Oleh: Abdurrahman Misno BP
Memiliki anak yang suka membaca adalah dambaan banyak orang tua,
apalagi jika orang tua memiliki harapan yang besar untuk anaknya tersebut.
Namun seringkali harapan untuk memilikinya pupus di jalan, “Jangankan untuk
membaca buku, dibelikan buku aja tidak pernah disentuh” keluh seorang ibu yang
kerepotan dengan anaknya yang lebih memilih gadget sebagai alat permainannya.
Perlu cara tersendiri dalam membiasakan anak untuk membaca,
menyuruhnya untuk membaca tentu bukan alasan yang bijak. Karena bisa jadi ketika
disuruh membaca ia akan melaksanakannya, tetapi itu adalah karena terpaksa.
Efek negatifnya ketika dia lepas dari paksaan tersebut maka akan merasa bebas
dan akhirnya meninggalkan buku bacaannya. Hal yang lebih parah adalah ia justru
benci dengan aktifitas membaca, tentu hal ini sangat tidak diharapkan oleh
orang tua.
Banyak teori yang mengajarkan bagaimana kita mengajarkan anak untuk
suka membaca, semuanya bagus jika dilaksanakan dengan disiplin. Misalnya ketika
kita menyuruh anak membaca jangan sampai justru kita malah menonton TV, atau
kita suruh anak membaca buku tapi kita sendiri sibuk dengan gadget kita.
Demikian pula mengajak anak ke toko buku atau ke pameran buku, ini juga
strategi yang bagus karena akan menstimulus anak untuk cinta buku dan suka
membaca. Masih banyak lagi cara mengajarkan anak agar suka membaca yang bisa
kita dapatkan dari berbagai media.
Pengalaman saya sendiri bisa dipraktikan jika anda ingin anak anda
suka membaca bahkan hobby membaca. Saya menyebutnya dengan istilah “Kepung Anak
Dengan Buku”, yaitu dengan menyediakan buku di mana saja anak itu berada.
Alhamdulillah, saya dikarunia seorang anak perempuan bernama Aisyah
As-Salafiyah yang saat ini sudah menginjak dewasa. Sebagai orang tua saya
sangat berharap anak saya suka dan hobby membaca, karena kebetulan saya juga
suka membaca.
Langkah pertama adalah dengan menunjukan kepadanya huruf-huruf yang
saya tulis di atas kardus. Waktu itu usianya sekitar 18 bulan, saya tunjukan
huruf-huruf dengan ukruan besar dan warna mencolok. Tentunya bukan mengajarkan
membaca, tapi saya ajak bermain ciluk ba dengan kardus tersebut. Saya
perhatikan anak saya sangat senang sekali dengan permainan ini, dan diam-diam
dia memperhatikan tulisan besar yang ada di kardus tersebut. Setiap satu kardus
menutupi muka saya, dan dibuka maka saya ucapkan “Ba” dan bunyi pada kardus
tersebut. “Ummi”.... “Abi”... kata-kata itu dia ulang-ulang hingga hafal
beberapa kardus bertulis yang saya siapkan.
Menginjak usia ke 3 tahun saya belikan berbagai buku dengan gambar-gambar
mencolok yang memang dikhususkan untuk anak usia dini. Demikian pula ketika
menjelang usia 6 tahun, dia mulai bisa mengenal beberapa huruf yang tersusun
dalam kata sederhana “mimi, susu, bobo, dada, mata” adalah kata-kata yang sudah
dikenalnya. Tradisi membacakan buku dan kisah sederhana juga dilakukan oleh
istri saya menjelang tidur dan dalam beberapa kesempatan. Pembelajaran di Taman
Kanak-kanak membantu juga untuk mengenalkan anak akan dunia buku dan bacaan.
Belum menginjak usia 5 tahun anak saya sudah bisa membaca, setiap
pergi ke berbagai kota saya selalu sempatkan membeli buku untuk anak saya.
Sehingga koleksi buku kami cukup banyak dan bertebaran dari mulai, tempat
tidur, ruang keluarga, ruang tamu bahkan beberapa buku dibawa ke toilet. Pokoknya
kami mengepung anak saya dengan buku, dari mulai bangun tidur di tempat
tidurnya ada buku, mau ke kamar mandi ada buku juga, makan di ruang makan ada
buku juga, demikian pula di ruang tamu. Perpusatakaan keluarga saya siapkan
juga untuk koleksi buku-buku saya yang cukup berat khususnya buku tentang
perkuliahan dan pemikiran.
Ketika anak saya memasuki bangku sekolah di madrasah ibtidaiyyah
(setingkat sekolah dasar) kebiasaan membacanya sudah terlatih. Sehingga setiap
saya pulang dari Jakarta selalu saya belikan beberapa buku dan majalah khusus
anak-anak. Biasanya saya belikan antara 5-10 majalah dengan edisi yang berbeda,
selain majalah Aku Anak Sholeh yang sudah berlangganan. Amazing, setiap saya
berikan buku dan majalah-majalah itu maka bisa satu hingga dua hari dia tidak
keluar kamar. Ia akan asyik dengan buku-bukunya hingga selesai semuanya.
Hobby membacanya juga akhirnya melahap beberapa koleksi buku saya
yang dibilang berat, buku teori-teori pemikiran dan konspirasi dunia dengan
ketebalan lebih dari 700 halaman dibaca habis, bahkan sampai beberapa kali.
Demikian pula novel terjemahan dari luar negeri pun dibacanya. Dia benar-benar
menikmati buku dan bacaan yang saya berikan.
Alhamdulillah, efek positif dari membacanya sejak kecil kelihatan
dalam prestasi akademiknya di sekolah. Menjadi bintang kelas dan terdepan dalam
pengetahuan adalah hal yang cukup membanggakan. Bahkan ia seperti orang dewasa
yang telah memahami berbagai psikologi perkembangan. Kebetulan di akhir usia SD
ia tertarik dengan buku-buku psikologi.
Maka, kepung anak dengan buku adalah metode yangs aya lakukan agar
anak minat membaca. Jangan paksa anak untuk membaca, namun tumbuhkan minta
bacanya. Karena dengan minat baca ini, setiap anak akan menjadi pembaca sejati,
pembelajar sejati sepanjang hayatnya. ambp. Tomang 10022020.
According to Stanford Medical, It's in fact the ONLY reason this country's women live 10 years more and weigh on average 42 pounds less than us.
BalasHapus(And really, it is not related to genetics or some secret-exercise and EVERYTHING to do with "HOW" they eat.)
P.S, What I said is "HOW", not "WHAT"...
Click this link to determine if this easy questionnaire can help you unlock your true weight loss possibility
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*
Masa depan anakmu, bergantung pada apa yang orang tua lakukan hari ini.
BalasHapusBegitu kira kira pak doktor...
Semoga ini menyadarkan para orangtua yang selalu mengedepankan keinginan dan ego pribadi yang terlalu ideal tanpa memikirkan aspirasi pribadi dan kepribadian anak.
Semoga!!!
Terima kasih atas inspirasi nya pak