Oleh: Wawan Latif
Suryalaya Boarding School
has formed with Tasawwuf Studies by the Dzikir method of TQN. Haul tradition was arose arround
Boarding School to appriciate Mursyid’s great values who was live by great
struggle and example in his life. In this tradition arise also another
traditions such as “ Pawai Natura” that becomes a part of this Haul tradition
ceremony. Pawai Natura is accompaniment of TQN’s congregation who brought a lot
of food and stuff that given to Mursyid for making Haul succesfull.Pawai Natura
was sacred, phenomenon and heroic even for TQN’s congregation to perform their
loyallity to whom has the great of struggle, patriotism, nationality and wide
attention for the independent. KH. Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifiin is someone
who has shympatic and charismatis taken a place the dzikir deep in every
concregation’s bottom heart. In order, the congregations came by sincerity with all heart and soul to give the
favor for making this even succesfull.They offer a contribution of their talent
even in body, soul and mind.These respectations from them is manifestation on
their thanksful to Merciful Allah for his glorious gift.
Pondok Pesantren
Suryalaya merupakan pesantren dengan pengajaran tasawuf melalui sebuah metode
penanaman dzikir lewat Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah atau lebih sering
disebut dengan TQN.Tradisi Haul muncul dalam lingkungan Pondok Pesantren
Suryalaya untuk mengenang Jasa Mursyid TQN yang penuh perjuangan dan keteladanan semasa hidupnya.
Pada tradisi Haul inilah munculnya sebuah tradisi lain yaitu Pawai Natura yang
menjadi sebuah rangkaian dalam kegiatan Haul di Pondok Pesantren Suryalaya.
Pawai Natura adalah sebuah iring-iringan sekelompok ikhwan TQN dengan membawa
bahan makanan hasil bumi untuk
diserahkan kepada mursyid demi mensukseskan tradisi Haul.Pawai Natura merupakan
sebuah kegiatan yang sakral fenomenal dan heroik bagi ikhwan akhwat TQN dalam
mewujudkan khidmatnya kepada figur yang memiliki nilai-nilai kejuangan,
patriotism, wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan
nilai-nilai kepahlawanan dalam perjuangan kemerdekaan. Pangersa Abah Anom (KH Ahmad Shohibul wafa Tazul ‘Arifin)
yang simpatik dan kharismatik telah menempatkan pengajaran TQN dalam relung
hati setiap ikhwan TQN, sehingga para Ichwan akhwat merasa terpanggil
secara nurani untuk berhidmat dalam rangka membantu mensukseskan dan
memeriahkan HUT PP Suryalaya menyumbangkan berbagai kemampuan, baik harta,
tenaga, dan pikiran sesuai kafasitas,
sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas berbagai nikmat yang diterima
Key words: Ikhwan
TQN, Haul, Pawai Natura
Pendahuluan
Islam adalah agama yang kaya akan tradisi. Tradisi islam
dari setiap daerah ataupun Negara kadang berbeda. Khususnya di Nusantara,
seakan tiada bulan tanpa tradisi peringatan. Terlebih apabila datang bulan Muharram, serentak tanpa komando umat
Islam seluruh Nusantara menyambut bulan tersebut dengan aneka kegiatan yang
berbau relegius, salah satunya adalah peringatan se-tahun terhadap orang yang
telah meninggal. Peringatan tersebut biasanya lebih dikenal oleh masyarakat
dengan sebutan haul, bila dilihat dari mata sejarah, sebenarnya tak bisa
dilepaskan begitu saja dari warisan nenek moyang bangsa ini yaitu tradisi Hindu
dan Budha. Sebagaimana yang kita tahu bagaimana wali songo berperan penting
dalam menyebarkan Islam, tanpa ada unsur membuang jauh tradisi lama pribumi
yang terkenal akan upacara/persembahan atau bahasa sederhananya peringatan,
baik itu peringatan terhadap orang sudah meninggal maupun lainnya. Istilah
mitoni yaitu peringatan yang dilakukan oleh ahli waris terhadap orang yang
meninggal setelah tujuh hari dari kematian dan banyak lainnya.
Dalam Islam tidak terdapat istilah yang jelas untuk
melakukan ritual seperti halnya mitoni (tujuh hari), matang puluhi (empat puluh
hari), nyatusi (seratus hari), nyewuni (seribu hari) atau yang lebih marak
dalam bulan ini yakni ngekholi (satu tahun), yang selama ini umat Islam
Nusantara menjalankannya.Mungkin dari sinilah istilah itu mulai dipertanyakan,
apakah itu berasal dari ajaran Islam atau hanya budaya warisan dari nenek
moyang?Kalau kita melihat
pernyataan sejarah di atas, membuktikan bahwa istilah itu muncul dari kebiasaan
yang dilakukan oleh nenek moyang dan pada akhirnya menjadi tradisi yang
dilestarikan.Untuk itu marilah kita menengok sebuah kebiaasan yang dilakukan
oleh umat Islam Nusantara, mereka sering kali berduyun-duyun datang ke sebuah
makam, biasanya makam yang didatangi adalah makam para wali, kiai, atau tokoh
kharismatik. Maksud dan tujuan kedatanganya pun bervariasi. Ada yang
betul-betul tulus untuk sekedar ziarah, hingga sampai pada tujuan menyekutukan
Allah.Semua itu berjalan sudah bertahun-tahun hingga menjadi sebuah keharusan,
kalau tidak seperti itu kayaknya hidup ini tidak lengkap. Dari sekian banyak
tradisi kebudayaan dalam islam yang masih banyak dilaksanakan di Nusantara ini
ada satu tradisi yang cukup menarik untuk dilakukan riset oleh penulis yakni
tentang proses pelaksanaan Haul.
Dalam penelitian ini, penulis yang berdomisili di lingkungan
Pondok Pesantren Suryalaya merasa tertantang untuk melakukan penelitian tentang
kegiatan haul di Pondok Pesantren
Suryalaya yang diperingati setiap tahun, namun secara lebih meriah
diperingati setiap 5 (lima) tahun sekali. Pada pelaksanaannya, kegiatan
tersebut tentu memerlukan persiapan yang matang baik dari segi perencanaan
maupun dari segi finansial. Hal ini dikarenakan para tamu yang datang bukan
saja dari ikhwan dalam negeri tetapi juga datang dari negeri tetangga, misalnya
dari Malayasia, Singapura, Thailand dan lain-lain, kedatangan mereka untuk ikut
memeriahkan Haul.Biasanya mereka tinggal di komplek pesantren kurang lebih satu
minggu.
Kehadiran para ikhwan di Pondok Pesantren Suryalaya tentunya
membawa dampak yang signifikan terhadap kebutuhan penyediaan akomodasi, konsumsi dan lainnya.Oleh karena itu, untuk
mensukseskan ulang tahun di buat panitia di tingkat yayasan guna menunjang
berbagai kegiatan yang dipersiapkan.Baik untuk penanganan konsumsi, akomodasi,
kegiatan pameran dan bazar serta banyak ragam lainnya. Di sisi lain, para ikhwan merasa terpanggil
hatinya untuk ikut serta mensukseskan kegiatan haul tersebut dengan
menyumbangkan bebagai hasil pertanian yang mereka miliki, misalnya: beras, lauk
pauk, sayur mayur, bahkan hewan ternak semisal sapi atau kambing. Kegiatan
tersebut dilaksanakan kurang lebih dimulai satu minggusebelum pelaksanaan Haul.
Proses penyerahan barang keperluan tersebut dilakukan dalam bentuk kelompok dan
ini dikenal dengan Pawai Natura. Tema “pawai natura” menjadi sangat
penting untuk diungkap menjadi sebuah bahan penelitian. Oleh karena itu,
peneliti membuat sebuah rumusan masalah untuk mempermudah makna yang akan
dikupas dalam penelitian ini, yaitu: Bagaimana
pandangan Ikhwan TQN terhadap Pawai Natura?. Sedangkan, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengungkap secara deskriptif Pawai Natura yang
dilaksanakan di Pondok Pesantren Suryalaya,
bagaimana prosesi pelaksanaannya, dan untuk mengetahui bangaimana pandangan
ikhwan TQN terhadap Pawai Natura.
Metode Penelitian
Untuk memudahkan peneliti dalam menjawab dan menyimpulkan
rumusan masalah yang diajukan, maka metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian etnografi yang menggambarkan sesuatu
sebagaimana adanya.Penelitian Etnografi merupakan studi yang sangat mendalam tentang perilaku yang
terjadi secara alami di sebuah budaya atau sebuah kelompok sosial tertentu
untuk memahami sebuah budaya tertentu dari sisi pandang pelakunya.Kemudian, dalam
pengembangan pembahasannya penelitian ini berusaha untuk mencari sebuah fungsi
dari pawai natura.Oleh karena itu, teori yang
digunakan adalah teori fungsionalisme yang dikembangkan oleh Malinowsky, yang
membagi fungsi itu dalam beberapa hal. Dalam J Van Baal (1985: 51) pertama
Malinowsky merumuskan fungsi sebagai berikut:
The part which is played by any factor of culture
whitin the general shecme; The fungsional theory of anthropology regard culture
as an instrumenta reality
Suatu fungsi diwajibkan untuk memenuhi sutau kebutuhan,
berarti fungsi menjadi suatu yang melayani kehidupan dan kelanjutan hidup,
dalam kerangka fungsi seperti inilah akan dilihat sejuah mana Pawai Natura
dapat melayani kehidupan dan kelanjutan hidup ikhwan TQN Pondok Pesantren
Suryalaya. Dimana ketenangan, ketentraman dan kedamaian itu akan tercapai kalau
manusia dapat memelihara dunia sosial dan natural, pemenuhan kebutuhan baik
yang mendasar atau substansi merupakan inti konsep sosialnya.
Selanjutnya,
pengumpulan
data yang peneliti lakukan
tentu saja tidak hanya mengandalkan observasi lapangan secara langsung, karena
kegiatan Pawai Natura ini dilaksanakan setiap 5 (lima) tahun. Maka sebagai
bahan pembanding analisis dari visualisasi, dibutuhkan pengumpulan data melalui dokumentasi kegiatan, baik
dalam bentuk foto ataupun dalam bentuk dokumen file. Selain itu, proses wawancara
dengan orang, atau sekelompok orang, tokoh masyarakat atau orang yang dianggap
memahami tema penelitian ini menjadi
sasaran utama selanjutnya sebagai referensi penelitian ini.Untuk
kepentingan wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti, yang menajdi informan
kunci dalam penelitian ini adalah sesepuh atau pemegang amanat Pondok Pesantren
Suryalaya, cendekiawan dan cerdik pandai komunitas TQN, serta beberapa rakyat
biasa yang merupakan pengikut setia dan pengamal ajaran TQN.
Untuk alat bantu wawancara, peneliti menggunakan pedoman
wawancara, kemudian untuk menyimpan hasil wawancara peneliti menggunakan
recorder. Penggunaan recorder harus peneliti tempuh, karena adanya kekhawatiran
akan data yang tercecer yang tidak sempat tercatat jika hanya mengandalkan
catatan lapangan. Penggunaan alat bantu tersebut dalam pelaksanaannya selalu
berdasarkan ijin dari para informan, terutama penggunaan recorder, namun jika
informan tidak mengijinkan maka peneliti harus tetap menjaga konsentrasi agar
dapat menangkap semua wawancara dan menuliskannya dalam catatan lapangan (filed notes).
Tradisi Haul di Pondok
Pesantren Suryalaya
Tradisi Haul yang sering dilaksanakan di Pondok
Pesantren Suryalaya di peringati setiap satu
tahun sekali, sebagai bentuk rasa syukur dan memuliakan mursyid (guru)
TQN. Tradisi ini diperingati secara lebih meriah dengan kegiatan yang
lebih beragam selama kurun waktu 5
(lima) tahun sekali. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mengisi kegiatan haul
yang lebih meriah di Pondok Pesantren Suryalaya yang dilaksanakan selama 5
(lima) tahun sekali ini meliputi: 1) Kegiatan bidang prestasi, dalam rangka
penilaian bagi organisasi tingkat Korwil/Perwakilan Yayasan Serba Bakti (YSB)
PPS, Pondok Remaja (PR) Inabah, Mubaligh Muda Berkualitas, Penulisan Sejarah
TQN PPS di wilayah masing-masing, MTQ dan Lomba olah raga; 2) Pengobatan gratis
bagi masyarakat seputar PPS yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten
Tasikmalaya; 3) Khitanan massal; 4) Pelatihan Teknologi Komputer (IT) di
Suryalaya yang diikuti oleh utusan dari YSB PPS Pusat, Korwil, Perwakilan dan
lembaga-lembaga di PPS; 5) Donor darah, kegiatan ini bekerja sama dengan PMI
Kab. Tasikmalaya; 6) Loka Karya/Seminar Tasawwuf; 7) Pameran kitab-kitab
tasawwuf; 8) Penerbitan karya ilmiah oleh para pakar di lingkungan PPS; 9) Khaol
dan ziarah ke makam pendiri PPS Almarhum Syekh Abdulloh Mubarok bin Nur
Muhammad (Abah Sepuh). (Surat
Edaran Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke-105
nomor:06/Pan-HUT/PPS/IV/2010 tentang Rincian Kegiatan dalam Rangka Peringaktan
HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.)
Tradisi haul yang dilaksanakan secara
meriah di Pondok Pesantren Suryalaya dilaksanakan secara terstruktur melalui
panitia yang dibentuk dalam rangka menyukseskan kegiatan haul tersebut. Panitia
pelaksana di bentuk dalam kurun waktu 9 (Sembilan) bulan sebelum hari
pelaksanaan, hal ini dimaksudkan agar panitia dapat membuat konsep yang matang
agar pelaksanaan haul dapat berjalan dengan lancar dan meriah. Disamping itu,
adanya kebutuhan persiapan dari segi financial yang cukup memakan biaya yang
tidak sedikit. Karena kegiatan pelaksanaan haul tersebut didatangi oleh para
murid dari berbagai pelosok daerah di Indonesia, bahkan untuk murid yang ada di
luar negeri pun turut datang dalam pelaksanaan haul tersebut. Ini kontan saja
menjadikan panitia membutuhkan keperluan dalam rangka menjamu ataupun
mempersiapkan segala sesuatunya demi kelancaran pelaksanaan haul.
Kepanitiaan yang dibentuk ini, membidangi
kegiatan dalam acara haul tersebut sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dari
setiap bidang kegiatan yang akan diselenggarakan dalam kegiatan haul di Pondok
Pesantren Suryalaya di bawah koordinasi bidang-bidangnya tersendiri dengan
tetap melakukan koordinasi dengan ketua umum pelaksana kegiatan haul.
Dalam tradisi Haul, Pondok Pesantren
Suryalaya hadir sebagai pondok pesantren yang dapat menjaga kearifan budaya local (local wisdom). Tradisi haul di Pondok Pesantren Suryalaya dijadikan sebagai sarana
mempererat tali silaturahmi antara mursyid, wakil talqin dan murid TQN.
Pelestarian tradisi haul dari tahun ke tahun dikemas dengan lebih beragam, hal
ini ditujukan agar kegiatan ini bisa terus menarik. Selain itu juga, dengan
adanya tradisi haul di lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya dapat dijadikan
sebagai kegiatan dalam mendongkrak ekonomi masyarakat sekitar dan para ikwan, baik ikwan yang berada di lingkungan pesantren
maupun ikhwan yang sengaja datang dari daerah luar pesantren yang memanfaatkan kegiatan ini untuk melaksanakan aktiftas ekonomi dan bisnis, baik sebagai penyedia
barang, maupun sebagai pembeli. Barang dagangan tersebut biasanya merupakan barang
kerajinan, jananan kuliner, bahkan barang-barang souvenir sebagai oleh-oleh
untuk di bawa ke kampung halaman para ikwan khusnya ikhwan yang datang dari
luar kota ,propinsi, maupun yang datang
dari luar negara.
Istilah Pawai Natura
Sejarah atau awal mula adanya tradisi atau istilah Pawai Natura di
lingkungan Pondok Pesantren Suryalaya ini adalah dimulai sejak Tahun 1965-1970
pada Haul Pondok Pesantren Suryalaya ke-60 istilah ini terlahir atas dasar
prakarsa dari gubernur Jawa Barat pada waktu itu yaitu (Alm) Bapak
Sewaka.Kemunculan pawai Natura merupakan bagian dari banyaknya rangkaian kegiatan
dalam rangka mensukseskan Hari Ulang Tahun Pondok Pesantresn Suryalaya, jika
dilihat dari struktur kata bahwa Pawai Natura adalah iringan-iringan para murid
TQN dengan disertai barang bawaan berupa hasil bumi untuk diserahkan kepada Mursyid (guru) dalam
rangka meringankan beban dan sebagai ungkapan rasa syukur nikmat atas rizki
yang telah diperoleh (sedekah). Dalam pelaksanaan haul di Pondok Pesantren
Suryalaya sendiri selalu diikuti atau dihadiri oleh murid TQN dari hampir
seluruh Nusantara dan Murid TQN di luar Negeri. Keadaan ini sontak membuat tradisi haul ini
membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Keberadaan kegiatan pawai Natura sudah
berlangsung sejak lama, bahkan keberadaanya sudah menjadi sumber utama
penyediaan berbagai kebutuhan makanan yang nilainya dapat menembus angka
ratusan juta rupiah.Tetapi, itu semua terasa ringan dengan adanya kegiatan ini,
dimana masyarakat berduyun-duyun secara bergiliran untuk memberikan penganan
atau hasil bumi yang mereka punya.
Pada
tatanan pelaksanaannya Pawai Natura merupakan ciri khas Pondok Pesantren
Suryalaya yang sakral, fenomenal dan heroic bagi ikhwan TQN dalam rangka
mewujudkan khidmatnya kepada pigur yang memiliki nilai-nilai kejuangan,
patriotism, wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan
nilai-nilai kepahlawanan pangersa guru mursyid TQN yaitu Abah Sepuh dan Abah
Anom yang simpatik dan kharismatik serta telah menempatkan Pondok Pesantren
Suryalaya dalam relung qalbu yang teramat dalam dan terpatri dalam hati setiap
insan untuk mewujudkan pengabdian sejati kepada beliau.
Pandangan
Ikhwan TQN terhadap Pawai Natura
Pada penelitian yang dilakukan, peneliti
membagi ikhwan TQN menjadi beberapa segmen.Hal ini bertujuan untuk memperoleh
pandangan yang beragam berdasarkan segmennya masing-masing. Pemagian inii pula
didasarkan pada segmen dari kalangan keluarga pesantren, wakil talqin, muballig, akademisi, tokoh masyarakat dan masyarakat
biasa sebagai segmen terakhir yang biasa terlibat langsung proses iring-iringan
pawai natura.
Dari hasil wawancara terhadap internal keluarga
Pondok Pesantren Suryalaya yang sekaligus juga pernah membidangi kegiatan Pawai
Natura pada perayaan HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke-105 yaitu H. Didin
Khidir AR, menuturkanbahwaPawai natura adalah salah satu rangkaian kegiatan
dalam rangka menghadapi Hari Ulang Tahun Pondok Pesantren Suryalaya. Dalam
pemaparannya beliau menegaskan bahwa pawai natura bukanlah sebuah ritual yang
berarti menyembahdengan membawa bahan makanan sebagai sesajen yang diletakkan
di makam yang dapat menjerumuskan seseorang pada kemusyrikan, tetapi pawai
natura hanyalah sebuah iringan-iringan semata dalam rangka memberikan bantuan
berupa bahan-bahan makanan dari hasil bumi atau dari alam untuk sedikit
membantu meringankan mursyid dalam menjamu dan memuliakan tamu selama kegiatan
HUT berlangsung.Proses
pelaksanaan pawai natura seperti masih dituturkan oleh beliau bahwa Pangersa
Abah mengajak untuk mensyukuri nikmat Allah dengan memperingati Haulan (HUT
PPS), dan para ikhwan terdorong untuk ikut mensukseskan acara tersebut, salah
satu bentuknya adalah berpartisipasi menyumbangkan natura (Hasil Bumi) untuk
berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraannya, jadi ajakan pangersa abah di
respon oleh pihak yayasan, kemudian di bentuk panitia, dari panitia itulah diadakan
pemberitahuan dan himbauan tentang pelaksanaan pawai natura kepada masyarakat,
maka dilaksanakan pawai natura sesuai jadwal yang ditentukan oleh panitia,
biasanya pelaksanaan itu sekitar seminggu menjelang HUT.
Adapun bahan yang disumbangkan adalah bahan-bahan pokok alami (Natura)
seperti beras, sayur, ikan dan lain-lain yang selanjutnya diserahkan secara
berkelompok dengan pawai-pawaian menghadap ke sesepuh Pondok Pesantren
Suryalaya atau yang mewakilinya. Setelah diterima,maka hasil kiriman bahan-bahan
tersebut disimpan digudang yang namanya” Gudang Natura”. Natura bukan ritual, tapi semata-mata bentuk tasyakur akan
berbagai nikmat yang telah di berikan Allah kepada kita.
Pangersa Abah (Alm) menerima
dan menyambut para ikhwan TQN dengan penuh haru, sujud sukur dan segera
mempersilahkan barang yang diserahkan para ikwan itu untuk di simpan di Gudang
natura yang selanjutnya diidstribusikan kepada panitia yang membidanginya untuk
keperluan logistik dapur dan konsumsimnya lainnya pada HUT PP suryalaya.
KH. E. Sandisi sebagai wakil
talqin pangersa Abah Anom sebagai kalangan ulama dan assatid yang dalam hal ini
menilai bahwa tujuan dari pawai Natura adalah khidmat kepada pangersa guru,
merupakan bentuk syukur, amaliah ibadah dalam bentuk harta benda, bukan ria,
Sebab beribadah dengan harta benda termasuk hal yang sangat berat, oleh karena
itu ada ancaman dalam hadits”Al-Bukhluaduwulloh
walaukana Abidan” dengan pawai natura merupakan bentuk syukur
amaliah dalam bentuk menyumbangkan sebahagian harta benda yang kita miliki.
Kemudian,
kalangan akademisi memberikan peinlaiannya, pawai natura merupakan suatu khidmat seorang murid kepada
mursyidnya, dalam hal ini diperjelas bahwa murid dalam pemaparan menurut beliau
adalah murid dan mursyid TQN. Selain itu masih menurut pemaparan beliau bahwa
pawai natura itu sesungguhnya adalah bentuk rasa syukur, rasa rumasa kepada guru untuk membantu meringankan sedikit beban
yang dihadapi guru dalam rangka memuliakan dan menjamu para tamu dalam HUT
Pondok Pesantren Suryalaya.
Bentuk rasa rumasa inilah
yang kebanyakan melekat pada diri ikhwan TQN ketika hendak melakukan pawai
natura, mereka tidak segan dan tidak pula berfikir tentang jumlah atas apa yang
akan diberikan kepada mursyid mereka. Menurut pemaparan Bapak Maturidi(salah
deorang Dosen IAILM PP Suryalaya), beliau memberikan informasi yang beliau
ketahui tentang pawai natura, yakni pawai natura merupakan persembahan
(menyumbangkan) sesuatu hasil bumi (pertanian) kepada guru dalam rangka
“syukuran” untuk meringankan beban yang dihadapi guru. Tidak ada paksaan dalam
mengikuti pawai natura menurut beliau dan juga bahan makanan yang dibawa
disesuaikan dengan kemampuan masing-masing ikhwan TQN, Bahan-bahan alam yang
dibawa dalam pawai natura sebagaimana yang sudah dijelaskan diawal-awal
penelitan, berbanding lurus dengan apa yang dikatakan oleh beberapa narasumber,
sebagaimana informasi yang diperoleh dari bapak Ahmad Djamad yang mengatakan
bahwa dalam pawai natura ikhwan TQN banyak yang membawa atau menyumbangkan
bahan-bahan pokok hasil bumi dan pertanian (sembako).
Pandangan tentang pawai
natura dari kalangan Tokoh masyarakat diawali dengan sebuah penuturan tentang
pawai natura dari Ust.Oim Abdurohim yang menilai pawai natura
berarti menyumbangkan sebahagian harta benda yang kita miliki dalam rangka
mendukung dan memeriahkan HUT PP Suryalaya. Tujuannya adalah khidmat kepada
guru sebagai bentuk sodaqoh dari harta yang dimiiki sebagai bukti rasa memiliki
terhadap keberadaan pondok pesantren, makanya kita di tuntut untuk mensukseskan
HUT PPS dengan berbagai pengorbanan baik harta, tenaga, dan ilmu, salah satunya
mengirimkan natura. Maknanya adalah menyerahkan (sesuatu) sebagai bentuk
khidmat, niat membantu sebagai bentuk rasa cinta, rasa rumasa di didik, di
bimbing oleh guru.yang senantiasa ingin mendapatkan barokah dan karomah dari
guru mursyid. Setelah
proses pawa natura tidak mengharap apa-apa kecuali ingin dinggap sebagai murid
(diangkeun Murid: Sunda) yang senantiasa ingin mendapat barokah dan karomah
dari guru.
Dalam
pengertian secara umum dimasyarakat tidak adanya perbedaan yang cukup
signifikan mengenai penjelasan pawai natura karena hal ini sering dilaksanakan
oleh ikhwan TQN setiap tahunnya.Namun, ada satu hal yang berbeda dari tujuan
pemberian bahan makanan dalam pawai natura menurut pennuturan informan diatas
yakni pemberian bahan makanan dalam pawai natura hanya sebagai bentuk shodaqoh
dari rizki yang dimiliki.Dilain sisi ada tokoh masyarakat yang menilai bahwa
pawai natura ini justru menjadi sebuah sarana untuk berdakwah secara
efektif.Dakwah ini mengandung arti yang cukup luas, namun dalam hal ini dakwah
berarti berusaha untuk mengajak dan menampik anggapan-anggapan miring tentang
Pondok Pesantren Suryalaya seperti penuturan Ust. Cecep Aipulatif, yakni Pawai natura merupakan media dan
sarana dakwah yang efektif,
artinya dengan digelarnya pawai natura merupakan bentuk dukungan yang nyata
terhadap existensi pondok pesantren suryalaya dengan berbagai ajarannya,
sekaligus menampik anggapan sebagian orang yang masih tak sepaham dengan
pengembangan dan pelaksanaan ajaran islam yang di kembangkan di pondok
pesantren suryalaya.
Penuturan lain tentang proses
dirinya dalam mengikuti pawai natura di
dapat dari seorang warga bernama Mang Yoyo bahwa pawai natura merupakan pawai yang dilaksanakan menjelang haul
di PP suryalaya, sedangkan natura adalah apa yang di bawa adalah merupakan
hasil bumi, alam, pertanian, peternakan, perikanan , sayur mayur, buah-buahan,
kayu bakar, dan lain-lain. Tujuannya adalah khidmat kepada guru untuk ikut membantu
meringankan apa yang dihadapi guru, hususnya dalam memenuhi kebutuhan dalam
penjamuan tamu.Maknanya adalah kekompakan sebagai masyarakat yang diajak oleh
pimpinan lingkungan untuk ikut serta mensukseskan ulang tahun.ketaatan kepada
pimpinan yang mengajak.
Penuturan
beliau memberikan sebuah indikasi bahwa barang bawaan yang diambil dalam pawai
natura ternyata tidak hanya bahan makanan semata tetapi juga ada bahan untuk
memasaknya (dalam hal ini kayu bakar). Kemudian, menuturkan bahwa pawai natura dimaksudkan oleh dirinya
sebagai bentuk khidmat dan perasaan hormat ingin ikut serta memberikan yang
terbaik terhadap mursyid yang telah berjasa dalam memberikan sebuah pengamalan
tentang cara mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melalui Tharekat Qodiriyah
Naqsabandiyah inilah dirinya serasa menemukan jalan baru dalam menjalin
hubungan yang harmonis dengan allah SWT, dengan amalan dzikir yang sering
diamalkannya merasa perlu memberikan sebagaian rizki untuk meringankan beban mursyid
dalam pelaksanaan HUT Pondok Pesantren Suryalaya.
Namun, ada pemaknaan lain
yang dirasakan oleh Mang Yoyo tersebut yakni tumbuhnya jiwa sosial dalam
kesetiakawanan dan tergambar dalam kekompakkan dirinya dan masyarakat yang lain
dalam mengikuti ajakan oleh pemimpin lingkungan (peneliti menafsirkan Ketua RT)
untuk ikut serta dalam mensukseskan ulang tahun serta adanya ketaatan kepada
pemimpin yang mengajaknya. Hampir sejalan dengan penuturan Mang Yoyo ada
penuturan dari informan yang lain yang mana redaksinya hampir sama dengan apa
yang disampaikan diatas beliau adalah H. Muttaqien yang menilai bahwa pawai
natura merupakan bentuk ajrih, rasa rumasa terhadap guru sebagai bentuk
khidmat, niat membantu sebagai bentuk rasa cinta ,rasa rumasa di didik, di bimbing
oleh guru Dalam pempersiapkan pawai natura masyarakat sudah sepakat siap
kapanpun acara itu digelar, mereka siapkan berbagai kebutuhan dan perlengkapan
yang diperlukan bila perlu 3 hari sebelum keberangkatan, ini merupakan bentuk
kesiapan. Pada
hari pelaksanaanya mereka siap meninggalkan kesibukan masing-masing demi
telaksananya secara kompak dan berduyun-duyun mengikuti pawai natura.
Dari
hasil pengolahan data waancara diatas terdapat gambaran bahwa ikhwan TQN selalu
siap dalam melaksanakan kegiatan yang menyokong kegiatan Pondok Pesantren
Suryalaya, hal ini membuktikan bahwa adanya kesiapan tersebut merupakan wujud
tidak adanya paksaan dalam penyelenggaraan pawai natura bagi semua kalangan,
tidak ada yang meras terbebani baik secara moral maupun materil.
Dari berbagai pemaparan
para informan, peneliti dapat mengambil sebuah simpulan bahwa makna dan tujuan
diadakkannya pawai natura tidak lebih dari sebuah khidmat dari seorang murid
kepada guru dalam rangka ikut meringankan beban mursyid yang akan mengadakan
HUT Pondok Pesantren Suryalaya ataupun proses tradisi haul.Tetapi,
ada juga sebagian ikhwan TQN yang memaknai tradisi pawai natura sebagai bagian
dari Ngalap Barokah, atas karomah
yang dimiliki oleh mursyid TQN.
Pawai
natura menjalankan fungsinya sebagai landasan tradisi yang hanya tidak
menyokong fungsi ritual ataupun fungsi sosialnya saja.Tetapi, pawai natura juga
menjadi penyokong sebuah kebudayaan dengan nuansa keagamaan yang kental dengan
nilai keislamannya. Pawai natura bukan hanya menjadikan keberagaman dalam
khazanah budaya islam menjadi bertambah tapi juga menjadikan budaya islam yang
lebih bercorak budaya lokal (kuno) dengan tetap menjaga nilai-nilai keislaman
yang disyariatkan.
Pawai
Natura dilihat dari berbagai fungsinya
Pawai natura dalam kehidupan Ikhwan TQN
jelas memiliki fungsi yang beragam, dari mulai fungsi secara ritual atau
upacara, kemudian fungsi sosial sampai pada fungsi keagamaan atau religious
yang didapat oleh para ikhwan TQN dari sebuah tradisi pawai natura.
a. Fungsi Ritual (Upacara)
Dalam tatanan kehidupan sehari-hari ikhwan
TQN Pondok Pesantren Suryalaya, pawai natura memiliki fungsi ritual (upacara)
yaitu pawai arak-arakan, abring-abringan
(sunda), sedangkan natura adalah apa yang dibawa adalah merupakan hasil bumi,
alam pertanian, peternakan, perikanan dan lain-lain.
Fungsi ritual (upacara) inilah yang menjadikan pawai natura dinilai sebagai
sebuah upacara yang sakral dan penuh dengan nilai budaya. Fungsi ritual dari
pawai natura ini, membuat sebuah simpulan bahwa adanya nilai tersendiri yang
terpatri dalam hati dari para pelaku pawai natura tersebut sehingga meletakkan
bahwa pawai natura bukan hanya sebuah iring-iringan semata, tapi juga ada
sebuah bentuk pengorbanan akan harta, tenaga, pikiran dan ilmu yang dimiliki dengan
penuh kerelaan dan keikhlasan. Fungsi ritual (upacara) ini tidak mengharap apa-apa kecuali ingin dinggap
sebagai murid yang baik yang bisa berkhidmat sesuai kemampuan, idealnya kalau
mampu apa yang diperlukan oleh guru itu mestinya kita yang memenuhi dan
menanggungnya,demikian katanya dalam kitab anwarul qudsiah, yang paling tidak
apa yang kita mampu kita sumbangkan dari sebagian harta, tenaga, pikiran, dan
ilmu yang dimiliki dengan penuh kerelaan dan keikhlasan.
b. Fungsi Sosial
Selain dari fungsi pawai natura secara
ritual atau upacara, fungsi lain dari pawai natura adalah fungsi sosial. Fungsi
ini adalah menjelaskan tentang adanya fungsi dari pawai natura terhadap kondisi
sosial ikhwan TQN dalam kehidupannya.
Dari petikan wawancara tersebut diperoleh
sebuah asumsi bahwa adanya pawai natura sebagai fungsi sosial adalah
terjalinnya kekompakan masyarakat umum dalam menyambut dan memeriahkan pawai
natura. Dalam proses pelaksanaannya masyarakat secara berduyun-duyun dari
setiap kampung ikut memeriahkan pawai natura, hal ini pulalah yang menjadikan
pawai natura sebagai bagian dari sarana untuk memperkokoh rasa persatuan dan
rasa memiliki akan sebuah budaya yang harus terus dilestarikan.
Fungsi sosial yang tergambar dari pawai
natura yang lainnya bahwa adanya rasa kebersamaan yang lahir dari hati nurani
ikhwan TQN dari berbagai golongan sehingga menjadikan pawai natura ini sebagai
bagian dari kegiatan silaturahmi bagi ikhwan TQN.
c. Fungsi Keagamaan (religious)
Fungsi selanjutnya dalam pembahasan terkait
pawai natura adalah adanya keterkaitan antara pawai natura dengan fungsinya
dengan bentuk kegiatan keagamaan, banyak para informan yang menyatakan bahwa
pawai natura merupakan sebuah bentuk khidmat atau perasaan untuk menghormati
dan memuliakan mursyid TQN.Inilah yang menjadikan pawai natura menjadi sutau
tradisi yang sarat dengan nilai keagamaan karena didalamnya penuh dengan hikmah
dan manfaat.Bentuk khidmat yang tergambar adalah dengan ikut meringankan beban
mursyid lewat memberi bantuan dalam memenuhi kebutuhan logistik.Selain adanya
unsur khidmat kepada guru ternyata ada juga fungsi pawai natura sebagai fungsi
keagamaan dalam bentuk karomah atau barokah.
Fungsi keagamaan dari pawai natura
tergambar jelas dari adanya rasa cinta, rasa rumasa dididik dan adanya rasa
dibimbing oleh guru yang menjadikan pawai natura ini sebagai wujud dari
ungkapan syukur dan khidmat yang sesungguhnya terhadap apa yang dimiliki oleh
para ikhwan TQN pada umumnya.
Dari berbagai fungsi diatas tentang pawai
natura, dapat diungkap bahwa pawai natura sebagai sebuah tradisi posisinya
mendapat tempat tempat tersendiri di hati para pengamalnya dalam hal ini adalah
ikhwan TQN.Secara umum pawai natura dengan berbagai fungsinya tersebut lebih
menitikberatkan pada fungsi keagamaan (religious) yang banyak tergambar sebagai
bentuk khidmat kepada mursyid TQN.
Simpulan
Tulisan ini telah
melukiskan bagaimana keberadaan Pawai Natura sebagai sebuah rangkaian dari
berbagai rangkaian kegiatan yang ada dalam perayaan HUT Pondok Pesantren
Suryalaya. Sebuah upacara iring-iringan dengan membawa berbagai macam penganan
dan bahan-bahan hasil alam ini selalu menjadi pemasok utama dalam pemenuhan
kebutuhan makanan selama proses HUT tersebut berlangsung. Keberadaannya menjadi
sebuah tradisi yang dilakukan secara turun temurun dengan pelaksanaan setiap
tahun diusahakan adanya perubahan konsep dan rancangan agar kegiatan ini bisa
lebih menarik dan tidak hanya menjadi sebuah kegiatan pawai biasa semata.
Tetapi, ingin menjadi sebuah kegiatan yang benar-benar menjadi ciri khas dari
Pondok Pesantren Suryalaya.
Pawai natura merupakan
ciri khas dari Pondok Pesantren Suryalaya yang bisa dikatakan sebagai sebuah
acara yang sakral, fenomenal dan heroik bagi ikhwan akhwat TQN dalam mewujudkan
khidmatnya kepada figur yang memiliki nilai-nilai kejuangan, patriotism,
wawasan kebangsaan, kepedulian tinggi terhadap ummat dan nilai-nilai
kepahlawanan dalam perjuangan kemerdekaan. Pangersa Abah Anom yang simpatik dan
kharismatik telah menempatkan pengajaran TQN dalam relung hati setiap ikhwan
TQN,sehingga
para Ichwan akhwat merasa terpanggil secara nurani untuk berhidmat dalam rangka
membantu mensukseskan dan memeriahkan HUT PP Suryalaya menyumbangkan berbagai
kemampuan, baik harta, tenaga, dan
pikiran sesuai kafasitas, sebagai manifestasi rasa syukur kepada Allah atas
berbagai nikmat yang diterima
Pawai natura menjadi
sebuah landasan fungsi ritual dimana kegiatan ini menjadi sebuah budaya yang
dilestarikan secara turun temurun dan landasan fungsi sosial sebagai sebuah
sarana ikatan kekeluargaan dan kebersamaan. Kemudian, pawai natura dalam fungsinya
sebagai unsur keagamaan bagi ikhwan TQN dalam memberikan sebagian rizki yang
mereka peroleh sebagai bentuk syukur kepada Allah dan maksud khidmat serta
mencari barokah dengan memuliakan mursyid atas jasa dan pengorbanan yang telah
dilakukannya semasa hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abbdullah,
Syamsudin. 1996. Agama dan Masyarakat, Pendekatan Sosiologi Agama.Yogyakarta;
Logos.
Baal,
Van,J, 1987.Sejarah dan pertumbuhan Teori
Antropologi Budaya (hingga dekade 1970) jilid 2, Gramedia, Jakarta
Perkembangan
pendidikan formal di Pondok Pesantren Suryalaya dapat dibaca alam buku Sejarah
dan Perkembangan Pendidikan Formal di Lingkungan Yayasan Serba Bakti Pontren
Suryalaya, 2007.
Pondok
Pesantren Suryalaya. 2011. Mengenak 40 Wafatnya Syaikh Haji Ahmad Shohubul
Wafa Tajul Arifin
Salahudin,
Asep.Akulturasi Tarekat dan Sunda:
Berkaca dari Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya.
Disampaikan dalam Konferensi Internaional Budaya Sunda II di Gedung Merdeka,
Tanggal 19-22 Desember 2011
Kuntjaraningrat.1980.
Beberapa Pokok Antropolgi Sosial.Yogjakrata; Dian Rakyat.
Laporan Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya ke 105
tanggal 1-10 Oktober 2010
Surat Edaran Panitia HUT Pondok Pesantren Suryalaya
ke-105 nomor:06/Pan-HUT/PPS/IV/2010 tentang Rincian Kegiatan dalam Rangka
Peringaktan HUT ke 105 Pondok Pesantren Suryalaya.
Surat Keputusan tentang Susunan Panitia Peringatan HUT
ke-105 Pondok Pesantren Suryalaya Tanggal 01 Januari 2010
Sunardjo,
Unang, SejarahPondokPesantrenSuryalaya, 1995.
Yayasan
Serba Bakti Suryalaya. 2007. Sejarah dan Perkembangan Pendidikan Formal di
Lingkungan Yayasan Serba Bakti Suryalaya.