Oleh: Dr. Misno, MEI
Berita viral terkait dengan santri (siswa) salah satu pondok pesantren yang menutup telinga mereka karena mendengar musik menjadi perbincangan hangat di media masa dan elektronik saat ini. Media sosial pun menyebarkan berita ini yang mendapatkan respon positif dan juga negatif. Bagaimana tidak? Di era di mana musik dan lagu menjadi bagian dari kehidupan manusia yang seolah-olah tidak bisa dipisahkan, tiba-tiba muncul sekelompok anak yang anti dan tidak suka dengan lagu dan musik. Hingga mereka harus menutup telinga agar tidak mendengarkan suara musik dan nyanyian.
Perbincangan mengenai lagu dan
musik sejatinya sudah ada sejak dahulu kala, para imam madzhab telah
membahasnya secara sempurna. Saat ini kita lihat satu pihak menyatakan bahwa
musik itu bisa menghaluskan jiwa sebagai salah satu dari karya seni manusia. Pihak
lain menyatakan bahwa musik dan lagu akan menumbuhkan kemunafikan dan berujung
pada keingkaran kepada Ar-Rahman (Allah Ta’ala).
Dua perspektif yang berbeda
memunculkan dua kutub yang saling bertentangan di tengah masyarakat. Demikian pula
pada umat Islam, di mana banyak yang membolehkan lagu dan musik tanpa
membatasinya, namun ada juga sebagian kecil yang mengharamkannya. Sementara di
antara kedua kelompok tersebut ada yang mengharamkan hanya pada lagu dan musik
yang memang mengandung unsur keharaman semisal; wanita yang membuka aurat,
campur baur laki-laki dan perempuan tanpa batas, atau musik yang membawa kepada
paham kesesatan.
Permasalahan musik dan lagu memang
tidak akan pernah habisnya, masing-masing pihak akan berpegang teguh kepada
argumentasinya. Sebagai bagian dari obyek yang dikaji oleh fiqh dalam Islam, lagu
dan musik memang memiliki banyak kemudharatan, apalagi jika kita lihat fenomena
lagu dan musik saat ini yang cenderung pada pemujaan terhadap dunia, harta,
tahta, wanita dan kenikmatan dunia lainnya. Hanya sedikit dari penyanyi dan
pemusik yang menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sejatinya haruslah
diselaraskan dengan nilai-nilai Islam.
Lagu dan musik yang ada saat ini
memang lebih kepada perbuatan yang mengarahkan kepada keharaman, karena dari
mulai penyanyinya, musiknya hingga lirik-nya cenderung menjauhkan diri dari
ketaatan kepada Sang Pemilik Alam. Lebih dari itu ia membawa kepada kesenangan
duniawi dan melupakan ukhrawi yang ujungnya adalah mengesampingkan urusan
agama. Bahkan pada masyarakat yang belum paham tentang agama akan merasa aneh
ketika ada yang menyatakan bahwa lagu dan musik itu haram.
Bagi para santri yang memang
berkonsentrasi kepada hafalan Al-Qur’an tentu saja ini menjadi permasalahan
tersendiri. Di mana alunan lagu dan musik memang sering kali membuai
pendengarnya hingga dengan mudah dapat dihafalkan syairnya. Ini tentu sangat
berbahaya bagi mereka yang sedang belajar untuk menghafal Al-Qur’an. Apalagi
dalam beberapa hal seringkali memang lagu dan musik dapat menghilangkan hafalan
Al-Qur’an karena menjadikan mereka lalai dan terbuai dengan musik dan nyanyian.
Maka, silahkan tutup telinga bagi
mereka yang tidak suka dengan musik dan nyanyian, karena itu adalah haknya.
Apalagi jika itu terbukti akan menghilangkan hafalan, tutuplah telingan pada
waktunya, yaitu ketika musik dan lagu itu kian membelenggu hatimu. Bisa jadi
itu adalah tindakan terbaik yang bisa dilakukan, di saat banyak manusia tidak
lagi memperhatikan sesuatu yang haram walaupun menjadi sesuatu yang biasa di
tengah manusia.
Bagi yang masih suka dengan
mendengarkan musik dan nyanyian maka pilihlah yang bisa mendekatkan diri kepada
Ar-Rahman, tidak melalaikan dan tidak mengandung hal-hal yang diharamkan oleh
Islam. Saat ini banyak pilihan lagu dan musik yang mengarah kepada kebaikan,
ambilah ia sekadar sebagai hiburan. Jangan pernah ia melalaikan dari membaca
dan mentadaburi kalam Ar-Rahman. Karena itu memang yang membawa kepada
ketenangan dan kedamaian sebenarnya.
Biarkan generasi Rabani tumbuh di
bawah naungan Ilahi, nanti di suatu saat nanti mereka juga akan menyadari bahwa
sejatinya hidup ini memang penuh dengan hal-hal yang diharamkan, namun
kebanyakan manusia tidak sepemahaman. Maka, tetaplah belajar hingga sampai
kepada kita pemahaman mendalam. Berlaku bijak menjadi sebuah ukuran, ketika
ilmu itu terpatri di lubuk hati yang paling dalam. Wallahu’alam, menjelang
malam di Kota Hujan. 230921.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...