Oleh: Kang Abdurrahman
Membaca status
Face Book seorang kawan di group kesundaan saya jadi berfikir ulang, Isi dari
status FB tersebut adalah bahwa ia membenci semua hal yang berbau Arab di Tatar
Sunda, seperti: Jilbab, Cadar, Sorban, Jenggot, celana ngatung dan lainnya. Kenapa
ya mereka bisa berfikiran seperti itu. Apakah karena pengetahuannya yang
terbatas? Sikap fanatiknya kepada sukunya? Atau karena kebenciannya kepada
Islam? Apalagi pendapat ini muncul dari seorang Sunda yang muslim. Status ini
menarik untuk dibahas, walaupun sejak awal saya ingin menuliskan semua hal
tentang hal ini, Islam dan Kesundaan. Benarkah terdapat perbedaan yang mecolok
antara Sunda dan Islam? apakah keduanya tidak saling berharmoni? Kita akan
lihat pembahasannya.
Hal pertama yang
muncul dari status ini adalah tentang budaya Arab yang begitu banyak muncul
pada kalangan Sunda. Tentu saja sangat naïf ketika hanya menyalahkan Arab. Buktinya
yang eksis di Tatar Sunda bukan hanya Arab tapi juga China, Eropa, Jepang,
Korea dan gaya hidup bangsa lainnya. Jika Arab disalahkan karena ia memang
mendominasi kehidupan orang Sunda, karena itu adalah efek dari mereka yang
telah masuk Islam. hal yang menarik adalah ketika menyatakan bahwa komunitas
Islam yang berasal dari suku Sunda telah menghilangkan budaya Sunda. Tentu saja
klaim ini harus dilihat kembali, bisa jadi benar bahwa Islam Sunda menolak
beberapa kebudayaan Sunda yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
misalnya saja goyang Jaipong yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang
memuliakan perempuan. Demikian juga budaya Sunda yang mengarah kepada
kesyirikan, maka hal tersebut tidak dilakukan dan dalam pemahaman mereka bahwa
dibuang.
Penulis mengkritik
beberapa hal yang berbau Arab seperti cadar, sorban, jenggot, jilbab, celana
ngatung dan lain sebagainya. Ini memang hal yang tampak jelas di masyarakat, di
mana saat ini kita saksikan banyak perempuan Sunda yang memakai jilbab ala Arab
dan bercadar. Tentu saja hal ini tidak bisa disalahkan karena merupakan hak
asasi mereka untuk memilih. Kenapa kita harus anti dengan hal tersebut? padahal
itu adalah pilihan masing-masing individu muslimah. Banyak orang yang mencela
pakaian ala Arab ini, padahal banyak di antara perempuan Sunda juga memakai
pakaian ala Eropa dan Barat tapi tidak dipermasalahkan. Sangat diskrimasi Arab
tentunya dalam hal ini.
Mengenai sorban,
sejatinya itu adalah budaya Arab yang tentu saja hukumnya boleh-boleh saja
untuk menggunakannya atau tidak. Apalagi dalam masalah pakaian Islam memberikan
kebebasan, selama tujuan utama darinya yaitu menutup aurat terpenuhi maka sudah
cukup. Mengenai model silahkan saja mau model Arab, Sunda, Jawa dan yang
lainnya. Ini sekaligus memberikan argument bahwa silahkan saja memakai pakaian
Sunda, selama menutup aurat maka diperbolehkan. Apalagi kalau kita lihat
pakaian Sunda juga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. apabila kita
perhatikan ternyata pakaian Sunda bagi laki-laki yaitu pangsi memiliki model
celana yang berada di atas mata kaki yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Maka
tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa Islam tidak menyetujui budaya Sunda.
Jenggot juga
menjadi hal yang dikritik oleh pemilik status tersebut, ia menyatakan bahwa
jenggot merupakan budaya Arab. Mungkin dia lupa bahwa sesepuh kita di masa lalu
dan hingga kini memelihara jenggot bahkan sampai panjang. Jika tidak percaya
lihatlah para sesepuh Sunda yang juga memanjangkan jenggotnya, lalu kenapa jika
ada orang yang berjenggot dianggap kearab-araban? Suatu hal yang sangat naïf sekali.
Sejatinya Islam
sebagai rahmat bagi seluruh alam memberikan ruang bagi setiap kebudayaan untuk
tumbuh dan berkembang. Budaya Sunda sebagai salah satu kebudayaan di dunia juga
diberikan ruang dalam Islam, apalagi jika kita mendalami budaya Sunda maka kita
akan menemukan korelasi antara Islam dan budaya Sunda. Korelasi yang hampir ada
pada setiap bagiannya, dari mulai masalah kepercayaan hingga amalan
sehari-hari.
Kepercayaan orang
Sunda meyakini adanya Nu Kawasa yaitu Tuhan alam semesta yang telah menciptakan
langit dan bumi. Islam jelas meyakini adanya Allah ta’ala sebagai Tuhan
pencipta alam, ini adalah fitrah setiap manusia bahwa ia memiliki sifat
meyakini adanya Tuhan semesta alam. Keyakinan adanya Tuhan pada masyarakat
Sunda bertemu dengan keyakinan dalam Islam tentang adanya Allah ta’ala sehingga
keduanya bisa berdampingan dan melebur dalam satu pemahaman.
Amalan sehari-hari
masyarakat Sunda yang tercermin dalam silih asah, silih asih dan silih asuh
jelas selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam
memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain,
mengasihi yang kecil dan meghormati yang tua.
Jika demikian
adanya, maka celaan beberapa orang yang tidak paham dengan Islam serta budaya
Arab yang ada di Tatar Sunda adalah muncul karena kebodohan mereka terhadap
Islam serta kebenciannya kepada umat Islam. Selain itu sikap fanatik terhadap
sukunya secara berlebih-lebihan sehingga dengan mudah membenci orang lain yang tidak
sepaham dengannya. Hal ini menjadi ancaman yang harus dihilangkan karena akan
memunculkan fitnah dan permusuhan di antara umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...