By Misno bin Mohamad Djahri
Tulisan ini saya ketik pada Ahad,
31 Desember 2023 Jam 22.58. Tentu saja bukan untuk merayakan pergantian tahun
yang sudah menjadi budaya di masyarakat, sekadar refleksi yang bisa jadi ada
pengaruh dari perayaan tahun masehi ini. Bagaimanapun memang saat ini kita
tidak bisa terpisahkan dari berbagai budaya di masyarakat yang berasal dari
berbagai keyakinan dan peradaban. Termasuk mungkin tulisan ini, kenapa harus
selamat tinggal 2023? Kenapa harus tahun baru? Dan pertanyaan lainnya yang
silahkan disimpulkan sendiri. Tapi intinya, tulisan ini adalah refleksi saya
selama tahun 2023.
Tahun 2023, dalam kehidupan saya
penuh dengan berbagai peristiwa. Mulai dari perpindahan tempat bekerja, luka
lama yang masih menganga karena disakiti dan difitnah di tempat kerja sebelumnya
hingga “sakit” masih menyesakkan dada. Semua itu mewarnai kehidupan saya di
tahun dua ribu dua puluh tiga. Ya, tahun ini memang “sangat Istimewa” karena
berbagai rasa kehidupan terasa hingga ke sekujur badan. Itulah kenapa tulisan
ini harus ada di akhir tahun masehi ini. Mungkin rasa ini masih berlanjut
hingga beberapa bulan ke depan, atau bahkan menjadi bagian kehidupan yang tidak
akan pernah terlupakan.
Fitnah yang terjadi di tempat kerja
sebelumnya memang membawa luka di jiwa, tuduhan menggelapkan uang perkuliahan
hingga dibuat tidak nyaman dengan keadaan adalah hal yang benar-benar
menjadikan alasan untuk keluar dari pekerjaan. Berkali-kali aku sampaikan ke beberapa
orang tentang fitnah ini, bahwa aku berlepas diri dari segala fitnah itu, tidak
pernah sepeserpun aku memakan harta yang subhat apalagi yang haram. Bahkan kebijakan
yang aku lakukan sejatinya adalah untuk memudahkan para mahasiswa agar
mendapatkan layanan yang menyenangkan. Tapi berbeda di mata para pejabat yang sedang
berkuasa, hingga menganggap aku adalah bagian yang harus dikeluarkan. Tapi biarlah,
sudah berlalu lebih kurang 6 bulan dan perlahan aku mulai mengikhlaskan. Itu semua
menjadi bagian Sejarah dalam kehidupan dan semakin memahami bagaimana hakikat
manusia dan segala tingkah lakunya.
Masuk ke tempat kerja baru tentu
tidak mudah, penyesuaian diri dan lingkungan baru harus kujalani. Walaupun masih
satu profesi tapi orang-orang dengan karakter berbeda harus kuhadapi, tentu
saja beberapa hal harus disesuaikan, mulai dari penampilan hingga toleransi
dalam hal-hal yang sifatnya ritual keagamaan. Memang cukup berat, dengan
keberagamaan yang berbeda dengan apa yang aku dapatkan tentu memerlukan adanya
kelapangan dada dalam menyikapi perbedaan. Sebenarnya ini tidaklah masalah,
karena sejak awal memang sudah disampaikan dan secara pribadi dan keilmuan
sudah disiapkan. Walaupun hingga enam bulan berjalan rasa “tidak nyaman” dengan
pola keberagamaan di tempat baru masih dirasakan. Tapi biarlah, semoga ke depan
akan semakin mengalami perbaikan.
Satu hal di tahun 2023 yang masih
berjalan adalah “rasa” yang dulu pernah ada masih menggelayuti jiwa. Angkara jiwa
yang menggoda hingga raga menikmati pesona dunia yang terasa begitu menggelora.
Entah sampai bila “rasa” ini ada, mungkin hingga ajal menjemput nyawa. Ada keinginan
untuk menghilangkan minimal mengurangi di usia 45, semoga saja bisa dengan
sekuat jiwa dan raga. Namun hingga akhir 2023 ini, sepertinya “rasa” itu masih
saja ada dalam dada, bahkan godaannya begitu kuat terasa hingga masih “sulit”
untuk melepaskannya. Semoga saja ke hadapan ianya mulai tunduk patuh pada
syariahNya.
Semoga di tahun 2024 esok, menjadi
tahun yang penuh dengan kegemilangan, kesukesan dan tentu saja keberkahan dalam
kehidupan. Cucu yang sudah menginjak 9 bulan, keluarga yang selalu menemani
hingga pekerjaan dan lingkungan yang ada menjadi wasilah dalam menghadapai
kehidupan ini. Ya Allah, berkahilah kehidupan kami. Aameen, 31122023 Pukul
23.15 WIB.