Oleh: Misno bin Mohd Djahri
Bahagia adalah dambaan setiap manusia, segala cara dilakukan untuk
mendapatkannya. Seseorang pergi untuk bekerja pada pagi dan pulang malam hari
hanya untuk mendapatkan kebahagiaan. Sebagian lainnya mengkuti semua jejang
pendidikan dari mulai sekolah dasar sampai program doktoral untuk mendapatkan
kebahagiaan. Sementara yang lainnya bersusah-payah mencari pasangan hidup yang
sesuai dengan kriteria ideal dengan harapan mendapatkan kebahagiaan. Segala
cara dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan kebahagiaan, bahkan ada yang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang mereka pahami sebagai
kebahagiaan.
Setiap orang memahami bahagia dengan
perspektif yang berbeda, sebagian menganggap bahwa bahagia itu adalah ketika
memiliki harta kekayan yang banyak. Sebagian lainnya berpendapat bahwa
kebahagiaan adalah ketika jabatan dan kekuasaan ada di tangannya. Sebagian yang
lain lagi berpendapat bahwa memiliki pasangan hidup idaman dan anak-anak yang
baik adalah sebuah kebahagiaan sebenarnya. Intinya ukuran kebahagiaan akan
berbeda antara satu orang dengan orang lainnya.
World Happiness Report yang disusun Sustainable Development Solutions Network untuk
PBB, melaporkan daftar terbaru negara-negara paling bahagia di dunia untuk
memperingati Hari Kebahagiaan Internasional yang jatuh pada 20 Maret setiap
tahun. Pada tahun 2019 negara yang terpilih sebagai negara paling bahagia
adalah Finlandia.
Masyarakat Finlandia bisa
mendapatkan kebahagiaan seutuhnya dengan cara berbuat baik terhadap sesama. Mereka
bisa menemukan makna hidup dan kepuasan melalui kesetaraan yang lebih tinggi
dan dukungan sosial. Tak ada kesenjangan sosial di negara tersebut.
Hal itu dapat diartikan bahwa
masyarakat Finlandia mampu mendapatkan kebahagiaan melalui usaha minimal, tidak
dengan berusaha keras untuk bahagia. Selain itu, masyarakat Finlandia juga
punya kesadaran yang tinggi dalam membayar pajak, karena mereka paham kalau
hasil pajak akan digunakan kembali untuk mereka.
Finlandia sebagai negara paling
bahagia di dunia memiliki masyarakat yang menerapkan gaya hidup minimalis. Perlu
diketahui bahwa masyarakat di negara kawasan Eropa itu dikenal dengan gaya
hidupnya yang minimalis. Mereka hanya menggunakan barang-barang bermanfaat
saja.
Dalam kehidupan sehar-harinya,
mereka juga menerapkan budaya “Sisu”, yakni budaya hidup bahagia meski berada
di masa-masa sulit, mereka tetap semangat dan tabah. Selain itu, masyarakatnya
juga sangat dekat dengan alam. Mereka begitu menggemari tradisi ‘terapi hutan’,
yaitu menjelajah hutan hingga ke pinggiran sungai dan danau.
Peringkat kedua dari negara paling
bahagia adalah Denmark. Masyarakat di negara tersebut menerapkan konsep Hygge,
yakni cara hidup bahagia, menenangkan jiwa, dan nyaman. Untuk memulai
menerapkan konsep Hygge, masyarakat Denmark menciptakan astmosfer yang
tenang dan nyaman supaya betah di rumah. Biasanya rumah mereka didesain dengan
konsep super cozy yang mengusung interior kayu dan gelas keramik. Selain
itu, masyarakat Denmark juga selalu bersyukur sehingga menjadikan mereka lebih
gemar menolong, lebih pemaaf dan tidak materialistis.
Peringkat ketiga diduduki oleh Islandia
yang menjunjung tinggi kesetaraan, pajak rendah, pendidikan berkualitas, dan
kesehatan gratis diterapkan pemerintah Islandia. Kesetaraan menjadi prioritas
utama bagi pemerintah di negara yang memiliki pemandangan alam memukau itu. Bahkan,
di tahun 2018, pemerintah Islandia telah menyetarakan upah antara pekerja pria
dan wanita.Faktor terbesar itulah yang membuat Islandia menempati posisi
keempat negara paling bahagia di dunia.
Peringkat selanjutnya Belanda yang
terkenal dengan gaya hidupnya yang santai dan ramah. Untuk menciptakan hidup
bahagia, mereka menerapkan konsep mendukung sepenuhnya dan kontrol seperlunya. Bagi
kalangan dewasa seperti orang tua maupun guru menciptakan suasana yang setara
antara satu sama lainnya. Hal itu membuat para remaja di Belanda tidak
merasakan perundungan dan bisa berkomunikasi secara leluasa dan terbuka dengan
guru maupun orangtuanya.
Swiss dinobatkan sebagai negara
paling bahagia di dunia karena masyarakatnya sangat konsisten dalam urusan
ketepatan waktu.Tepat waktu sudah mendarah-daging bagi DNA Swiss. Negara ini
juga dikenal dengan berbagai brand jam tangan berkelas.
Budaya tepat waktu membuat Swiss
sangat bisa diandalkan. Bila janji bertemu pukul 15.00, pertemuan pun akan
terjadi tepat pada pukul 15.00. Letak geografis negara Swiss yang berada di
kawasan pegunungan itulah yang membentuk karakter masyarakatnya selalu tepat
waktu.
Selandia Baru, selain terkenal
dengan keindahan alamnya yang luar biasa, Selandia Baru juga menjadi negara terbersih
dari korupsi sehingga masuk sebagai negara paling bahagia di dunia. Kebijakan
dan sistem penanganan korupsi yang diterapkan pemerintah Selandia Baru patut
diacungi jempol. Tak ada lagi ruang bagi siapa pun juga untuk korupsi, sehingga
birokrasi di negara ini sangat mudah. Misalnya, untuk mengurus izin-izin usaha,
masyarakat Selandia Baru hanya butuh waktu sehari saja.Bahkan, Selandia Baru
menempati posisi negara tercepat di dunia dalam urusan birokrasi. Maka tak
heran, negara tersebut dijuluki sebagai negara bisnis tercepat di dunia.
Norwegia pernah menempati peringkat
pertama sebagai negara paling bahagia di dunia pada tahun 2017 silam. Masyarakat
di negara tersebut cenderung dekat dengan keluarga dan punya keinginan membina
hubungan hangat dengan sesama.Keamanan finansial juga jadi faktor pendorong
negara ini menjadi negara yang paling berbahagia di dunia ini. Di Norwegia,
untuk biaya kesehatan, iuran yang harus dibayarkan maksimal US$ 300 per
tahunnya.
Dengan begitu, masyarakatnya akan
memperoleh fri korti (kartu bebas) sehingga mereka tak perlu lagi bayar
biaya kesehatan sepanjang tahun.Karena kebutuhan medisnya terjamin membuat poin
Norwegia menjadi terdongkrak dalam variabel penentu kebahagiaan.
Austria menjadi salah satu negara
paling bahagia di dunia. Bahkan, Wina, ibu kota Austria menjadi salah satu kota
yang memiliki kualitas hidup terbaik di dunia.Meski dikenal sebagai negara yang
rendah sumber daya alam, namun pada kenyataannya Austria mampu membuat
masyarakatnya lebih bahagia.Hal itu karena kejujuran menjadi budaya bagi
masyarakatnya. Semua warga, mulai dari kalangan anak-anak hingga dewasa
diajarkan kejujuran.Di semua tingkatan, pelajaran utama di sekolah Austria
adalah menanamkan kejujuran.
Bagi pemerintah Austria, pintar
penting, tapi kepintaran tanpa kejujuran bisa berujung malapetaka.Pemerintah
Austria juga menjamin keamanan, kesehatan, dan pendidikan. Bahkan, jarang
sekali ada polisi berseragam yang lalu-lalang di sepanjang kota.
Bagaimana dengan Indonesia? ia
menempati urutan ke-92 dari 159 negara di dunia yang paling bahagia. Peringkat
ini setidaknya lebih baik dibanding tahun sebelumnya yang berada di posisi
ke-96.Selain itu, Indeks kebahagiaan Indonesia juga mengalami peningkatan dari
5,093 menjadi 5,192. Namun, kebahagiaan Indonesia masih tetap kalah
dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara lain, seperti Singapura menempati
peringkat ke-35, Filipina peringkat ke-69, dan Malaysia peringkat ke-80.
Membahas tentang kebahagiaan tidak
akan lengkap tanpa memahami definisi kebahagiaan yang disebutkan oleh para
ahli. Kebahagiaan menurut Aristoteles (Adler, 2003) menyatakan bahwa happiness
atau kebahagiaan berasal dari kata “happy” atau bahagia yang berarti feeling
good, having fun, having a good time, atau sesuatu yang membuat pengalaman yang
menyenangkan. Sedangkan orang yang bahagia menurut Aristoteles (Rusydi, 2007)
adalah orang yang mempunyai good birth, good health, good look, goodluck,
good reputation, good friends, good money and goodnes
Kebahagiaan merupakan sebongkahan
perasaan yang dapat dirasakan berupaperasaan senang, tentram, dan memiliki
kedamaian (Rusydi, 2007). Sedangkan happiness atau kebahagiaan menurut
Biswas, Diener & Dean (2007) merupakan kualitas dari keseluruhan hidup
manusia apa yang membuat kehidupan menjadi baik secara keseluruhan seperti
kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang tinggi ataupun pendapatan yang
lebih tinggi.
Fumham (2008) juga menyatakan bahwa
kebahagiaan merupakan bagian dari kesejahteraan, contentment, to do your
life satisfaction or equally the absence of psychology distress.
Ditambahkan pula bahwa konsep kebahagiaan adalah merupakan sinonim dari
kepuasan hidup atau satisfaction with life (Veenhoven, 2000). Diener
(2007) juga menyatakan bahwa satisfaction with life merupakan bentuk
nyata dari happiness atau kebahagiaan di mana kebahagiaan tersebut
merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian tujuan dikarenakan pada
kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik,
kreativitas yang lebih tinggi sertatempat kerja yang lebih baik.
Sumner (Veenhoven, 2006)
menggambarkan kebahagiaan sebagai “memiliki sejenis sikap positif terhadap
kehidupan, dimana sepenuhnya merupakanbentuk dari kepemilikan komponen kognitif
dan afektif. Aspek kognitif dari kebahagiaanterdiri dari suatu evaluasi positif
terhadap kehidupan, yang diukur baik melalui standardatau harapan, dari segi
afektif kebahagiaan terdiri dari apa yang kita sebut secaraumum sebagai suatu
rasa kesejahteraan (sense of well being), menemukan kekayaanhidup atau
menguntungkan atau perasaan puas atau dipenuhi oleh hal-hal tersebut.
Diener (1985) menyatakan bahwa
happiness atau kebahagiaan mempunyaimakna yang sama dengan subjective wellbeing
dimana subjective wellbeing terbagiatas dua komponen didalamnya. Kedua komponen
tersebut adalah komponen afektif dan komponen kognitif.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
pengertian kebahagiaan adalah perasaan positif yang berasal dari kualitas keseluruhan
hidup manusia yang ditandai denganadanya kesenangan yang dirasakan oleh seorang
individu ketika melakukan sesuatu hal yang disenangi di dalam hidupnya dengan
tidak adanya perasaan menderita.
Kebahagiaan sebagai sebuah perasaan
dapat muncul dengan adanya beberapa indikator yang ada, misalnya terpenuhinya
kebutuhan pokoknya, keamanan yang terjamin, kesejahteraan dan fasilitas hidup
yang cukup. Dalam skala negara, maka negara yang bahagia dapat dilihat dari; Pendidikan
gratis, perawatan kesehatan, tingkat kejahatan rendah, jaminan sosial yang
nyaman, populasi yang relatif homogen dan makmur.
Selain itu ada juga standar untuk
mengukur kebahagiaan sebuah negara dilakukan berdasarkan usia harapan hidup,
pendapatan per kapita, kebebasan untuk menentukan pilihan, dukungan sosial,
hingga kemurahan hati.
Indonesia menempati posisi ke-92
dari 159 negara di dunia dalam tingkat kebahagiaan, maknanya bahwa warga negara
Indonesia belum bisa merasakan kebahagiaan dengan sepenuhnya. Salah satu dari
penyebabnya adalah karena mereka belum bisa menjadi pembelajar, ya... belajar
adalah kunci utama dalam meraih bahagia.
Bukankah di Indonesia sudah ada
wajib belajar minimal 9 (sembilan) tahun, yaitu dari tingkat sekolah dasar
sampai sekolah menengah. Ini permasalahannya, bahwa ternyata pembelajaran yang
dilaksanakan saat ini masih jauh dari tujuan pendidikan itu sendiri.
Metode belajar yang ada saat ini
masih cenderung menempatkan anak sebagai obyek, sehingga mereka dipaksa untuk menghafl
berbagai rumus, teori dan berbagai ilmu pengetahuan. Bahkan sejak tingkat dasar
mereka sudah diberikan mata pelajaran yang begitu bayak sehingga bukannya
mereka merasa senang belajar, yang muncul adalah belajar itu menjadi beban
sehingga mereka tertekan dan stress dengan belajar.
Selain itu pembelajaran yang
diberikan tidak sesuai dengan perkembangan anak sehingga kita lihat anak
sekolah menengah sudah belajar ilmu untuk perguruan tinggi. Akibatnya lagi-lagi
anak tidak suka dengan yang namanya belajar.
Maka bagaimana
caranya agar meraih bahagia? Jawabannya adalah dengan memahami makna bahagia,
mengetahui kunci-kunci utama kebahagiaan dan menghilangkan segala penghambat
dalam meraih kebahagiaan.