Minggu, 24 September 2023

Sebauh Catatan Kehidupan 24092023

Bismillah.

Laa Haula wa laa quwwata Illa billah..

Innalilahi wa inna ilaihi raji'un

 

Saat ini, Allah menempatkan diriku menjadi seorang isteri dan ibu. Dua peran yg merupakan fitrah seorang perempuan. Namun, ada satu peran lainnya yg paling utama dan tidak pernah berubah sejak aku dilahirkan selain menjadi seorang anak dari orangtua, yaitu peran sebagai hamba Allah. Sebagai Khalifah di bumi. Sebagai seorang Muslimah yg jika betul jujur dalam menghidupkan peran tersebut, maka seharusnya sadar bahwa Muslim berasal dari kata aslama - yuslimu - islaaman yg artinya menyerahkan diri sepenuhnya, surrender to Allah, the one and only.

 

Maka sejak hari kelahiran ku, 24 tahun yg lalu, setiap harinya, saat ini, dan hingga aku wafat kelak, tidak peduli bagaimanapun keadaan ku, siapa orangtua ku, seperti apa pola asuh ku, harta, ilmu, jabatan, suami, anak, dan apapun itu yg di dititipkan padaku oleh Allah di dunia ini, seharusnya hanya menjadi eksternal yg merupakan tools untuk mencapai tujuan mencari Ridha Allah, taat dan berserah kepada Nya semata.

 

Bukankah demikian salah satu hikmah Allah ceritakan dalam Al-Qur'an berbagai macam kisah yg beraneka ragam? Nabi Ibrahim dengan orangtua yg metode parenting nya berbasis kesyirikan, nabi Nuh dengan anak yg durhaka bahkan memilih jalan yg salah padahal sudah diingatkan setiap saat, Asiah dengan pasangan yg tidak se frekuensi bahkan berkarakter narsistik, nabi Yusuf dengan saudara-saudara yg egois bahkan berani melakukan kekerasan fisik, Maryam yg menjadi single mother di tengah kaum yg menuduhnya berbuat tercela, nabi Zakariya dan isterinya yg mandul, Hajar yg harus menjalani hubungan jarak jauh dengan suaminya dan hanya ditinggalkan dengan seorang bayi di tengah gurun pasir, nabi Musa yg harus berpisah dengan orangtua ketika bayi dan diangkat anak oleh orang paling kejam sedunia, terlebih Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam dengan segala tantangan tekanan fisik, mental, emosi, batin yg terus menerus, padahal mengajak kaumnya menuju kebaikan.. 

 

Tidakkah itu semua mengajarkan ku sesuatu?

Berapa kali aku membaca Al-Qur'an?

Dan berapa banyak kamu melewatkan segala pembelajaran tersebut?

Apakah Allah menyia-nyiakan mereka?

Ketika tidak ada satupun orang yg membantu mereka, semua pintu sudah tertutup, apa yg mereka lakukan?

Hidup mereka jauh lebih sulit dariku, jauuuh sekali perbedaannya, tapi kenapa aku seolah jadi orang paling menderita di dunia? 

 

Bukankah ketika mereka menyadari makna hidup, bahwa ini semua hanyalah tentang aku dan Allah, tentang pertanggungjawaban ku sebagai hamba di dunia, semua menjadi ringan? 

 

Hidup memang tidak selalu menyenangkan, tapi juga tidak selalu menyedihkan. Allah sendiri yg mengatakan bahwa dunia adalah tempat ujian, penjara bagi nabi Adam dan anak keturunannya untuk kemudian kembali ke akhirat. Maka wajar ujian akan tetap selalu ada. Ujian kebahagiaan, ujian kesulitan, ujian kelalaian. Untuk melihat apa yg akan aku lakukan.

 

Maka, sudah, maafkan~

Memaafkan itu, bukan membenarkan perbuatan salah. Oranglain mungkin pernah mendzalimi kita. Tapi memaafkan, adalah tentang membiarkan apa yg terjadi di masa lalu untuk berlalu, dan kita memilih dengan sadar mengambil kontrol hidup kita untuk moving forward dan membuka diri untuk terus berbuat baik. @aisyahassalafiyah

1 komentar:

Please Uktub Your Ro'yi Here...