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Dari Abu Sa'īd al-Khudri -raḍiyallāhu
'anhu- dari Nabi -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam-, beliau bersabda,
"Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Allah -'Azza wa
Jalla- menjadikan kalian khalifah untuk mengelola apa yang ada di dalamnya,
lalu Dia melihat bagaimana kalian berbuat. Oleh karena itu, berhati-hatilah
kalian terhadap dunia dan berhati-hatilah terhadap wanita, karena sesungguhnya
fitnah pertama terjadi pada Bani Israel adalah karena wanita!" HR. Muslim
Pesona dunia terkadang membawa
manusia pada tujuan lain hadirnya ia di dunia: hanya bersenang-senang saja
seolah-olah akan hidup untuk selamanya. Padahal tidaklah kita hadir di dunia
kecuali untuk beribadah kepadaNya, sebagaimana firmanNya:
وَمَا
خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ
Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. QS. Adz-Dzariat: 56.
العبادة اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ :
مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ وَالظَّاهِرَةِ
Ibadah adalah
satu kata yang mencakup segala hal yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik
itu perkataan maupun perbuatan, perkara batin maupun zahir. (Majmu’ Fatawa:
10/49).
Maka, segala aktifitas yang kita
lakukan haruslah tertuju hanya kepadaNya. Ianya bukan berarti meninggalkan
dunia, bahkan Allah Ta’ala mengingatkan kepada kita dalam firmanNya:
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ
إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan. QS. Al-Qashass: 77.
Ayat ini mengajarkan kepada kita
mengenai bolehnya kita mengambil bagian kita dunia, boleh kaya raya tapi ingat
ada hak dari mereka yang miskin papa. Boleh menguasai dunia, tapi jadikan
sebagai wasilah untuk mendapatkan ridha dari Dzat Yang Maha Rahmah.
Taqwa yang selalu diwasiatkan oleh
para khatib setiap Jumat, adalah bekalan dalam menghadapi dunia. Karena dengan
taqwa seseorang akan mampu untuk menahan hawa dunianya. Ia tidak akan lupa
daratan, walaupun ia di tengah lautan tak bertepian. Ia juga tidak akan hanyut
walaupun digulung oleh gelombang laksana selimut, dengan takwa seseorang akan
selamat dari hawa dunia.
Allah Ta’ala memberikan pedoman
kepada kita dalam firmanNya:
اعْلَمُوا
أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ
وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ
الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan
dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan
bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian
tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi
hancur. Dan di ahirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allâh serta
keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
palsu. QS. al-Hadîd/57:20.
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman
:
بَلْ
تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ﴿١٦﴾ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
Tetapi kamu (orang-orang kafir)
memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih
kekal. [al-A’la/87:16-17].
Rasulullah Shalallahu AlaihI
Wassalam bersabda:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ
الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ
كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا
النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ
Dari Abu Sa’id al-Khudri
Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda,
“Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau, dan sesungguhnya Allâh menjadikan
kamu sebagai khalifah di dunia ini, lalu Dia akan melihat bagaimana kamu
berbuat. Maka jagalah dirimu dari (keburukan) dunia, dan jagalah dirimu dari
(keburukan) wanita, karena sesungguhnya penyimpangan pertama kali pada Bani
Isrâil terjadi berkaitan dengan wanita. HR Muslim, no. 2742.
Maka, bertaqwalah dengan dunia,
jaga diri dari keburukan dunia yang melalaikan hadapi semua dengan ketakwaan
karena hanya dengannya kehidupan kita akan bahagia di dunia dan di akhirat
sana.
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ
السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا
يَكْسِبُونَ
Jika sekiranya penduduk
negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada
mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami)
itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. QS. Al-‘Araf: 96.
Hanya dengan takwa seseorang akan
mampu untuk menghadapi seluruh pesona dunia, hawanya akan tunduk terhadap
syariatNya ketika takwa menjadi bekalan utama. Maka, bertaqwalah dengan
sebenar-benarnya...
Akhirnya mari kita berdo’a
sebagaimana yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:
اللَّهُمَّ
إنِّي أَسألُكَ الهُدَى ، وَالتُّقَى ، وَالعَفَافَ ، وَالغِنَى
Ya Allâh; sungguh aku meminta
kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, ‘iffah (terjaga dari hal-hal yang buruk) dan
kecukupan (merasa cukup dan tidak mengharap apa yang ada pada manusia). HR.
Muslim.