Oleh: Abu Aisyah As-Salafiyah
Anugerah yang tak terkira bagi umat manusia dari yang Maha Kuasa
adalah rasa. Sesuatu yang tak nampak tetapi memiliki pengaruh yang sangat kuat
bagi kehidupan, ia bisa membuat tertawa namun tidak jarang air mata mengalir dengan derasnya.
Rasa suka cita hadir membawa rasa bahagia, ia ada bersamaan dengan
sejuta cerita yang membuat jiwa dan raga merasa nyaman dengannya. Rasa duka
nestapa datang membawa gundah gulana, ia ada bersama berjuta cerita yang
membuat jiwa dan raga ini tersiksa.
Sayangnya, rasa suka cita dan duka nestapa seringkali hanya dilihat
dari logika belaka, maka hasilnya adalah rasa yang tidak sebenarnya. Ketika
kita suka dengan seseorang maka berbunga-bunga rasanya hingga suka cita
menghampiri jiwa dan raga kita. Namun tahukah anda, bahwa rasa suka itu harus
pula dilihat dari perspektif Dzat Yang Maha Kuasa? Bisa jadi rasa suka itu
memang membawa gembira tiada terkira tapi bisa jadi ujungnya adalah neraka di
sana. Demikian pula ketika kita tidak suka dengan seseorang, maka kebencian,
kebosanan, dan berjuta alasan menjadikan kita tak nak berjumpa dan
berkomunikasi dengannya. Padahal bila kita lawan rasa tidak suka ini,
mengikhlaskan semuanya kerana Sang Maha Pencipta niscaya surga menanti di sana.
Mari berbicara tentang rasa... Rasa yang selalu menghampiri setiap
detik hidup kita rasa yang selalu ada bersama raga kita berada. Rasa suka cita
dan duka nestapa, yang mengalir bersama darah ke seluruh tubuh. Menyerap ke
seluruh sendi dan tulang bahkan ke dalam tulang sum-sum kita. Rasa yang muncul
dari mata, naik ke otak turun ke hati dan menyebar ke seluruh panca indra.
Maka berbicara tetang rasa berarti bicara tentang mata, otak, hati
dan panca indra. Bagaimana anggota pancaindra ini kita kelola agar sentiasa
selaras dengan aturanNya.
Rasa suka cita akan muncul ketika berbagai hal yang menyenangkan mata,
otak dan hati. Jika ia tumpangi oleh hawa maka berahti-hatilah kita semestinya,
karena bisa jadi ianya adalah sesuatu yang sangat berbahaya tikda hanya bagi
dunia namun juga akhirat kita. Suka cita yang muncul kerana selaras dengan
aturanNya, menjalankan perintahNya, menjauhi laranganNya dan sentiasa berada
dalam naungan kehendakNya adalah suka cita sebenarnya.
Duka nesatapa kerana kurangnya dunia, kebahagiaan yang tak ada
hingga hawa yang tertahan kerananya adalah bahagia hakikatnya. Kerana semua itu adalah cobaan yang apabila
kita mampu mengatasinya maka kebahagiaan selamanya tentu kita akan raih di alam
sana.
Mari berbicara tentang rasa... mari lihat kembali kenapa rasa suka
cita itu ada, kenapa duka nestapa menghinggapi jiwa? Semuanya adalah dari
kuasaNya maka serahkan semua padaNya. Berdoa dan terus berusaha... beramal...
bersabar dan terus memperbaiki diri. Itulah satu jalan hakik meraih ridha
Ilahi. Gunung Menyan, 14022020
Numpang promo ya gan
BalasHapuskami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*