SIKAP ANTISOSIAL
SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI POLA ASUH ORANG TUA YANG SALAH DAN TATA CARA
PENANGANANNYA
Dindin
Ridwanudin
Program Studi
Pendidikan Guru MI
Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Email: dindin_ridwanudin@yahoo.com
ABSTRACT
Antisocial
behavior is one of social problems that can be occur in the early childhood
development. A major risk factor that encourage this behavior is parenting
style, in particular harsh and inconsistent parenting. The use of corporal
punishment by mean to make the children disciplin and obedient may increase
antisocial behavior among them. When antisocial be the children behavior and it
lets by parents and home environment, the destructive things may be happen by the
children as a consequence. Behavioral therapy and cognitive guidance is needed
to heal them again.
Kata Kunci:
Sikap Antisosial, Pola Asuh, Penangan Sikap Antisosial
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan
perkembangan fisik-psikis anak yang normal adalah dambaan seluruh orang tua.
Atas dasar keinginan dan cita-cita tersebut, orang tua melakukan berbagai hal
yang dapat memfasilitasi tumbuh kembang anak-anaknya. Mereka menyiapkan asupan
nutrisi yang memadai untuk makan anak-anaknya dan mengantarkannya ke lembaga-lembaga
pendidikan yang dianggap dapat mengembangkan potensi.Tidak sedikit dari orang
tua yang merasa senang ketika anak-anaknya dalam keseharian lebih banyak berada
di rumah daripada mereka bersosialisasi dengan lingkungan sekitar-nya. Ada juga
orang tua yang sengaja mengkondisikan dengan pemaksaan agar mereka tetap
tinggal di rumah. Kekhawatiran atas pergaulan yang bisa mempengaruhi atau
berdampaik negatif terhadap anak-anaknya menjadi salah satu alasannya.
Sayang sekali,
kebanyakan orang tua tidak menyadari jika setiap perlakuan yang terapkan kepada
anak-anaknya berpengaruh terhadap, utamanya, perkembangan psikologis mereka
pada masa yang akan datang. Dari mereka ada yang super protektif, sehingga pola
asuh mengarah kepada perilaku otoriter. Dengan alasan untuk mendidik, orang tua
dengan pola asuh otoriter ini, tidak
jarang melakukan hal seperti memukul
sebagai bentuk hukuman, menghardik, dan bahkan membentak anak yang melakukan
sesuatu yang dianggap perilaku negatif.
Orang tua yang
memperlakukan anak-anaknya dengan pola asuh otoriter, terbiasa memberikan
hukuman-hukuman fisik kepada anak-anaknya. Padahal, berdasarkan beberapa hasil
kajian, hukuman fisik cenderung mewariskan sikap yang kurang baik terhadap
aspek perkembangan sosial anak. Sikap sosial yang negatif tersebut antara lain
agresif, menentang, dan antisosial.
Dalam kesempatan
ini, penulis akan menggali lebih jauh tentang sikap antisosial yang diakibatkan
dari hukuman fisik yang orang tua biasa lakukan terhadap anak-anaknya sebagai
konsekwensi pelanggaran norma atau aturan-aturan. Kemudian, penulis akan
mencoba untuk menawarkan solusi untuk mengantisipasi dan menangani sikap
antisosial yang terjadi pada anak.
B. Rumusan Masalah
Agar memberikan
fokus terhadap kajian dalam makalah ini, maka disusunlah rumusan masalah.
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan sikap
antisosial (antisocial behavior)?
2. Apakah penyebab munculnya sikap
antisosial (antisocial behavior) pada anak?
3. Bagaimanakah menangani anak-anak yang
terlanjur memiliki sikap antisosial (antisocial behavior)?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Penulisan
makalah ini bertujuan untuk:
1. mengetahui dan memahami tentang sikap
antisosial (antisocial behavior).
2. mengetahui penyebab munculnya sikap
antisosial (antisocial behavior) pada anak.
3. mengetahui tata cara menangani
anak-anak yang memiliki sikap antisosial (antisocial behavior).
D. Analisis Permasalahan dan Pembahasan
1. Pengertian Sikap Antisosial (antisocial
behavior)
Antisosial
adalah cluster yang berhubungan dengan sikap, yang di dalamnya mencakup sikap
tidak patuh, agresif, amarah yang tidak terkontrol, berbohong, mencuri, dan
suka melakukan kekerasan (Patterson, 1982). Untuk anak-anak pada usia dini,
masih dianggap suatu yang bersifat normatif, tetapi dianggap demikian pada usia
perkembangan tertentu saja, tapi untuk anak usia remaja hal ini adalah indikasi
yang sangat kuat kepada masalah kesulitan penyeseuaian diri, yang dapat
mengarah anak pada perilaku kriminal, ketika ia menginjak dewasa (Kohlberg,
Ricks, & Snarey, 1984).
Antisosial
adalah suatu kondisi yang menunjukkan kurang kontrol emosi dan sifat personal
yang menunjukkan hal-hal seperti ceria semu dan perbuatan suka melakukan
kecurangan (Cleckley, 1988). Definisi dari anti sosial itu sangat luas, yang
mencakup perbuatan kriminal dan non-kriminal seperti berbuat gaduh, sikap
akresif, vandalisme, penggunaan obat-obat terlarang. Sementaran The Crime and
Disorder Act (1998) memberikan pengertian jika antisosial itu adalah perbuatan
yang dapat menyebabkan atau kira-kira bisa menyebabkan gangguan, suatu keadaan
yang dapat membahanyakan seseorang atau lebih banyak orang yang bukan
keluarganya.
Menurut Kathleen
Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara
umum disekitarnya. Secarasederhana, perilaku antisosial bisa digambarkan
sebagai `perilaku yang tidak diinginkan sebagai akibat dari gangguan
kepribadian dan merupakan lawan dari perilaku prososial.
Antisosial
terdiri dari kata anti dan sosial, anti yang berarti menentang atau memusuhi
dan sosial yang berarti berkenaan dengan masyarakat. Jadi, antisosial adalah
suatu sikap yang melawan kebiasaan masyarakat dan kepentingan umum. Sikap
antisosial memiliki definisi longgar, namun sebagian besar setuju dengan
ciri-ciri perilaku antisosial yang dikenal umum, seperti mabuk-mabukan di
tempat umum, vandalisme, mengebut di jalan raya, dan perilaku yang dianggap
menyimpang lainnya.
Secara
sederhana, perilaku antisosial bisa digambarkan sebagai “perilaku yang tidak
diinginkan sebagai akibat dari gangguan kepribadian dan merupakan lawan dari
perilaku prososial” (Lane 1987; Farrington 1995; Millon et al 1998). Menurut
Nevid dkk. (2005) gangguan perilaku antisosial adalah sebuah gangguan perilaku
yang ditandai oleh perilaku antisosial dan tidak bertanggungjawab serta
kurangnya penyesalan untuk kesalahan mereka. Sedangkan menurut Cleckley (1976)
orang dengan gangguan kepribadian antisosial (antisocial personality disorder)
secara persisten melakukan pelanggaran terhadap hak-hak orang lain dan sering
melanggar hukum. Mereka mengabaikan norma dan konvensi sosial, impulsif, serta
gagal dalam membina hubungan interpersonal dan pekerjaan. Meski demikian mereka
sering menunjukkan kharisma dalam penampilan luar mereka dan paling tidak
memiliki intelegensi rata-rata.
Menurut Kathleen
Stassen Berger, sikap antisosial adalah sikap dan perilaku yang tidak
mempertimbangkan penilaian dan keberadaan orang lain ataupun masyarakat secara
umum disekitarnya. Sikap dan tindakan antisosial terkadang mengakibatkan
kerugian bagi masyarakat luas karena si pelaku pada dasarnya tidak menyukai
keteraturan sosial seperti yang diharapkan oleh sebagian besar anggota
masyarakat.
a. Robert M.Z Lawang perilaku menyimpang
adalah tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu
system social dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang untuk
memperbaiki prilaku yang menyimpang tersebut.
b. James Vander Zanden perilaku menyimpang
adalah perilaku yang oleh sejumlah besar orang di anggap sebagai hal yang
tercela dan di luar batas toleransi.
c. Bruce J. Cohen perilaku menyimpang
adalah setiap perilakun yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan
kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat.
d. Paul B. Horton penyimpangan adalah
setiap perilaku yang di nyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma
kelompok atau masyarakat.
e. Soerjono Soekanto perilaku menyimpang
adalah penyimpangan terhadap kaidah-kaidah dan nilai-nilai dalam masyarakat.
f. Kartini Kartono penyimpngan merupakan
tingkahlaku yang menyimpang dari rakyat kebanyakan .
g. John J. Macionis perilaku menyimpang
adalah pelanggaran terhadap norma masyarakat.
2. Penyebab Munculnya Sikap Antisosial
(antisocial behavior)
Hukuman fisik
diprediksikan berpengaruh terhadap sikap antisosial anak di masa yang akan
datang. Sebagai respon terhadap pernyataan ini bahwa hukuman fisik pada
hakikatnya hal yang sangat berbahaya, (Gunnoe & Mariner, 1997, Larzelere,
2000).
Secara teoretis,
penelitian terhadap hubungan antara hukuman fisik dan sikap antisosial anak
harus dilihat sebagai bagian dari penelitian perkembangan yang fokusnya adalah
hubungan antara anak dan orang tua. (Gershoff, 2002). Perpektif yang sama
diutarakan oleh Vuchinich dan rekan-rekannya (1992) yang menyatakan bahwa orang
tua yang menerapkan disiplin keras, secara tidak disadari menggiring anak pada
sikap antisosial karena perilaku yang tidak layak ini dalam praktiknya orang
tua mengeksprersikannya dalam kemarahan.
Strassberg dan
rekan-rekannya (1994) mengamini pendapat di atas. Sejumlah peneliti sudah
melakukan pengujian hubungan antara hukuman fisik dan sikap antisosial yang
akan muncul pada diri anak di masa yang akan datang. Straus and Donnelly (2001)
menyatakan jika banyak orang tua yang menerapkan hukuman fisik sebagai usaha
untuk memenuhi keinginannya agar anak memiliki sikap yang baik. Bagaimana pun,
pengalaman empiris dari kajian Straus dan rekan-rekannya (Straus et al., 1997)
mengimplikasikan bahwa hukuman fisik akan mengakibatkan sikap yang justru
kebalikan dari apa yang dikehendaki oleh orang tua. Mereka menyimpulkan bahwa
alih-alih menanamkan sikap yang dikehendaki orang tua, hukuman fisik justru
mengajarkan anak bahwa kekerasan secara fisik adalah sesuatu yang sifatnya
normatif dan merupakan cara untuk menyelesaikan masalah.
Survey yang
dilakukan secara nasional kepada keluarga dan kerabat untuk menguji efek dari
hukuman fisik terhadap sikap antisosial anak dan ditemukan bahwa hukuman fisik
mempengaruhi peningkatan sikap antisosial pada beberapa etnis tetapi juga untuk
sebagian etnis lain justru dapat menurunkan sikap antisosial tersebut. Sebagai
contoh, Gunnoe and Mariner menemukan bahwa
“hubungan antara memukul pantat dan selanjutnya diikuti dengan sikap agresif
sangat negatif bagi anak-anak kulit hitam. Menurut mereka, hal ini menunjukan
jika memukul pantat bisa jadi menghalangi perilaku agresif di kalangan
anak-anak kulit hitam.
Sebaliknya,
McLeod and Shanahan (1993) justru tidak menemukan bukti tentang adanya hubungan
antara hukuman fisik dengan sikap antisosial anak ditinjau dari segi suku dan
ras. Eamon (2001), McLeod and Nonnemaker (2000), and Bradley and colleagues
(2001) menemukan bukti hubungan yang berbeda antara hukuman fisik dengan sikap
antisosial bedasarkan ras dan etnis. Sebagai contoh, dalam pengujian hubungan
antara hubukuman fisik yang dilakukan orang tua dan meningkatnya permasalahan
anak pada warga Amerika keturunan Afrika dan
keluarga Hispanik Eropa baik kepada mereka orang miskin maupun yang
tidak, Bradly dan rekan-rekannya menemukan jika hukuman pukul pantat memiliki
hubungan yang sangat kuat terhadap masalah-masalah sikap pada warga Eropa
Amerika dan justru memiliki hubungan yang lemah pada warga negara keturunan
Afrika Amerika. Tetapi, bagaimana pun yang namanya hukuman fisik selalu
diasosiasikan dengan peningkatan pada masalah anak.
Rhee and Waldman
melakukan kajian meta-analisis tentang sikap genetis dari antisosial dan dari
kajian ini menunjukkan jika 41% variance dari sikap antisosial ini disebabkan
oleh faktor genetis, sekitar 16% disebabkan oleh faktor lingkungan, dan sekitar
43% oleh faktor lainnya. Perkiraaan dari penelitian ini berdasarkan kepada temua
dari 51 kajian yang jumlah sampelnya variatif dari yang paling sedikit (kurang
dari seratus partisipan) sampai dengan kajian yang menggunakan sampel yang
banyak (ribuan partisipan), dengan menggunakan metode penelitian yang beragam
untuk bisa mengungkapkan fakta bahwa keturunan dan lingkungan mempengaruhi
sikap antisosial. Faktanya, temuan yang paling mendasar adalah bahwa sikap
antisosial dipengaruhi oleh keturunan.
Hasil penelitian
lain menunjukkan bahwa ditemukan kurang dari satu persen dari varian dalam
sikap antisosial hakikatnya dipengaruhi daerah sekitar. Sedangkan variabel
lainnya (tetangga yang merugikan, konsentrasi atau pusat-pusat imigrasi, dan
perpindahan penduduk) dan variabel individu serta keluarga, menunjukkan bahwa
prediktor yang paling kuat dari munculnya sikap antisosial adalah proses pola
asuh orang tua, sekolah yang miskin performa, dan sikap agresif di masa
kanak-kanak. Hasil kajian menyarankan agar ada kegiatan yang dapat memberikan
pembimbingan dalam hal praktik bimbingan orang tua, yang didalamnya termasuk
meningkatkan kemampuan berkomunikasi, melakukan supervisi dan monitoring
terhadap anak keduanya hal tersebut adalh cara untuk menanggunlangi sikap
antisosial pada diri anak (Tara Renae Mc Gee, et. al. 2011)
Hasil kajian
lainnnya menunujukkan juga faktor keluarga mempunyai hubungan terhadap sikap
antisosial. Faktor-faktor tersebut antara lain: jumlah lahiran, usia ibu
melahirkan, kualitas ubungan perkawinan, ibu yang mengonsumsi alkohol, ibu yang
perokok, pola asuh orang tua, lamanya waktu koneksi dengan ibu, jumlah
pertemuan anak dengan orang-orang selain keluarga, dan gaya komunikasi
keluarga. (Barnes & Olsen 1982; Olsen et al. 1982).
Faktor-faktor
lain yang berhubungan dengan sikap antisosial, yang meliputi:
a. Anak agresif
b. Performa sekolah
c. Tetangga yang kurang baik
d. Pusat-pusat imigrasi
e. Mobilitas penduduk
Para dokter
anak, psikolog, dan sosiolog juga mengindikasikan jika karakteristik pola asuh
orang tua yang tidak baik dengan melakukan kekerasan, penerapan disiplin yang
tidak konsisten, dengan sangat jelas
memiliki pengaruh terhadap sikap antisosial. Stress dan depresi serta
kekerasan pasangan (kekerasan dalam rumah tangga) adalah hal yang paling
dominan yang berefek negatif dan selalu diasosiasikan kepada munculnya sikap
antisosial.
Karakteristik
anak yang sering gelisah dikombinasikan dengan kurangnya kemampuan untuk
berkonsentrasi juga memiliki pengaruh terhadap munculnya sikap antisosial. Pola
sikap seperti ini pada hakikatnya diintervensi oleh gaya pengasuhan orang tua.
Hasil kajian
lain menunjukkan bahwa masalah antisosial 5 sampai 10 persen terjadi di
negara-negara berkembang di barat, dan masalah antisosial tersebut dihubungkan
dengan tindak kriminalisasi, penggunaan obat terlarang dan alkohol,
pengangguran, kesehatan yang kurang baik, dan masalah mental (Cohen, 1998;
Moffit, et al., 2002; Odgers, et al., 2007).
Faktor pola asih
orang tua adalah faktor yang paling domanan terhadap terjadinya sikap
antisosial pada anak yang disebabkan oleh perilaku kekerasan orang tua dan pola
asuh yang tidak konsisten (Scott, 2008; Finzi-Dottan, Bilu, & Golubchik,
2011; Dadds, 1995). Faktor lainnya adalah penggunaan obat terlarang oleh orang
tua, ibu yang depresi, kemiskinan, orang tua dengan pendidikan yang rendah,
keluarga yang stress, dan juga status single parent (Webster-Stratton &
Reid, 2008; Bloomquist & Schnell, 2005).
Hasil kajian
Garber, Robinson, & Valentiner (1997) menunjukkan jika kurangnya monitoring
dan supervisi terhadap aktivitas yang sering dilakukan oleh anak juga memiliki kontribusi yang kuat
terhadap munculnya sikap antisosial. Orang tua dengan anak yang bersikap
antisosial diakibatkan juga oleh pola asuh yang permisif dan tidak konsisten
(Loeber & Stouthamer-Loeber 1986). (Reid, Webster-Stratton & Baydar 2004).
Sementara Rutter, Giller & Hagell (1998) menyimpulkan jika sikap antisosial
diasosiasikan dengan kebiasaaan orang tua yang memposisikan anak sebagai musuh,
suka menghukum, dan suka memaksakan kehendak.
Sementara hasil
kajian lain menunjukkan jika masalah akademis anak juga memiliki peranan dan
kecenderungan terhadap munculnya sikap antisosial dan perbuatan destruktif
lainnya yang didalamnya termasuk perilaku kekerasan (Chen et al., 2008; Cairns
& Cairns, 1994). (Chenet al.,2008; Dishion, Piehler,&Myers,2008). Hal
ini didukung juga oleh hasil kajian Chang (2004) bahwa anak yang kemampuan
akademisnya rendah yang bisa mengakibatkan stress dan frustasi: berpengaruh
juga terhadap perilaku-perilaku menyimpang dan sikap antisosial. Dikuatkan lagi
oleh hasi penelitian Capaldi (1992) yang mengatakan bahwa relasi yang kurang
harmonis dalam keluarga dan hasil belajar yang kurang memuaskan juga
berkontribusi terhadap sikap anti sosial.
Sementara
Patterson dkk (1992) menyimpulkan jika depresi yang dialami oleh anak bisa
mengakibatkan sikap antisosial. Hubungan antara bapak dan anak yang kurang
harmonis juga menjadi penyebab sikap antisosial (Frick et al.,1992 and Loeber
et al., 1995). Cohen & Prinstein, (2006) menemukan juga jika teman sebaya
juga berkontribusi terhadap antisosial. Sikap antisosial tidak hanya berdampak
kepada fisik dan mental dari pelaku saja tetapi juga untuk masyarakat. (Hare,
2003; Lynam & Gudonis, 2005).
Hasil studi lain
menunjukan bahwa keterampilan berbahasa yang kurang berpengaruh kepada kemampuan
untuk mengeksternalisasikan dirinya sehingga bisa memunculkan sikap antisosial
(Hill, 2002; Moffitt & Caspi, 2001; Nigg & Huang-Pollock, 2003;
Se´guin, Parent, Tremblay, & Zelazo, 2009).
Usia-usia yang
rentan terhadap munculnya sikap antisosial adalah usia pubertas (Dishion,
Capaldi, Spracklen, & Li, 1995; Nagin& Tremblay, 2001; Ogders et al.,
2008; Tremblay et al., 2004).
Dalam masyarakat
ada beberapa bentuk sikap antisosial yang pada tingkatan tertentu dapat
menimbulkan keresahan dalam masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a. Sikap antisosial yang muncul karena
deviasi individual
Deviasi
individual bersumber pada faktor-faktor yang terdapat pada diri seseorang,
misalnya pembawaan, penyakit kecelakaan yang dialami oleh seseorang, atau
karena pengaruh sosiokultural yang bersifat unik terhadap individu. Adapun
bentuk-bentuk sikap antisosial tersebut antara lain sebagai berikut.
1) Pembandel, yaitu orang yang tidak mau
tunduk kepada nasihat-nasihat orang yang ada di sekelilingnya agar mau merubah
pendiriannya.
2) Pembangkang, yaitu orang yang tidak mau
tunduk kepada peringatan orang-orang yang berwenang di lingkungan tersebut.
3) Pelanggar, yaitu orang yang melanggar
norma-norma umum atau masyarakat yang berlaku.
4) Penjahat, yaitu orang yang mengabaikan
norma-norma umum atau masyarakat, berbuat sekehendak hati yang dapat
menimbulkan kerugian-kerugian harta atau jiwa di lingkungannya ataupun di luar
lingkungannya, sehingga para anggota masyarakat meningkatkan kewaspadaan dan
selalu bersiap-siap untuk menghadapinya.
b. Sikap antisosial yang muncul karena
deviasi situasional
Deviasi
situasional merupakan fungsi pengaruh kekuatankekuatan situasi di luar individu
atau dalam situasi di mana individu merupakan bagian yang integral di dalamnya.
Situasi sosial adalah keadaan yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang di
mana tekanan, pembatasan, dan rangsangan-rangsangan yang datang dari orang atau
kelompok di luar diri orang itu relatif lebih dinamik daripada faktor-faktor
internal yang menimbulkan respon terhadap hal-hal tersebut. Deviasi situasional
akan selalu kembali apabila situasinya berulang. Dalam hal itu deviasi dapat
menjadi kumulatif. Bentuk sikap antisosial yang muncul adalah sebagai berikut.
1) Degradasi moral atau demoralisasi
karena kata-kata keras dan radikal yang keluar dari mulut pekerja-pekerja yang
tidak mempunyai pekerjaan di tempat kerjanya.
2) Tingkah laku kasar pada golongan
remaja.
3) Tekanan batin yang dialami oleh
perempuan-perempuan yang mengalami masa menopause.
4) Deviasi seksual yang terjadi karena
seseorang menunda perkawinan.
5) Homoseksualitas yang terjadi pada
narapidana di dalam Lembaga Kemasyarakatan.
c. Sikap antisosial yang muncul karena
deviasi biologis
Deviasi biologis
merupakan faktor pembatas yang tidak memungkinkan memberikan persepsi atau
menimbulkan respon-respon tertentu. Gangguan terjadi apabila individu tidak
dapat melakukan peranan sosial tertentu yang sangat perlu. Pembatasan karena
gangguan-gangguan itu bersifat transkultural (menyeluruh di seluruh dunia).
Beberapa bentuk deferensiasi biologis yang dapat menimbulkan deviasi biologis
adalah sebagai berikut.
1) Ciri-ciri ras, seperti tinggi badan,
roman muka, bentuk badan, dan lain-lain.
2) Ciri-ciri biologis yang aneh, cacat
karena luka, cacat karena kelahiran, anak kembar, dan lain sebagainya.
3) Ciri-ciri karena gangguan fisik,
seperti kehilangan anggota tubuh, gangguan sensorik, dan lain sebagainya.
4) Disfungsi tubuh yang tidak dapat
dikontrol lagi, seperti epilepsi, tremor, dan sebagainya.
Adapun bentuk
sikap antisosial yang muncul adalah egoisme, rasisme, rasialisme, dan
stereotip.
1) Egoisme, yaitu suatu bentuk sikap di
mana seseorang merasa dirinya adalah yang paling unggul atas segalanya dan
tidak ada orang atau benda apapun yang mampu menjadi pesaingnya.
2) Rasisme, yaitu suatu sikap yang
didasarkan pada kepercayaan bahwa suatu ciri yang dapat diamati dan dianggap
diwarisi seperti warna kulit merupakan suatu tanda perihal inferioritas yang
membenarkan perlakuan diskriminasi terhadap orang-orang yang mempunyai ciriciri
tersebut.
3) Rasialisme, yaitu suatu penerapan sikap
diskriminasi terhadap kelompok ras lain. Misalnya diskriminasi ras yang pernah
terjadi di Afrika Selatan.
4) Stereotip, yaitu citra kaku mengenai
suatu ras atau budaya yang dianut tanpa memerhatikan kebenaran citra tersebut.
Misalnya stereotip masyarakat Jawa adalah lemah lembut dan lamban dalam
melakukan sesuatu. Stereotip tersebut tidak selalu benar, karena tidak semua
orang Jawa memiliki sifat tersebut.
3. Tata Cara Menangani Anak-Anak yang Memiliki
Sikap Antisosial (antisocial behavior).
Menurut teori
belajar sosial, bahwa anak belajar berperilaku dan bersikap itu dari interaksi
yang terjadi dengan orang-orang penting di sekitar mereka, yang khusunya dengan
orang tua, maka orang tua harus diberikan pengarahkan pada aspek yang
dapat mengarahkan anak-anak oada
perilaku prososial (Eyberg, Nelson, & Boggs, 2008; Kaminski, Valle, Filene,
& Boyle, 2008).
Hal lain yang
bisa dilakukan untuk mengantisipasi sikap antisosial ada pemaksaan dari
pemerintah atau dalam hal ini sekolah kepada orang tua bisa membangun hubungan
yang lebih dekat lagi dengan anak-anaknya (Scott, 2008). Cara lainnya adalah
melatih sikap kognitis pada anak oleh orang tua menguntungkan dua aspek, yaitu
menghindarkan dan merawat anak dari sikap antisosial (Beauchaine et al 2005,
Gardner et al 2006). Cara lainnya adalah dengan membantu para orang tua dengan
melakukan pendidikan, pembimbingan dan pelatihan tentang stategi-strategi yang
efektif yang dapat menghindarkan anak dari perilaku dan sikap yang tidak
diinginkan (Webster Stratton & Hammond, 1997).
Para peneliti
sudah mengetahui jika antara antisosial dan kegagalan akademis sangat
berkorelasi, oleh sebab itu perlu melakukan modifikasi desain program
pendidikan dalam dua hal yaitu: pertama, kebiasaan memisahkan antara urusan
capaian akademis terpisah dengan sikap. Kedua, kebiasaan program pendidikan
yang lebih memfokuskan kepada mengubah personalitas seseorang , seperti
perubahan sikap dan keyakinan.
Nice Clinic 77
menyarankan langkah-langkah untuk mengantisipasi sikap anti sosial dengan
prinsip-prinsip umum:
a. Orang yang memiliki personalitas
antisosial jangan sampai dikeluarkan atau tidak mendapatkan akses terhadap
layanan kesehatan atau partisipasi sosial yang dikarenakan adanya diagnosis
bahwa ia seorang yang antisosial.
b. Lakukan intervensi terapis yang
seminimal mungkin tidak membuat pelaku terganggu
c. Pastikan bahwa orang dengan sikap
antisosial dari kulit hitam dan kaum minoritas memiliki akses yang sama
terhadap kebutuhan klinis.
d. Ketika bahasa menjadi penghalang
terhadap akses layanan, maka sediakan ragam bahasa yang dapat mengakomodir
pemahaman mereka, atau harus memiliki penerjemah.
e. Ketika diagnosa seseorang terhadap
sikap antisosial dibuat, lakukan diskusi dengan orang, atau keluarga yang
tepat.
f. Posisikan mereka yang antisosial
sebagai partner.
g. Pendekatan yang positif dan menghargai
mereka adalah cara yang cukup berhasil untuk menaganinya.
Sedangkan
menurut Jessica H Lee adal beberapa hal yang bisa dilakukan dengan seseorang
yang antisosial, antara lain:
a. Terapi kebiasaan, dengan dua tipe dasar
yaitu teori belajar klasik yang dikembangkan Ivan Pavlov, yang terkenal dengan
teori stimulus respon, dan conditioning operant yang dipelopori oleh BF.
Skinner dan dikembangkan oleh Throndike, yang lebih mengedepankan kepada
bagaimana seorang yang antisosial bisa berperilaku dengan kebiasaan baru.
b. Pendekatan kognitif, salah satu model
yang terkenal adalah model yang dikembangkan oleh Bandura (1971), yang
mengedepankan teknik modeling terapis. Pemodelan atau modeling digunakan untuk
meredam kecemasa, juga dapat mengajarkan pelaku keterampilan dan manajemen
kemarahan, dengan menggunakan efek yang luar biasa dari imitasi sosial.
E. Simpulan dan Saran
Antisosial
adalah sikap yang dapat muncul dalam setiap diri anak yang diakibatkan oleh
banyak hal. Sikap ini bersifat destruktif, yang dapat membahayakan pelakunya
dan orang di sekitarnya. Pola asuh orang tua yang salah memiliki peranan besar
untuk membuat anak menjadi antisosial. Berdasarkan beberapa hasil penelitian,
pola asuh otoriter dan permisif sangat berperan untuk menciptakan pribadi
antisosial. Jika seorang anak sudah bersikap anti sosial, maka untuk memulihkan
kembali seperti sedia kala membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak yang
paling dekat dengan anak, seperti orang tua sendiri, lingkungan dan guru di
sekolah. langkah-langkah antisipasi yang bisa dilakukan antara lain adalah
mengubah kebiasaan seorang anak ke kebiasaan yang lainnya dengan pemodelan ataupun
stimulus respon.
Mengingat begitu
pentingnya pola asuh yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak, maka orang tua harus melakukan berbagai hal yang dapat menambah informasi
tentang mendidik yang baik. Selanjutnya, guru di sekolah, tidaklah serta merta
ikut menjustifikasi jika seorang anak yang bersikap antisosial kemudian
diterlantarkan. Tapi, ketika menemukan gejala-gejala ke arah sikap tersebut,
maka segera berkolaborasi dengan orang tua anak dan pihak-pihak lainnya
terutama psikolog untuk dapat sesegeranya melakukan penanggulangan sejak dini.
Daftar Pustaka
Antisocial
Personality Disorder Treatment, Management and Prevention Issued: January 2009
last modified: September 2013
Black, William,
Human Behavior Theoretical Concepts To See The World In A Grain Of Sand And Heaven In A Wild Flower. Hold Infinity In
The Palm Of Your Hand And Eternity In An Hour. Tennyson Ulysses.
Chen, Xinyin,
et.al., Aggression, Social Competence, and Academic Achievement In Chinese
Children: A 5 Year Longitudinal Study,
Development and Psychopathology, Volume 22, August 2010.
Eddy, J. Mark
and Reid, John B, The Antisocial Behavior of the Adolescent Children of
Incarcerated Parents, A Developmental Perspective and Oregon Social Learning
Center.
Frick,Paul J White,
Stuart F, Research Review: The Importance Of Callousunemotional Traits For
Developmental Models Of Aggressive and Antisocial Behavior. University of New
Orleans, USA Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2008.
Forsman, Mats,
et.al., A Longitudinal Twin Study Of The Direction Of Effects Between
Psychopathic Personality and Antisocial Behaviour, Department of Medical
Epidemiology and Biostatistics, Karolinska Institutet, Stockholm, Sweden;
Center for Research on Criminological Psychology, Orebro University, Orebro,
Sweden Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2010.
Gatzke, Liza M,
et.al., Aggression As An Equifinal Outcome Of Distinct Neurocognitive and
Neuroaffective Processes, Pennsylvania State University.
Jane, J. Serrita, Gender Bias in Diagnostic
Criteria for Personality Disorders: An Item Response Theory Analysis, Yale
University Thomas F. Oltmanns Washington University Susan C. South and Eric
Turkheimer University of Virginia.
Journal of
Abnormal Psychology by the American Psychological Association, Vol. 116, 2007.
Kaylor,
AndrewGrogan, The Effect of Corporal Punishment on Antisocial Behavior in
Children, University of Michigan, 1080 SouthUniversity Avenue, Ann Arbor, MI
48109;
Kerr, Margaret,
et.al., Psychopathic Traits Moderate Peer Influence On Adolescent Delinquency,
Orebro University, Youth and Society (YeS), Center for Developmental Research,
Orebro, Sweden Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2012.
Lynam, Donald R,
et.al., The Stability Of Psychopathy Across Adolescence, Development and
Psychopathology, Volume 21, November 2009.
Lahey,Benjamin B
and Waldman, Irwin D, Annual Research Review: Phenotypic and Causal Structure
Of Conduct Disorder In The Broader Context Of Prevalent Forms Of
Psychopathology, Departments of Health Studies and Psychiatry and Behavioral
Neuroscience, University of Chicago, Chicago, IL, USA; Department of Psychology, Emory University, Atlanta, GA,
USA. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2012.
McEvoy,Alan and
Welker, Robert, Antisocial Behavior, Academic Failure, and School Climate: A
Critical Review, Journal of Emotional and Behavioral Disorders, 2000.
McGee, Tara
Renae, et.al., Antisocial Behaviour: An Examination of Individual, Family, and
Neighbourhood Factors.
Menting,
Barbara, et.al., Language Skills, Peer Rejection, and The Development Of
Externalizing Behavior From Kindergarten To Fourth Grade, Department of
Developmental Psychology, VU University Amsterdam, The Netherlands Journal of
Child Psychology and Psychiatry, 2011.
Murray, Joseph,
et.al., Effects Of Parental Imprisonment On Child Antisocial Behaviour and
Mental Health: A Systematic Review, Campbell Systematic Reviews, 2009.
Murray, Joseph, et.al., Children’s Antisocial
Behavior, Mental Health, Drug Use, And Educational Performance After Parental
Incarceration: A Systematic Review And Meta-Analysis, University of Cambridge.
NICE clinical
guideline 77, Guidance.Nice.Org.Uk/Cg77
Odgers, Candice
L, et.al., Female and Male Antisocial Trajectories: From Childhood Origins To
Adult Outcomes, University of California–Irvine; King’s College, London; Duke
University; University of Otago, New Zealand; University of Wisconsin; and
McMaster University.
Pasalich, Dave
S, et.al.,Attachment and Callous-Unemotional Traits In Children With Early-Onset
Conduct Problems,. School of Psychology, University of New South Wales, Sydney,
NSW, Australia; School of Psychology, University of Sydney, Sydney, Australia;
School of Psychiatry, University of New South Wales, Sydney, NSW, Australia
Journal of Child Psychology and Psychiatry, 2012.
Scott,
Stephen,et.al., How Is Parenting Style Related To Child Antisocial Behaviour?
Preliminary Findings From The Helping Children Achieve Study,
Shaw, Daniel S,
et.al., Early Predictors Of Boys' Antisocial Trajectories, Development and
Psychopathology, Volume 24, August 2012.
Straus, Murray
A, et.al.,Spanking by Parents and Subsequent Antisocial Behavior of Children,
1997
Viding,Essi, On
the Nature and Nurture of Antisocial Behavior and Violence Social, Genetic, and
Developmental, Psychiatry Centre, Institute of Psychiatry, King’s College
London, London SE5 8AF, UK
Wolff, Jennifer
C and Ollendick, Thomas H, The
Comorbidity of Conduct Problems and Depression in Childhood and Adolescence,
Clinical Child and Family Psychology Review, Vol. 9, December 2006.
Wentzel, Kathryn
R, Social Motivation understanding Children's School Adjustment, Edited by
Jaana Juvonen University of California at Los Angeles. University of Maryland
Published by the Press Syndicate of the University of Cambridge The Pitt Building, Trumpington
Street, Cambridge CB2 1RP 40 West 20th Street, New York, NY 10011-4211, USA 10
Stamford Road, Oakleigh, Melbourne 3166, Australia