Oleh: Bambang Sahaja
Manusia adalah mahkul ciptaan Allah
Ta’ala yang dihiasi dengan cinta dan hawa, keduanya memiliki sisi positif dan negatif.
Hawa menjadi media untuk mengembangbiakan manusia, selain kesenangan yang
menjadi anugerah dari Allah Ta’ala. Sementara cinta adalah rasa suka yang
biasanya terkait pula dengan hawa. Jika ia dikelola sesuai dengan syariahNya
maka kebahagiaan tiada tara akan didapatkan oleh yang empunya. Namun, apabila tidak
kuasa mengelolanya, maka bisa jadi keduanya membawa pada kesengsaraan dunia dan
di alam sana.
Hawa yang biasanya menempel dalam
jiwa dan menguasai raga adalah keinginan untuk memenuhi apa yang diinginkannya,
kebutuhan seksual, makan, minum, dan kenikmatan duniawi lainnya menjadi tujuan
utama dari hawa yang senantiasa harus didapatkan. Kepuasan makan dan minum,
pemenuhan kebutuhan seksual hingga kesenangan terhadap dunia lainnya selalu dibumbuhi
dengan hawa.
Sementara cinta adalah rasa suka
pada sesuatu, termasuk seseorang yang dirasa sesuai dengan keinginannya, baik
dari segi fisiknya (ganteng atau cantik) serta perilaku dan berbagi sendi
kehidupannya. Rasa ini kadang tidak logis, karena bisa muncul kapan saja, di
mana saja dan dengan siapa saja. Cinta adalah anugerah darinya, yang tentu saja
tidak bisa lepas dari hawa yang ada pada diri manusia. Bagi saya, sangat tidak
mungkin seseorang cinta pada orang lain tanpa ada “apa-apa-nya”. Maksudnya adalah
seseorang uang cinta pada orang lain pasti ada sebab fisik yang nampak darinya,
entah itu fisik atau tubuhnya, keluarganya, hartanya, kekuasaannya dan urusan
dunia lainnya. Pendapat ini mungkin akan dikritik banyak orang, karena cinta
yang tulus katanya tidak pernah memandang fisik, saya jawab “ya betul” tapi
pasti ada sisi lainnya yang memunculkan rasa itu.
Perdebatan tentang cinta dan hawa
memang tidak ada habisnya, karena ia terkadang saling berkaitan dan tidak
terpisahkan. Hawa pada dunia akan memunculkan rasa suka, dan bisa jadi cinta
itu muncul karena melihat fisik manusia lainnya. Sementara cinta muncul karena
melihat fisik, dan sisi yang nampak lainnya, ada juga yang melihat dari sisi
spiritualnya. Tapi intinya tetap saja “Cinta terkadang diawali dengan hawa,
sementara hawa akan memunculkan cinta”.
Hawa dan Cinta sejatinya bisa
saling menguatkan, di mana hawa yang selalu berada dalam naungan syariahNya
akan memunculkan rasa cinta yang bukan hanya melihat fisik saja namun juga sisi
spiritual yang akan membawa kepada kebahagiaan selamanya, di dunia dan di
akhirat sana. Semoga kita semua mampu untuk mengelola hawa dan cinta kita
sehingga ianya akan membawa kita kepada keridhaan Allah Ta’ala. Wallahu a’alam,
02012024.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...