Oleh: Misno bin Mohamad Djahri
Ini kisah tentang romantika rumah
tangga yang sudah melewati dua puluh tahun pernikahan. Mungkin banyak orang
yang menyatakan bahwa masa yang panjang itu telah membentuk karakter dan
pemahaman mendalam antara suami dan istri. Masing-masing sudah memahami kelebihan
dan kekurangan pasannganya, hingga sudah tidak aneh lagi dengan setiap keadaan
yang ada. Survey saya terhadap pasangan yang telah menikah lebih dari dua
puluh tahun menunjukan bahwa antara suami dan istri sudah seperti kakak adik,
rasa nya’ah (kasih sayang) itu telah terpatri di antara pasangan ini.
Namun benarkah hal ini akan terus berjalan mulus?
Tidak ada yang bisa menjamin bahwa
rumah tangga yang sudah melewati usia pernikahan dua puluh tahun akan baik-baik
saja. Bahkan banyak kasus justru rasa bosan itu memuncak di usia pernikahan ini,
dari masalah sepele semisal masakan hingga godaan orang ketiga yang biasanya
muncul di usia setengah baya. Belum masalah ranjang yang sudah sampai ke tahap “bosan”
hingga masing-masing pasangan tidak lagi memedulikan penampilan. Tentu saja
tidak semua keluarga, namun ada saja yang mengalami badai rumah tangga di
masa-masa setengah perjalanan pernikahan.
Banyak sebab rumah tangga selalu
ditimpa cobaan, tentunya ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal terkait
dengan hawa insan yang ada pada masing-masing pasangan semisal rasa bosan atau
tidak lagi bisa menghadirkan sebuah kesenangan pasangan. Bahkan rasa cuek dan
apa adanya seringkali terjadi pada usia setengah baya, misalnya tidak lagi
memperhatikan penampilan untuk pasangan padahal ketika keluar rumah selalu
berdandan. Ini berlaku tentu saja bukan hanya istri tapi juga suami, di mana
penampilan sudah dianggap tidak penting lagi padahal sangat berpengaruh kepada
hubungan suami istri. Kadang-kadang ego dari suami atau istri juga semakin
tinggi hingga tidak lagi memerhatikan pasangannya dalam berbagai hal, termasuk
kerinduan pasangan akan masa-masa di awal pernikahan. Maka pasangan harus
pandai-pandai untuk mengelola hawa-nya jangan sampai karena mengikuti egonya
kemudian tidak lagi memedulikan pasangan dalam berbagai hal.
Faktor eksternal tentu saja berasal
dari Iblis dan balatentaranya yang selalu menggoda manusia, termasuk menggoda
pasangan suami istri agar selalu berada pada keadaan tidak saling mencintai. Iblis
menggoda dengan berbagai cara, agar suami dan istri selalu berada pada kondisi
tidak saling menghargai, atau memunculkan hal-hal sepele yang kemudian nampak
besar karena godaan syaithan. Misalnya saja makanan yang tidak disukai oleh
suami, istri sudah tahu sejak dulu tapi masih tetap menghidangkannya untuk
suami. Di sinilah syaithan menggoda manusia dengan menambah-nambahnya hingga
masalah ini semakin runcing dan pertengkaran terjadi di antara pasangan. Demikian
juga godaan syaithan terhadap setiap pasangan dengan menutupi kecantikan dan
kegagahan pasangan hingga tidak memiliki daya Tarik terhadap pasangan. Belum lagi
godaan dengan rasa bosan dan bisikan agar melakukan hal-hal yang dapat
meruntuhkan bangunan rumah tangga.
Maka menjadi sebuah keniscayaan
bagi setiap pasangan, baik yang baru ataupun yang sudah lama untuk selalu
menjaga dan mengelola hawa (ego) masing-masingnya jangan sampai terbawa hawa
hingga kemudian mengorbankan keharmonisan keluarga. Selalu waspada dengan
godaan syaithan dan bala tentaranya yang selalu menggoda setiap pasangan agar
selalu terjaid percekcokan dan ketidakharmonisan. Caranya adalah dengan
menghiasi rumah tangga dengan syariah Allah Ta’ala dan selalu berlindungan
kepadaNya dari segala tipu daya Iblis, Syaitan dan teman-temannya.
Semoga Allah Ta’ala memberikan
kepada kita hidayah serta inayahNya sehingga kita mampu membina rumah tangga
hingga ajal menjemput nyawa. Aameen ya rabbal aalameen… 08112022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...