Oleh: Bambang Sahaja
No Body Perfect, tidak ada manusia yang sempurna. Kata-kata tentu saja mudah untuk ditulis,
dibaca dan diucapkan. Namun seringkali sulit untuk diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari. Setiap kita ingin perfect (sempurna), untuk diri sendiri
lebih-lebih untuk orang lain.
Kita selalu ingin sesempurna mungkin, demikian juga orang lain
harus sempurna tanpa adanya aib dan cela. Istilah ini telah sejak awal dipahami
oleh wahyu yang mulia, Islam telah memberikan satu pedoman bahwa Manusia itu
adalah mahalul khata' wa nisyan (tempatnya salah dan lupa). Bahkan demikianlah
manusia, dalam hadits Qudsi disampaikan bahwa seandainya manusia tidak berbuat
dosa dan kesalahan maka Allah Taala akan menggantikan makhluk lainnya yang
ketika berbuat dosa kemudian segera bertaubat kepada Allah Ta'ala.
Pemahaman bahwa manusia tempat salah dan lupa tentu saja tidak
dijadikan dalil atau alasan untuk seseorang berbuat dosa atau membiarkan orang
lain berbuat dosa. Ada niat, ada tindakan dan ada hukuman itulah yang balance
(seimbang) .
Sebuah pertanyaan yang sering muncul adalah kenapa seorang yang
paham agama juga melakukan dosa dan kesalahan? Maka kita korelasikan antara
teori manusia tempat salah dan dosa, penciptaan manusia dengan dihiasi oleh
hawa serta fungsi Al-Ghafur, Allah Taala.
Ustadz juga manusia, dia pasti pernah berbuat kesalahan. Hal ini
terjadi karena ustadz sebagai manusia diciptakan sama dengan manusia lainnya
yaitu dihiasi dengan hawa nafsu. Sebuah istilah yang tepat menggambarkan hal
ini adalah ungkapan "Semakin pohon itu tinggi maka angin dan badai semakin
kencang menerpanya". Semakin seseorang bertambah imannya maka semakin kuat
cobaan yang akan dihadapinya.
Bukan melegitimasi ustadz yang berbuat kesalahan, tetapi sebagai
pemahaman awal serta menjawab berbagai persoalan kenapa ustadz juga berbuat
kesalahan.
Nilai terpenting ketika seseorang berbuat kesalahan adalah segera
untuk memperbaiki diri, ketika dia berbuat kesalahan lagi maka kembali terus
memperbaiki diri. Mujahadah (kesungguhan)
dalam proses memperbaiki diri inilah seharusnya yang menjadi
pertimbangan. Kita masih ingat dengan kisah 99 pembunuh yang ingin
bertaubat, endingnya adalah dia
meninggal setelah membunuh seorang ahli agama menuju jalan perbaikan. Mujahadah
dia menuju kebaikan walaupun hanya beberapa hasta (meter) menjadi nilai yang
sejatinya nilai akhir dari hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...