Rabu, 08 September 2021

Bahasa Arab: Bahasa Wahyu bukan Tanda Teroris

 Oleh: Dr. Misno, MEI


Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam masih belum banyak dipahami oleh “alam” termasuk dunia yang ada di dalamnya. Bagaimana tidak? Keindahan Islam yang menebarkan kedamaian dan keselamatan seringkali tertutup atau sengaja ditutupi atau menutup diri dari rahmat Islam. Mereka adalah orang-orang yang di hatinya ada kebencian terhadap Islam, atau orang yang karena kepentingan dunia kemudian menganggap Islam sebagai agama yang membawa kepada kekerasan dan terorisme.

Mereka yang tidak suka dengan Islam memang beraneka ragam; dari mulai yang menjadikan Islam sebagai musuh karena doktrin yang diterimanya, karena kebodohan dan tidak pahamnya dia terhadap Islam, hingga karena bayaran yang murah kemudian berani untuk menghina Islam. Kelompok terakhir ini sepertinya yang saat banyak bergentayangan di dunia maya dan juga dunia nyata saat ini. Hanya karena dibayar dengan harga yang tidak sepadan dengan mulianya Islam, ia mau membuat statement yang menghina, mencela, memfitnah dan menebar fitnah bahwa Islam adalah agama kekerasan dan terorisme.

Jika Islam sulit difitnah karena sifatnya memang selalu membawa rahmah (kasih sayang) maka kemudian dicari hal lain yang terkait erat dengan Islam. Fitnah terhadap para ulama Islam sudah banyak dilakukan, pondok pesantren dan sekolah Islam dianggap sebagai sarang terorisme sudah juga terjadi, kelompok rohani Islam (rohis) dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang dianggap sumber paham terorisme sudah terjadi, dan kini beredar fitnah bahwa bahasa Arab dianggap sebagai ciri-ciri terorisme.

Islam dan Arab memang tidak bisa dipisahkan, dalam makna bahwa Al-Qur’an turun di Jazirah Arab dan menggunakan bahasa Arab. Maka jika mereka tidak bisa menyerang Islam maka kini bahasa Arab diserang dianggap sebagai salah satu tanda dari paham terorisme.

Bahasa Arab adalah bahasa wahyu, kalamullah atau firman Allah Ta’ala yang disampaikan kepada para nabiNya khususnya Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Sebagai agama wahyu tentu bahasa Arab bukan bahasa sembarangan, apalagi dalam banyak ayat dan hadits menunjukan kedudukan dari bahasa Arab yang mulia. Tentu saja bukan berarti bahasa yang lainnya tidak bagus, sebagai media komunikasi yang digunakan oleh manusia maka setiap bahasa memiliki keistimewaan. Bedanya bahasa Arab dijadikan media komunikasi antara hamba dengan Sang Pencipta, yaitu Allah Ta’ala.  

Maka ketika bahasa Arab dianggap sebagai salah satu ciri-ciri dari terorisme, maka sejatinya statement  ini banyak memiliki penafsiran. Pertama, orang yang menyatakan itu adalah kelompok yang benci dengan Islam, sehingga semua hal yang berkaitan dengan Islam akan digugat. Misalnya, fitnah lama bahwa Jilbab adalah pakaian Arab adalah hal klasik yang hingga saat ini masih ada di beberapa masyarakat, demikian pula bahwa tindakan terorisme itu kebanyakan dilakukan orang Islam adalah propaganda yang sama sekali tidak terbukti. Karena cenderung muncul dari kebencian terhadap Islam yang terselubung karena banyak kepentingan keduniaan. Kedua, adalah orang-orang yang dibayar untuk menebarkan berbagai fitnah terhadap Islam, dan akhir-akhir ini semakin banyak terjadi. Berapa banyak mereka yang menebar fitnah tentang Islam karena mendapatkan bayaran dari orang-orang yang benci dengan Islam. Tentu saja sebagai umat Islam kita tak boleh tinggal diam, amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebuah keniscayaan. Ketiga adalah fitnah yang sengaja ditebar untuk menutupi isu besar yang sengaja disembunyikan. Ini juga sering sekali terjadi, berbagai kasus pengeboman dan berita-berita tentang terorisme biasanya dibuat untuk menutupi berita besar yang jangan sampai terendus atau tersebar kepada publik. Ini memang syarat nuansa politik dan skenario global.  

Ketiga alasan ini tentu saja tidak dibenarkan, karena Islam tidak pernah mengajarkan terorisme, bahasa Arab yang digunakan Islam dalam teks wahyu pun tidak pernah mengajarkan kepada perbuatan yang mengundang kekerasan. Jangankan untuk melakukan terorisme, menumpahkan dari satu orang saja, baik muslim ataupun non muslim tanpa adanya sebab adalah sebuah dosa besar. Apalagi sampai melakukan kekerasan, kedzaliman dan segala bentuk terorisme di tengah masyarakat, faktanya justru umat Islam yang selalu menjadi korban.

Bahasa Arab adalah bahasa wahyu, maka ia adalah mulia dalam pandangan Islam, sebagaimana bahasa lain yang digunakan oleh kepercayaan lain yang dianggap sebagai bahasa suci. Maka menghina bahasa Arab sebagai tanda-tanda dari terorisme adalah penghinaan terhadap Islam, karena Islam dan bahasa Arab tidak bisa dipisahkan. Statement ini tentu saja mengundang kontroversi, tapi bagi umat Islam kita harus tetap bijak dan waspada, karena bisa jadi ini hanya permukaan karena sejatinya di bawah sana begitu banyak mereka yang belum memahami dengan baik Islam, atau yang karena kepentingan dunia mereka menyebarkan fitnah tentang Islam. Kita juga harus waspada karena bisa jadi ini hanya isu yang ditebar untuk mengalihkan perhatian umat Islam akan isu besar lainnya.

Bijak dalam menyikapi, sesuai dengan proporsi adalah pilihan terbaik saat ini, menanggapi dengan bijak serta membantah dengan hikmah itulah yang diperintahkan Allah Ta’ala dalam Al-Qur’an yang berbahasa Arab pula. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah kepada orang-orang yang belum paham dengan kedamaian dan keselamatan Islam, serta memberikan pelajaran kepada mereka yang benci dengan Islam dan Semoga Allah Ta’ala selalu menjaga umat Islam dari segala bala serta fitnah yang menimpanya. Wallahu’alam, 08092021.

1 komentar:

Please Uktub Your Ro'yi Here...