Bismillah
Assalamualaikum
Warahmatullah wa Baarakatuh
SYAHADAH:
Sajian Ayat dan Hadits Muamalah Ekonomi Syariah
Seri 034
AKAD JUAL BELI ISTISHNA’ (PESANAN DENGAN MEMBUAT BARANG)
Allah
Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟
إِذَا تَدَايَنتُم بِدَيْنٍ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ مُّسَمًّۭى فَٱكْتُبُوهُ ۚ
Wahai
orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. QS. Al-Baqarah: 282.
Hadits
Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam:
عَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه أَنَّ
نَبِىَّ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم كَانَ أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ إِلَى الْعَجَمِ
فَقِيلَ لَهُ إِنَّ الْعَجَمَ لاَ يَقْبَلُونَ إِلاَّ كِتَابًا عَلَيْهِ خَاتِمٌ. فَاصْطَنَعَ
خَاتَمًا مِنْ فِضَّةٍ. قَالَ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَى بَيَاضِهِ فِى يَدِهِ. رواه
مسلم
Diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik, pada suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam hendak menuliskan surat kepada seorang raja non-arab, lalu dikabarkan
kepada beliau: Sesungguhnya raja-raja non-arab tidak sudi menerima surat yang
tidak distempel, maka beliaupun memesan agar ia dibuatkan cincin stempel dari
bahan perak. Anas mengisahkan: Seakan-akan sekarang ini aku dapat menyaksikan
kemilau putih di tangan beliau.” HR. Muslim.
عَنْ سَهْلٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَ إِلَى امْرَأَةٍ
مِنْ الْمُهَاجِرِينَ وَكَانَ لَهَا غُلَامٌ نَجَّارٌ قَالَ لَهَا مُرِي عَبْدَكِ فَلْيَعْمَلْ
لَنَا أَعْوَادَ الْمِنْبَرِ فَأَمَرَتْ عَبْدَهَا فَذَهَبَ فَقَطَعَ مِنْ الطَّرْفَاءِ
فَصَنَعَ لَهُ مِنْبَرًا
“Dari
Sahal bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam menyuruh seorang wanita
Muhajirin yang memiliki seorang budak tukang kayu. Beliau berkata kepadanya;
"Perintahkanlah budakmu agar membuatkan mimbar untuk kami". Maka
wanita itu memerintahkan budaknya. Maka Ghulam (pemuda) itu pergi
mencari kayu di hutan lalu dia membuat mimbar untuk beliau. HR. Bukhari.
Faidah
Hukum Ayat dan Hadits:
1. Allah
Ta’ala membolehkan akad jual beli dengan secara tidak tunai, yaitu dengan
pembayaran diakhirkan (utang).
2. Boleh
memesan barang (istishna’) dengan pembayaran setelah barang itu selesai, baik
dengan uang muka ataupun tidak sesuai kesepakatan. Sebagaimana Nabi Muhammad Shalallahu
alaihi wassalam yang memesan cincin yang terbuat dari perak kepada
pembuatnya. Serta beliau yang memerintahkan kepada seorang shahabiyah untuk menyuruh
budaknya membuat mimbar dengan bayaran setelah selesai pembuatannya.
3. Akad
istishna’ adalah transaksi seseorang memesan (pemesan) kepada orang
lainnya untuk mengerjakan suatu pekerjaan khususnya membuat suatu barang,
kemudian pemesan akan membayarnya setelah pesanannya selesai, baik secara tunai
ataupun dicicil.
4. Aplikasi
akad istishna’ pada masa lalu misalnya membuat pakaian, membuat mimbar, membuat
alat-alat rumah tangga dan yang lainnya. Adapun saat ini dipraktikan di lembaga
keuangan dan bisnis syariah dengan jual beli pemesanan baik berupa rumah,
kantor, Gudang dan barang-barang lainnya yang memerlukan proses pembuatan.
5. Perbedaan
antara jual beli istishna’ dengan salam adalah bahwa jual beli istishna’
barangnya dibuat terlebih dahulu dengan spesifikasi yang jelas. Sedangkan jual
beli salam barangnya bisa dari mana saja selama spesifikasinya, kuantitas dan
kualitas serta waktu penyerahan juga jelas. Selain itu pembayaran jual beli
istishna’ di akhir setelah barang selesai, sedangkan jual beli salam pembayaran
di awal sedangkan barang di akhir.
Begitu
mudahnya aturan Islam termasuk dalam jual beli, sehingga memberikan kelonggaran
untuk melakukan jual beli yang belum ada barangnya yang akan dibuat atau masih
dalam proses pemesanan. Maka, hendaknya kita dapat mengamalkan syariat jual beli
ini agar kehidupan kita lebih berkah di dunia dan akhirat.
KONSULTASI
MUAMALAH DAN EKONOMI SYARIAH:
DIVISI
SOSIALISASI DAN ADVOKASI
ASOSIASI
PENGAJAR DAN PENELITI HUKUM EKONOMI ISLAM INDONESIA (APPHEISI)
HP:
085885753838 (Dr. Abd Misno, SHI., SE., MEI)
https://wa.me/message/DUBYSGGPPMDGH1
Kunjungi
situs kami di www.appheisi.or.id