Oleh : Muhammad Badri
Kita besyukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat yang begitu banyak, baik yang tampak maupun yang tidak, sehingga jika kita hendak menghitungnya niscaya tidak akan mampu, sebagaimana disebutkan dalam Al Quran, Allah berfirman;
وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإِنسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung ni'mat Allah, tidaklah dapat kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (ni'mat Allah). (QS. Ibrahim (34)
Firman Allah ini menerangkan kepada kita bahwa tidak akan mungkin manusia itu mampu untuk menghitung nikmat Allah. Tentunya manusia yang masih mempunyai akal pikiran yang sehat dia akan mengakui hal ini. Allah sudah menciptakan kita, memberi rizki, memberi makan, mengatur dan memberikan yang lainnya, kita diberi nikmat berupa umur, waktu luang, kekayaan dan kemudahan yang banyak, pantaslah kalau Allah menyuruh kita untuk bersyukur kepada-Nya, Allah berfirman dalam ayatNya :
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“’Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (ni'mat)Ku" ( Al-Baqarah: 152)
Allah menyuruh kepada manusia untuk bersyukur dan melarang dari perbuatan kufur dari apa yang Allah berikan. Namun pada kenyataannya banyak dari kalangan manusia yang ingkar dengan nikmat-Nya, mereka diberi umur panjang malah mereka gunakan untuk bermaksiat kepada Allah. Mereka diberi kekayaan dan rizki yang banyak mereka malah lalai dari beribadah kepada-Nya, diberi kesehatan dia tidak menggunakannya untuk berdiri melaksanakan ibadah kepada Allah, inilah sifat jeleknya manusia.
Apalagi kalau kita lihat pada zaman sekarang, manusia banyak yang sudah lupa dengan aturan hidup, lalai dengan Agamanya, lalai dengan syariat Islam, mereka mengorbankan Agamanya hanya demi mencapai kehidupan dunia semata.
Kalau kita melihat kenyataan yang ada di depan mata, maka bagi orang yang masih mempunyai keimanan dan ketaatan kepada Allah maka akan merasa bersedih, kenapa mereka berbuat seperti itu.
Para pemudanya yang menjadi harapan masa depan sudah rusak, minum-minuman keras, pergaulan bebas, hura-hura, laki-laki dengan perempuan yang bukan mahramnya berduaan berjalan bergandengan tangan, semua itu adalah suatu hal yang sudah biasa dan tidak asing lagi dan lain sebagainya yang mungkin kalau disebutkan semua membutuhkan banyak halaman buku untuk menuliskannya.
Mereka menamakan semuanya itu dengan nama yang keren, gaul dan lain sebagainya. Padahal pemuda sekarang adalah generasi yang akan datang, tulang punggung negara, terlebih lagi mereka adalah harapan Agama untuk meneruskan dan melaksanakan syariat Allah.
Bagaimana keadaan yang akan datang apabila generasinya mempunyai aqidah yang tidak bagus, keimanan yang lemah, semangat yang kurang? Tentunya musuh Islam akan lebih gampang menghancurkan kita.
Kenyataan inilah yang kita lihat saat ini, oleh sebab itu, hati kita terasa sedih, air mata bercucuran melihat dan mendengar apa yang terjadi di sekeliling kita, tangan ini tergerak dan ingin rasanya untuk menulis suatu nasehat untuk diri penulis sendiri dan juga saudara-saudaraku semuanya kaum muslimin yang ada di Indonesia khususnya dan di seluruh penjuru dunia.
Tentunya nasehat ini bukan semata-mata dari penulis sendiri, tapi ini semua adalah dari Allah yang telah menciptakan kita, yang tentunya lebih mengetahui tentang hamba-Nya. Demikian juga dari Nabi kita Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam yang menjadi tuntunan kita, dan juga nasehat dari para ulama kita yang berpegang teguh dengan Al Quran dan sunnah yang benar.
Karena sebagaimana disebutkan dalam hadits, kalau kita melihat kemungkaran maka kita disuruh berusaha semampu kita untuk menghilangkan kemungkaran itu, baik itu dengan tangan bagi yang mampu atau dengan lisan dan perkataan, demikian juga dengan hati untuk mengingkarinya.
Nabi kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa salam bersabda;
عَنْ أَبِي سَعِيْد الْخُدْرِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَراً فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ، فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ اْلإِيْمَانِ [رواه مسلم]
Dari Abu Sa'id Al Khudri berkata dia mendengar dari Rasululloh beliau bersabda; "Barang siapa di antaramu melihat kemungkaran, hendaklah ia merubahnya (mencegahnya) dengan tangannya (kekuasaannya) ; jika ia tak sanggup, maka dengan lidahnya (menasihatinya) ; dan jika tak sanggup juga, maka dengan hatinya (merasa tidak senang dan tidak setuju), dan demikian itu adalah selemah-lemah iman" (Hadits riwayat Muslim; kitabul iman; 49 Tirmidzi; 2172.
Perhatikan bagaimana tuntunan kita memberikan cara berdakwah, dan cara untuk menghilangkan kemungkaran, yaitu dengan kekuatan tangannya bagi yang bisa untuk melaksanakannya seperti misalnya orang tua yang melihat kemungkaran pada anaknya, atau pemerintah pada masyarakatnya.
Kalau dengan tangan dia tidak mampu untuk merubahnya mungkin karena tidak mempunyai kekuatan maka dia menghilangkan kemungkaran itu dengan lisan, dengan menasehatinya, mengajarkan sesuatu kepadanya, memberi pengetahuan bahwa apa yang ia lakukan adalah dilarang Agama.
Tentunya nasehat itu dengan lemah lembut dan penuh hikmah. Yang terakhir kalau seseorang tidak mampu dengan tangan dan juga lisannya maka tetap wajib baginya untuk merubah kemungkaran itu minimal dengan hatinya. Mengingkari dengan hati bukan berarti kita senang dengan maksiat itu. Kita merasa benci melihat kemungkaran itu.
Contohnya tatkala kita duduk dengan orang yang sedang mengonsumsi narkoba atau yang lainnya, kita tidak bisa merubah dengan tangan dan juga dengan lisan karena mungkin kita belum kenal dengan mereka, maka pada saat itu kita tetap dituntut untuk mengingkarinya dengan cara tidak suka duduk dengannya dan meninggalkannya. Bukan malah kita tetap duduk di situ bersama dengan mereka dan asyik berbincang-bincang dengannya.
Demikian juga nasehat, bukan hanya kepada orang tertentu tapi untuk kaum muslimin semuannya, hal ini sebagaiman sabda Nabi :
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ . [رواه مسلم]
Dari Abu Ruqayyah Tamiim bin Aus Ad Daari" Sesungguhnya Rasulullah telah bersabda : Agama itu adalah Nasehat, Kami bertanya : Untuk Siapa? Beliau bersabda : Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam, dan bagi seluruh kaum muslim" ( Muslim kitabul iman : 95/55)
Dari sekian banyak nasehat, penulis insya Allah hanya akan menyebutkan satu hadits yang mencakup di dalamnya lima nasehat, yaitu nasehat tentang pentingnya masa muda sebelum datang masa tua, menjaga waktu sehat sebelum datang sakit, menjaga waktu kaya sebelum jatuh miskin, menjaga waktu luang sebelum datang kesibukan, dan yang terakhir menjaga masa hidup di dunia sebelum datang kematian.
Nasehat ini untuk semua manusia karena Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam adalah tuntunan kita dalam menjalani hidup ini. Mudah-mudahan nasehat beliau ini memberikan motivasi kepada kita, setelah mengetahuinya untuk beramal dan menjadikan nasehat ini sebagai dasar hidup kita, sebagai amal baik kita untuk menuju akhirat kelak.
Penulis memohon kepada Allah agar tulisan ini bermanfaat untuk penulis dan kaum muslimin semuanya, dan semoga Allah menjadikan amal ini termasuk amal sholeh yang menjadi timbangan amal baik pada hari kiamat, Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...