Oleh Abu Aisyah
Kehidupan ini memang terus berputar, semua berjalan seiring nafas-nafas kehidupan. Manusia juga terus terbawa oleh apa yang disebut dengan zaman, walaupun semuanya jelas atas kehendak Ar-Rahman. Perjalanan zaman sering sekali kita lupakan. Tidak terasa seseorang yang dahulunya muda belia kini telah menjadi tua Bangka. Seseorang yang dulu anak-anak kini telah memiliki anak. Dan itu terjadi di sekitar kita, tanpa tera oleh kita.
Sebagai bagian dari manusia, saya juga terkadang tidak merasakan hal itu, umur yang mendekati kepala empat, seringkali tidak terasa. Saya merasa bahwa saya maih menjadi seorang anak belia, apalagi jika berada di sekitar keluarga di kampung misalnya. Semuanya menjadi berbeda ketika salah satu dari anggota keluarga kita telah mengalami usia lanjut usia. Paman saya dan uwa di rumah kini benar-benar telah renta, bahkan keduanya mengalami sakit struk yang mengakibatkan keduanya tidak bisa berbuat apa-apa. Hal inilah yang mengakibatkan saya teradar bahwa ternyata dunia terus berputar. Mereka yang dulu begitu perkasa bekerja, kini telah lanjut usia dan ketika usia telah lanjut maka tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengharap kasih sayang dari keturunannya.
Demikian pula yang terjadi dengan mertua saya, dulu sewaktu pertama kali bertemu, beliau masih muda dan kuat bekerja di dua perusahaan Negara sekaligus, namun kini usianya telah membawa kepada manuia tua renta. Jangankan untuk bekerja, untuk mandi dan pergi ke kamar mandipun harus dibantu berjalannya. Bisa jadi ini belum seberapa, beberapa hari ke depan dipastikan beliau tidak akan bisa lagi melakukannya. Sehingga untuk membuang hajatpun hanya bisa di tempat tidurnya. Sungguh siklus kehidupan yang telah ditulis dalam takdirNya.
Banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil dari peritiwa ini, dari mulai kewajiban kita menyiapkan amal selagi kita masih mampu melaksanakannya, hingga jangan bangga dengan umur yang panjang, apalagi ucapan dalam hari ulang tahun “Semoga Panjang Umurnya”. Sungguh ucapan dan do’a yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasul yang mulia.
Panjang umur bukanlah tujuan kita, keberkahan dan kemuliaan dalam umur kita itulah yang lebih utama. Jika melihat paman, uwa dan mertua saya melihat bahwa panjang umur juga menjadi fitnah/cobaan bagi kita dan juga orang-orang di sekitarnya. Nabi sendiri berlindung dari panjang umur yang tidak ada manfaatnya, karena itu kenapa kita haru mengharap panjang umur jika itu menjadi cobaan? Maka jangan lagi ucapkan “Semoga Panjang Umurnya………..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...