Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Setelah merayakan Hari raya Idhul
Adha, maka umat Islam merayakan rangkaian hari raya ini hingga tiga hari yaitu
11, 12 dan 13 Dzulhijjah. Hari-hari ini disebut dengan tasyriq yang diambil
dari kata [شرقت الشمش] yang artinya matahari terbit. Menjemur sesuatu, dalam
bahasa Arab dinyatakan: [شَرَّقَ الشَيْءَ لِلشَّمْشِ]. Menurut Imam Nawawi
dalam Al-Minhaj, hari-hari ini disebut dengan tasyriq karena orang-orang
menjemur daging kurban di waktu tersebut, yaitu mendendeng dan menghampar
daging pada terik matahari.
Abu Ubaid mengatakan “Ada dua
pendapat ulama tentang alasan penamaan hari-hari tersebut dengan hari tasyrik:
Pertama, dinamakan hari tasyrik karena kaum muslimin pada hari itu menjemur
daging kurban untuk dibuat dendeng. Kedua, karena kegiatan berqurban, tidak
dilakukan, kecuali setelah terbit matahari. (Lisanul Arab, 10:173)”.
Keutamaan Hari-hari Tasyriq
Hari-hari ini memiliki banyak
keutamaan sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ
فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ
اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Dan berzikirlah (dengan menyebut)
Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203).
Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya
mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini
menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq. Namun Ibnu ‘Abbas
dan ‘Atho’ mengatakan bahwa hari yang terbilang di situ adalah empat hari yaitu
hari Idul Adha dan tiga hari sesudahnya. Hari-hari tersebut disebut hari
Tasyriq. Namun pendapat pertama yang menyatakan bahwa hari yang terbilang
adalah tiga hari sesudah Idul Adha adalah pendapat yang lebih tepat.
Maka, hari tasyriq adalah hari raya
bagi umat Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam:
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا
أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِىَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari Arofah, hari Idul Adha dan
hari-hari Tasyriq adalah ‘ied kami -kaum muslimin-. Hari tersebut (Idul Adha
dan hari Tasyriq) adalah hari menyantap makan dan minum.” HR. Abu Dawud,
Thirmidzi dan Nasai.
Riwayat lainnya menjelaskan:
إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ
“Sesungguhnya hari yang paling
mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta’ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr
(hari tasyriq).” HR. Abu Dawud.
Hari tasyriq disebut yaumul qorr
karena pada saat itu orang yang berhaji berdiam di Mina. Hari tasyriq yang
terbaik adalah hari tasyriq yang pertama, kemudian yang berikutnya dan
berikutnya lagi.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَّ
أَنَّهُ قَالَ مَا الْعَمَلُ فِي أَيَّامٍ أَفْضَلَ مِنْهَا فِي هَذِهِ
Artinya: “Dari sahabat Ibnu Abbas
ra., dari Nabi Muhammad saw, ia bersabda, ‘Tidak ada amal pada hari-hari ini
yang lebih utama daripadanya di hari-hari ini,’” (HR Bukhari).
Merujuk pada ayat dan hadits
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hari-hari tasyriq memiliki banyak
keutamaan karena mengandung syariah menyembelih kurban dan perintah untuk
berzikir dan memuji Allah Ta’ala.
Idul Adha dan Tasyriq: Hari
Bersenang-senang dan Menyantap Makanan
Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam mengatakan bahwa Idul Adha dan hari tasyriq adalah hari kaum
muslimin untuk menikmati makanan, beliau bersabda,
أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari-hari tasyriq adalah hari
menikmati makanan dan minuman.” HR. Muslim
Dalam lafazh lainnya, beliau
bersabda,
وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
“Hari Mina (hari tasyriq) adalah
hari menikmati makanan dan minuman.” HR. Muslim.
عَنْ نُبَيْشَةَ الْهُذَلِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ وَزَادَ
فِي رواية وَذِكْرٍ لِلَّهِ
“Dari Nubaisyah Al-Hudzali, ia
berkata, Rasulullah saw. bersabda, Hari Tasyrik adalah hari makan, minum (pada
riwayat lain), dan hari zikir,’” (HR Muslim).
Ibnu Rajab mengatakan:
و إنما نهى عن صيام أيام التشريق
لأنها أعياد للمسلمين مع يوم النحر فلا تصام بمنى و لا غيرها عند جمهور العلماء، خلافا لعطاء
في قوله : إن النهي يختص بأهل منى
“Kita dilarang berpuasa pada hari
tasyrik karena hari tasyrik adalah hari raya kaum muslimin, disamping hari raya
qurban. Karena itu, tidak boleh puasa di Mina maupun di daerah lainnya, menurut
mayoritas ulama. Tidak sebagaimana pendapat Atha yang mengatakan, sesungguhnya
larangan puasa di hari tasyrik, khusus bagi orang yang tinggal di Mina.”
(Lathaiful Ma’arif, hlm. 509).
Merujuk pada riwayat tersebut maka
hari-hari tasyriq adalah hari untuk makan dan minum karena merupakan rangkaian
dari hari raya Idhul Adha serta dipotongnya hewan qurban yang dinikmati oleh
umat Islam.
Amalan Hari Tasyriq: Berdzikir
Amalan yang paling utama pada hari-hari
ini adalah berdzikir (mengingat) Allah Ta’al’la, sebagaimana firmanNya:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ تَعَجَّلَ
فِي يَوْمَيْنِ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ وَمَنْ تَأَخَّرَ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ لِمَنِ
اتَّقَى وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّكُمْ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Dan berzikirlah (dengan menyebut)
Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203).
Ayat ini secara jelas menunjukan
perintah untuk berdzikir di hari-hari tasyriq. Adapun dzikir-dzikir yang
disyariatkan adalah;
Pertama: berdzikir kepada
Allah dengan bertakbir setelah selesai menunaikan shalat wajib. Ini
disyariatkan hingga akhir hari tasyriq sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
Hal ini juga diriwayatkan dari ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Abbas.
وكان أبو حنيفة يذهب بالتشريق في هذا إلى التكبير في دبر الصلاة
“Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa
amal pada Hari Tasyrik adalah takbir setelah shalat,” (Al-Asqalani, 2004 M/1424
H: II/525).
Kedua: membaca tasmiyah (bismillah)
dan takbir ketika menyembelih qurban. Waktu menyembelih qurban adalah sampai
akhir hari tasyriq (13 Dzulhijah) sebagaimana pendapat mayoritas ulama.
Pendapat ini juga menjadi pendapat Imam Asy Syafi’i dan salah satu pendapat
dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih
qurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari tasyriq setelahnya (11
dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam
Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan kebanyakan
ulama.
Ketiga: berdzikir memuji
Allah Ta’ala ketika makan dan minum. Yang disyari’atkan ketika memulai makan
dan minum adalah membaca basmallah dan mengakhirinya dengan hamdalah.
Keempat: berdzikir dengan
takbir ketika melempar jumroh di hari tasyriq. Dan amalan ini khusus untuk
orang yang berhaji.
Kelima: Berdzikir pada Allah
secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari tasyriq.
Sebagaimana ‘Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di kemahnya, lalu manusia
mendengar. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir.
Memperbanyak Do’a Sapu Jagad
Amalan selanjutnya dalah berdoa
kepada Allah Ta’ala khususnya doa apu jagad. Ini sebagaimana firman Allah Ta’al:
فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ
آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Apabila kamu telah menyelesaikan
ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah
lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan
kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang
menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana
aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Ya
Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka].” (QS. Al Baqarah: 200-201)
Berdasarkan ayat ini maka para ulama
menganjurkan membaca do’a “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti
hasanah wa qina ‘adzaban naar” di hari-hari tasyriq. Sebagaimana hal ini
dikatakan oleh ‘Ikrimah dan ‘Atho’.
Do’a sapu jagad ini terkumpul di
dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam paling
sering membaca do’a sapu jagad ini. Anas
bin Malik mengatakan,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « اللَّهُمَّ
رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ »
“Do’a yang paling banyak dibaca oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam “Allahumma Robbana aatina fid dunya
hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina ‘adzaban naar” [Wahai Allah, Rabb
kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
kami dari siksa neraka].” HR. Bukhari dan Muslim
Al Hasan Al Bashri mengatakan, “Kebaikan di dunia adalah ilmu
dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga.” Sufyan Ats Tsauri mengatakan,
“Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di
akhirat adalah surga.”
Diriwayatkan dari Al Jashshosh,
dari Kinanah Al Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al Asy’ariy berkata ketika
berkhutbah di hari An Nahr (Idul Adha), “Tiga hari setelah hari An Nahr (yaitu
hari-hari tasyriq), itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma’dudat
(hari yang terbilang). Do’a pada hari tersebut tidak akan tertolak (pasti
terkabul), maka segeralah berdo’a dengan berharap pada-Nya.”
Banyak Bersyukurlah pada Allah
di Hari Tasyriq
Pada hari tasyriq terkumpullah
berbagai macam nikmat badaniyah dengan makan dan minum, juga terdapat nikmat
qolbiyah (nikmat hati) dengan berdzikir kepada Allah. Dan sebaik-baik hati
adalah yang sering berdzikir dan bersyukur. Dengan demikian nikmat-nikmat
tersebut akan menjadi sempurna. Jika kita diberi taufik untuk mensyukuri
nikmat, maka syukur yang baru itu sendiri adalah nikmat. Sehingga perintah
syukur selamanya tidak akan usai.
Seorang penyair mengatakan:
Idza kana syukri ni’matallah
ni’matan, ‘alayya lahu fi mitsliha yajibusy syukr
Jika mensyukuri nikmat Allah adalah
nikmat, maka karena nikmat semisal inilah, kita wajib bersyukur pula.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya
maka dapat disimpulkan bahwa hari-hari tasyriq memiliki banyak keutamaan, salah
satunya adalah sebagai hari raya bagi umat Islam. Pada hari-hari tersebut kita
disyariahkan untuk memotong hewan kurban, makan dan minum, berdzikir, berdo’a
serta bersyukur kepada Allah Ta’ala.