Muhasabah
Ramadhaniyyah
Abdurrahman
Misno BP
Ramadhan sebagai bulan penuh ampunan menjadi momen istimewa bagi umat
Islam untuk kembali memperbaiki diri dan melakukan muhasabah diri (introspeksi).
Ketika tujuan utama dari shaum (puasa) pada bulan ini adalah menjadi
manusia bertakwa, maka ketakwaan akan muncul dengan kesadaran diri tentang
hakikat dari kehidupan yang dijalaninya. Salah satu cara untuk memahami hakikat
kehidupan adalah muhasabah, yaitu menghitung, memperhatikan dan
menyiapkan perbekalan untuk masa yang akan datang. Allah ta’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan
apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Hasyr:
18.
Ayat ini diawali dengan seruan kepada orang-orang beriman يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا (Wahai
orang-orang yang beriman), sama seperti seruan dalam perintah berpuasa:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ
كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Hai orang-orang
yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, QS. Al-Baqarah: 183.
Maka bukan kebetulan ketika perintah untuk menyiapkan perbekalan untuk
hari esok setara dengan perintah untuk berpuasa. Ketakwaan sebagai tujuan dari
Ramadhan akan semakin mudah didapatkan ketika mampu untuk memulainya dengan
pemahaman terhadap diri sendiri dan hakikat dari kehidupan. Ayat dalam QS.
Al-Hasyr: 18 secara jelas menunjukan perintah bagi orang-orang yang beriman
untuk bermuhasabah, memperhatikan dan menyiapkan perbekalan untuk hari esok.
Umar bin Al-Khattab pernah berkata “Hisablah diri kalian sebelum kalian
dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiapsiaplah
menghadapi hari kiamat.” Artinya bahwa sebelum diri kita dihisab di akhirat
maka hendaklah kita memperhatikan apa yang telah kita perbuat, dana pa yang
telah kita persiapkan untuk hari kiamat.
Muhasabah Ramadhaniyyah, introspeksi diri pada bulan Ramadhan menjadi hal
yang sangat urgen untuk dilakukan oleh setiap muslim. Muhasabah, introspeksi
diri tentang hal-hal yang telah kita lakukan di masa lalu serta di bulan
Ramadhan tahun lalu. Apakah Ramadhan tahun ini lebih baik dari tahun lalu? Atau
jangan-jangan malah mengalami penurunan. Jika ini terjadi maka hendaklah kita
segera memperbaiki diri.
Demikian pula jika dalam melewati Ramadhan yang mulia ini kita tidak
memiliki persiapan dan target ibadah yang akan dicapai, maka bisa jadi Ramadhan
kali ini tidak memiliki makna sama sekali. Hanya sebatas melaksanakan kewajiban
puasa, tidak bisa memahami hakikat dari puasa yang sebenarnya. Rasulullah
bersabda:
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ
وَالْجَهْلَ ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa tidak meninggalkan
perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada
keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya." HR.
Bukhary dan Abu Dawud.
Inilah salah satu
dari hakikat berpuasa, yaitu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi
dirinya, bukan hanya menahan lapar dan haus saja. Pada riwayat yang lainnya
Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam juga bersabda bahwa berapa banyak
manusia yang berpuasa itu hanya mendapatkan haus dan lapar saja tanpa mendapatkan
pahala berpuasanya. Sehingga sudah selayaknya, kita kembali bermuhasabah apa
yang telah, sedang dan akan dilakukan pada bulan yang mulia ini.
Bagaimana cara
bermuhasabah? beberapa pertanyaan di bawah ini menjadi bahan muhasabah diri di
bulan suci ini, silahkan jawab dengan hati:
No
|
Pertanyaan Muhasabah
|
Ya
|
Tidak
|
1
|
Apakah anda merasa bahagia menghadapi bulan Ramadhan?
|
|
|
2
|
Apakah anda sudah mempersiapkan lahir batin dan memiliki
target dalam menghadapi bulan Ramadhan?
|
|
|
3
|
Apa yang sudah kita lakukan di hari-hari yang sudah
dilalui pada bulan Ramadhan? Apakah amalan wajib saja?
|
|
|
4
|
Apakah amalan kita berbeda dengan bulan-bulan lainnya?
|
|
|
5
|
Apakah kuantitas dan kualitas amal pada bulan Ramadhan ini
lebih baik dari Ramadhan kemarin?
|
|
|
6
|
Apakah anda memiliki semangat tinggi dalam beribadah pada
bulan Ramadhan?
|
|
|
7
|
Bagaimana perasaan anda ketika melewati bulan Ramadhan?
Apakah bahagia?
|
|
|
Jika anda berbahagia
menghadapi Ramadhan maka bagus, namun jika biasa saja maka anda dalam bahaya
karena tidak memahami mulianya bulan ini. Jika pada Ramadhan ini tidak ada
target, maka berhati-hatilah karena kemalasan akan selalu menghampiri anda. Jika
pada hari-hari kemarin kita hanya mengamalkan hal-hal yang wajib saja maka
perlu ditingkatkan, karena kita tidak memiliki nilai lebih selain mengugurkan
kewajiban.
Jika amal pada Bulan
Ramadhan sama dengan bulan-bulan yang lainnya selain puasa, maka merugilah anda
karena betapa besar kemuliaan Ramadhan. Jika Ramadhan tahun ini sama dengan
Ramadhan pada tahun-tahun yang lalu maka anda tidak naik kelas. Jika dalam
beramal dalam Ramadhan ini tidak ada semangat atau biasa saja maka introspeksi
dirilah. Jika melewati Ramadhan dengan perasaan bahagia maka bersedihlah,
karena tidak ada yang bisa menjamin anda akan mendapatinya di tahun lain. Wallahu
A’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...