Oleh: Dr. Misno, MEI
Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi seluruh alam masih belum banyak dipahami oleh “alam” termasuk dunia yang ada di dalamnya. Bagaimana tidak? Keindahan Islam yang menebarkan kedamaian dan keselamatan seringkali tertutup atau sengaja ditutupi atau menutup diri dari rahmat Islam. Mereka adalah orang-orang yang di hatinya ada kebencian terhadap Islam, atau orang yang karena kepentingan dunia kemudian menganggap Islam sebagai agama yang membawa kepada kekerasan dan terorisme.
Mereka yang tidak suka dengan Islam
memang beraneka ragam; dari mulai yang menjadikan Islam sebagai musuh karena
doktrin yang diterimanya, karena kebodohan dan tidak pahamnya dia terhadap
Islam, hingga karena bayaran yang murah kemudian berani untuk menghina Islam. Kelompok
terakhir ini sepertinya yang saat banyak bergentayangan di dunia maya dan juga
dunia nyata saat ini. Hanya karena dibayar dengan harga yang tidak sepadan
dengan mulianya Islam, ia mau membuat statement yang menghina, mencela,
memfitnah dan menebar fitnah bahwa Islam adalah agama kekerasan dan terorisme.
Jika Islam sulit difitnah karena
sifatnya memang selalu membawa rahmah (kasih sayang) maka kemudian
dicari hal lain yang terkait erat dengan Islam. Fitnah terhadap para ulama
Islam sudah banyak dilakukan, pondok pesantren dan sekolah Islam dianggap
sebagai sarang terorisme sudah juga terjadi, kelompok rohani Islam (rohis) dan
Lembaga Dakwah Kampus (LDK) yang dianggap sumber paham terorisme sudah terjadi,
dan kini beredar fitnah bahwa bahasa Arab dianggap sebagai ciri-ciri terorisme.
Islam dan Arab memang tidak bisa
dipisahkan, dalam makna bahwa Al-Qur’an turun di Jazirah Arab dan menggunakan
bahasa Arab. Maka jika mereka tidak bisa menyerang Islam maka kini bahasa Arab diserang
dianggap sebagai salah satu tanda dari paham terorisme.
Bahasa Arab adalah bahasa wahyu, kalamullah
atau firman Allah Ta’ala yang disampaikan kepada para nabiNya khususnya
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam. Sebagai agama wahyu tentu bahasa
Arab bukan bahasa sembarangan, apalagi dalam banyak ayat dan hadits menunjukan
kedudukan dari bahasa Arab yang mulia. Tentu saja bukan berarti bahasa yang
lainnya tidak bagus, sebagai media komunikasi yang digunakan oleh manusia maka
setiap bahasa memiliki keistimewaan. Bedanya bahasa Arab dijadikan media
komunikasi antara hamba dengan Sang Pencipta, yaitu Allah Ta’ala.
Maka ketika bahasa Arab dianggap
sebagai salah satu ciri-ciri dari terorisme, maka sejatinya statement ini banyak memiliki penafsiran. Pertama, orang
yang menyatakan itu adalah kelompok yang benci dengan Islam, sehingga semua hal
yang berkaitan dengan Islam akan digugat. Misalnya, fitnah lama bahwa Jilbab
adalah pakaian Arab adalah hal klasik yang hingga saat ini masih ada di
beberapa masyarakat, demikian pula bahwa tindakan terorisme itu kebanyakan dilakukan
orang Islam adalah propaganda yang sama sekali tidak terbukti. Karena cenderung
muncul dari kebencian terhadap Islam yang terselubung karena banyak kepentingan
keduniaan. Kedua, adalah orang-orang yang dibayar untuk menebarkan berbagai
fitnah terhadap Islam, dan akhir-akhir ini semakin banyak terjadi. Berapa
banyak mereka yang menebar fitnah tentang Islam karena mendapatkan bayaran dari
orang-orang yang benci dengan Islam. Tentu saja sebagai umat Islam kita tak
boleh tinggal diam, amar ma’ruf nahi mungkar adalah sebuah keniscayaan. Ketiga adalah
fitnah yang sengaja ditebar untuk menutupi isu besar yang sengaja
disembunyikan. Ini juga sering sekali terjadi, berbagai kasus pengeboman dan
berita-berita tentang terorisme biasanya dibuat untuk menutupi berita besar
yang jangan sampai terendus atau tersebar kepada publik. Ini memang syarat
nuansa politik dan skenario global.
Ketiga alasan ini tentu saja tidak
dibenarkan, karena Islam tidak pernah mengajarkan terorisme, bahasa Arab yang
digunakan Islam dalam teks wahyu pun tidak pernah mengajarkan kepada perbuatan
yang mengundang kekerasan. Jangankan untuk melakukan terorisme, menumpahkan
dari satu orang saja, baik muslim ataupun non muslim tanpa adanya sebab adalah
sebuah dosa besar. Apalagi sampai melakukan kekerasan, kedzaliman dan segala
bentuk terorisme di tengah masyarakat, faktanya justru umat Islam yang selalu
menjadi korban.
Bahasa Arab adalah bahasa wahyu,
maka ia adalah mulia dalam pandangan Islam, sebagaimana bahasa lain yang
digunakan oleh kepercayaan lain yang dianggap sebagai bahasa suci. Maka
menghina bahasa Arab sebagai tanda-tanda dari terorisme adalah penghinaan
terhadap Islam, karena Islam dan bahasa Arab tidak bisa dipisahkan. Statement
ini tentu saja mengundang kontroversi, tapi bagi umat Islam kita harus
tetap bijak dan waspada, karena bisa jadi ini hanya permukaan karena sejatinya
di bawah sana begitu banyak mereka yang belum memahami dengan baik Islam, atau
yang karena kepentingan dunia mereka menyebarkan fitnah tentang Islam. Kita
juga harus waspada karena bisa jadi ini hanya isu yang ditebar untuk mengalihkan
perhatian umat Islam akan isu besar lainnya.
Bijak dalam menyikapi, sesuai
dengan proporsi adalah pilihan terbaik saat ini, menanggapi dengan bijak serta
membantah dengan hikmah itulah yang diperintahkan Allah Ta’ala dalam
Al-Qur’an yang berbahasa Arab pula. Semoga Allah Ta’ala memberikan hidayah
kepada orang-orang yang belum paham dengan kedamaian dan keselamatan Islam,
serta memberikan pelajaran kepada mereka yang benci dengan Islam dan Semoga
Allah Ta’ala selalu menjaga umat Islam dari segala bala serta fitnah
yang menimpanya. Wallahu’alam, 08092021.
Luar Biasa Pak Doktor
BalasHapus