Oleh : AM. Bambang Prawiro, MEI
Islam adalah agama universal, ia tidak tersekat oleh ruang-ruang sempit
kebudayaan Arab atau Persia. Syariat-syariatnya akan senantiasa selaras dengan
kondisi sosial kebudayaan manusia kapan saja dan di mana saja. Maka, ketika
Islam dihadapkan pada sistem budaya yang jauh berbeda dengan induk semangnya,
ia memberikan tempat bagi budaya tersebut untuk mengisi ruang-ruang yang
selaras dengan esensi dari ajarannya. Pemberian ruang gerak bagi budaya lain
juga tercermin dari Kaidah Fiqhiyyah yang telah dirumuskan oleh
cendekiawan muslim yang terkenal dengan asas “Al-Adah Muhakammah” yaitu
Adat kebiasaan menjadi bagian dari hukum Islam. (As-Suyuti : 1989)
Hal inilah yang mendasari penyebaran Islam ke seluruh penjuru dunia
disambut secara baik oleh berbagai sistem kebudayaan yang ada. Bukti-bukti yang
menguatkan hal ini adalah manakala Islam masuk ke Indonesia dengan konsep
ajaran yang ramah terhadap budaya local, Islam telah memesona masyarakat
Indonesia hingga mereka berbondong-bondong menerimanya. Tanpa meninggalkan
esensi dari ajarannya, Islam telah melebur ke dalam budaya Indonesia hingga
munculah Islam dengan citarasa Indonesia (Islam Lokal). Lebih jauh lagi Islam
telah masuk dan berdialog dengan suku-suku bangsa yang ada di Indonesia dari
Sabang di bagian barat hingga Merauke di ujung timur, hamper tida ada satu
suku-pun di Indonesia yang tidak mengenal, menerima dan membaurkan Islam dengan
budaya lokal mereka. (Soerjanto Poespowardojo : 1986)
Di antara suku bangsa di Indonesia
yang telah lama bersentuhan dengan Islam adalah suku Sunda di Jawa bagian barat.
Suku Sunda adalah kelompok etnis yang berasal dari bagian barat pulau jawa yang
mencakup wilayah administrasi provinsi Jawa Barat, Banten, sebagian DKI
Jakarta, dan sebagian Jawa Tengah. Di provinsi ini hampir terdapat barbagai
suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku Sunda menempati prosentase 65% sebagai
penduduk asli dari berbagai suku yang ada di provinsi ini.Berbagai pandangan
mengatakan bahwa suku Sunda menganut beragam kepercayaan (agama) diantaranya : Agama
Sunda Wiwitan, dan agama Mei Kartawinata, yang sangat memegang teguh ajaran
leluhurnya. Seperti halnya mengagungkan Dewi Sri. Salah satu tradisi yang
mencerminkan terhadap adanya kepercayaan dan penghormatan terhadap tokoh Dewi
Sri, dapat dilihat dalam sikap dan perlakuan masyarakat agraris Jawa dan Sunda
terhadap padi.
Dari beberapa literature yang ada
menunjukan bahwa Islam telah masuk ke Tatar Sunda pada abad ke-14 dengan berdirinya pesantren Syeh
Quro di Karawang. Selanjutnya,
Islamisasi dilakukan oleh, Kesultanan
Banten dan Cirebon.
Kerajaan/Kesultanan Cirebon didirikan pada tahun 1482 oleh Syarif
Hidayatullah yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. (Nina Lubis : 2003)
Pertemuan antara Islam dan budaya Sunda melahirkan satu corak
keislaman lokal yang sangat unik. Keunikannya terletak pada harmoni antara
Islam dan budaya lokal yang teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka,
khususnya pada perayaan-perayaan keagamaan. Terjadi proses saling menerima, mengisi
dan melengkapi antara Islam dengan budaya Sunda hingga muncul istilah Sunda
Islam yaitu Islam dengan citarasa kesundaan.
Di antara komunitas sub-kultur Sunda yang memiliki keunikan Islam
lokal adalah masyarakat yang tinggal di Kampung Naga Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sebuah gambaran harmoni Islam dan budaya lokal yang sangat unik, dimana hingga
kini masih dapat kita saksikan mereka telah memeluk agama Islam namun tida
meninggalkan jati diri mereka sebagai Urang Sunda. Berbagai perayaan dan
upacara keagamaan oleh masyarakat Kampung Naga dijadikan ritual sebagai bentuk
penghormatan kepada leluhur sekaligus ibadah kepada Tuhan. Bentuk perayaan
tersebut sejatinya telah dilaksanakan secara turun-temurun sejak leluhur mereka
dahulu, bahkan sebelum mereka mengenal agama Islam. Hingga ketika Islam masuk
ke Kampung Naga mereka menjadikan Islam sebagai bagian tidak terpisahkan dengan
Darigama dan Adat Sunda. (Wawancara Kuncen Kampung Naga Bapak Ade Suherlin :
2012)
Beberapa perayaan keagamaan yang syarat dengan harmoni Islam dan
budaya Sunda yang ada di Kampung Naga diantaranya adalah :
1.
Menyepi setiap hari Selasa, Rabu dan Kamis
2.
Perayaan Kelahiran Anak
3.
Perayaan Khitanan
4.
Perayaan Pernikahan
5.
Perayaan Kematian
6.
Perayaan Hajat Sasih setiap dua bulan sekali
Perayaan Hajat Sasih merupakan perayaan terbesar
di Kampung Naga yang hingga saat ini masih dilaksanakan secara rutin setiap dua
bulan sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...