Selasa, 02 Januari 2024

Anugrah dan Angkara pada Hawa dan Cinta

Oleh: Bambang Sahaja


Manusia adalah mahkul ciptaan Allah Ta’ala yang dihiasi dengan cinta dan hawa, keduanya memiliki sisi positif dan negatif. Hawa menjadi media untuk mengembangbiakan manusia, selain kesenangan yang menjadi anugerah dari Allah Ta’ala. Sementara cinta adalah rasa suka yang biasanya terkait pula dengan hawa. Jika ia dikelola sesuai dengan syariahNya maka kebahagiaan tiada tara akan didapatkan oleh yang empunya. Namun, apabila tidak kuasa mengelolanya, maka bisa jadi keduanya membawa pada kesengsaraan dunia dan di alam sana.

Hawa yang biasanya menempel dalam jiwa dan menguasai raga adalah keinginan untuk memenuhi apa yang diinginkannya, kebutuhan seksual, makan, minum, dan kenikmatan duniawi lainnya menjadi tujuan utama dari hawa yang senantiasa harus didapatkan. Kepuasan makan dan minum, pemenuhan kebutuhan seksual hingga kesenangan terhadap dunia lainnya selalu dibumbuhi dengan hawa.

Sementara cinta adalah rasa suka pada sesuatu, termasuk seseorang yang dirasa sesuai dengan keinginannya, baik dari segi fisiknya (ganteng atau cantik) serta perilaku dan berbagi sendi kehidupannya. Rasa ini kadang tidak logis, karena bisa muncul kapan saja, di mana saja dan dengan siapa saja. Cinta adalah anugerah darinya, yang tentu saja tidak bisa lepas dari hawa yang ada pada diri manusia. Bagi saya, sangat tidak mungkin seseorang cinta pada orang lain tanpa ada “apa-apa-nya”. Maksudnya adalah seseorang uang cinta pada orang lain pasti ada sebab fisik yang nampak darinya, entah itu fisik atau tubuhnya, keluarganya, hartanya, kekuasaannya dan urusan dunia lainnya. Pendapat ini mungkin akan dikritik banyak orang, karena cinta yang tulus katanya tidak pernah memandang fisik, saya jawab “ya betul” tapi pasti ada sisi lainnya yang memunculkan rasa itu.

Perdebatan tentang cinta dan hawa memang tidak ada habisnya, karena ia terkadang saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Hawa pada dunia akan memunculkan rasa suka, dan bisa jadi cinta itu muncul karena melihat fisik manusia lainnya. Sementara cinta muncul karena melihat fisik, dan sisi yang nampak lainnya, ada juga yang melihat dari sisi spiritualnya. Tapi intinya tetap saja “Cinta terkadang diawali dengan hawa, sementara hawa akan memunculkan cinta”.

Hawa dan Cinta sejatinya bisa saling menguatkan, di mana hawa yang selalu berada dalam naungan syariahNya akan memunculkan rasa cinta yang bukan hanya melihat fisik saja namun juga sisi spiritual yang akan membawa kepada kebahagiaan selamanya, di dunia dan di akhirat sana. Semoga kita semua mampu untuk mengelola hawa dan cinta kita sehingga ianya akan membawa kita kepada keridhaan Allah Ta’ala. Wallahu a’alam, 02012024.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...