Oleh: Dr. Abd Misno, MEI
Fitnah terhadap Islam dan umatnya sejatinya
telah, sedang dan akan terus terjadi. Stigma negatif tentang Islam menjadi
dendam kesumat yang hingga saat ini masih nampak di berbagai belahan dunia,
sementara untuk melampiaskannya umat dan para tokohnya menjadi sasaran mereka.
Jika pada masa lalu Islam mendapatkan kejayaannya, maka masa-masa berikutnya
fitnah kepada Islam dan umatnya silih berganti, datang dan pergi menghampiri
hampir di setiap situasi. Berjalannya waktu maka fitnah itu bukan semakin
berkurang justru semakin menderu dan menyelimuti setiap jengkal langkah Islam
dan ummatnya.
Hari-hari ini pemberitaan pun
dihiasi dengan fitnah kepada Islam dengan menjadikan tokoh-tokohnya sebagai
sasaran. Pembegalan seorang ustadz di Bekasi, penembakan ustadz di Tangerang
dan pembakaran mimbar di Makasar hanya bagian kecil dari fitnah yang terjadi
saat ini. Lebih dari itu masih banyak lagi fitnah yang lebih besar berupa
pembantaian dan tuduhan Islam dan umatnya sebagai sumber konflik dan kekerasan.
Berita-berita tersebut terkadang
membuat umat Islam menjadi ciut nyali, kekhawatiran di hati dan ketakutan di
dalam kehidupan. Banyaknya fitnah terhadap Islam serta para tokoh-tokohnya memunculkan
ketidaknyamanan pada mereka hingga ketakutan akan peristiwa-peristiwa tersebut
mengenai diri atau keluarga dekatnya. Kekhawatiran dan ketakutan seperti ini
sejatinya tidak menjadi masalah, selama tidak sampai kepada sikap paranoid
yaitu ketakutan berlebihan akan berbagai fitnah ini. karena sebagai umat Islam kita
telah memiliki pedoman yang ahrus kita yakini, pedomani dan amalkan.
Al-Qur’an telah memberikan pedoman
kepada kita secara jelas, yaitu kalamNya dalam QS. Ali Imran: 173: “...(Yaitu)
orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang
yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk
menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu
menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi
Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung." Ayat ini menjadi
kekuatan utama umat Islam, bahwa walaupun banyaknya fitnah yang melanda,
sejatinya kita punya Allah Ta’ala sebagai sebaik-baik Penolong dan Pelindung.
Kalaupun ternyata kita tertimpa
fitnah tersebut, maka sejatinya itulah takdir Allah Ta’ala atas kita. Sebagaimana
kalamNya “Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan
izin Allah; Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan
memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”, QS.
Ath-Thaghabun: 11. Maka sebagai orang yang beriman kitapun harus yakin bahwa
takdir Allah Ta’ala itu semuanya indah dan baik untuk umat manusia. Bahkan
ketika seseorang itu meninggal karena membela dirinya maka jika ia meninggal
maka sahid adanya. Demikian pula ketika dibunuh oleh orang lain maka baginya
surga, apalagi jika dibunuh oleh orang-orang yang tidak suka dengan Islam.
Sahid menjadi tujuan dari umat Islam, sehingga mereka tidak akan takut dengan
berbagai fitnah bahkan kematian yang mengancam mereka.
Inilah sejatinya kekuatan dari umat
Islam yang ditakuti oleh musuh-musuhnya, bagaimana tidak? Ketika orang lain
ingin agar bisa hidup selamanya di dunia, justru umat Islam menginginkan
meninggal dalam keadaan sahid. Sangat menakjubkan...
Maka, Wahai umat Islam... jangan
pernah khawatir dan takut dengan berbagai fitnah yang melanda. Ikhtiar secara
optimal dengan berjaga-jaga, jihad media dengan selalu menyampaikan kedamaian
Islam harus selalu dilakukan. Selanjutnya adalah tawakal, kita serahkan semua
kepadaNya, itulah yang terbaik bagi umat Islam. Jika sampai banyak kematian
terjadi karena ulah orang-orang yang tidak suka dengan Islam? Maka itulah jalan
terbaik bagi mereka, bahkan jalan mulia... sahid di jalanNya.
Maka, tugas kita adalah terus
berusaha menyampaikan kebenaran dan kedamaian Islam, memberikan ketenangan bagi
umat serta meyakinkan selalu untuk diri kita dan seluruh umat Islam.... Hasbunallah
wa ni’mal wakil... Cukup Allah Ta’ala sebagai Sang Penolong dan Pelindung.