Oleh: Abdurrahman Abu Aisyah
Rabu. 30 Desember 2020 menjadi hari terakhir bagi ormas F*I dan seluruh aktifitasnya. Surat Keputusan Bersama (SKB) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia mengakhiri kiprah organisasi keagamaan di persada Indonesia ini.
Sebagai sebuah organisasi keagamaan
Islam, F*I menjadi pioner dalam amar ma’ruf nahi munkar, khususnya di
wilayah Jabodetabek sebagai pusat kepengurusannya. Mereka juga berkontribusi di
berbagai wilayah khususnya ketika terjadi bencana, tanpa pamrih mereka membantu
masyarakat yang mengalami musibah dan kesusahan. Kiprah mereka sangat jelas di
dunia nyata dan rekam dunia maya, kontribusi mereka tidak diragukan untuk
membantu masyarakat yang memerlukan bantuan.
Pembubaran F*I syarat dengan kepentingan politik yang berbau
Islamophobia. Bagaimana tidak? Alasan yang tidak masuk akal dengan menyatakan
bahwa F*I merongrong Pancasila dan Kesatuan Republik Indonesia adalah fitnah
belaka. Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) sebagai perjuangan
dasar mereka jelas sekali menjujung tinggi dan membela Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Justru mereka ingin agar Indonesia ini BERSYARIAH, negara yang
memiliki aturan yang jelas dan membela rakyatnya. Bukan negara yang hanya
mengutamakan kepentingan golongan tertentu apalagi kepentingan asing yang ingin
menjajah Indonesia.
Walaupun pembubaran ini ditanggapi
dengan “kegembiraan” oleh para pengurusnya, namun sejatinya di balik pembubaran
ini terdapat ancaman besar dan bisa disebut dengan Perang Pemikiran atau Ghazwu
Fikri, di mana masih banyak orang yang tidak paham dengan Islam, sehingga
organisasi yang mengatasnamakan Islam dianggap sebagai ancaman bagi NKRI. Belum
lagi kejahilan mereka terhadap kata syariah dan istilah-istilah khas dalam
Islam yang mengakibatkan mereka menudingkan semua yang negatif kepada Islam dan
para pemeluknya.
Perang pemikiran yang mengarah pada
perang peradaban sepertinya tidak bisa dielakan, kecuali masing-masing pihak
berusaha untuk menahan diri dan memahami antara satu dengan yang lainnya. Jika
Islam memberikan toleransi yang sangat tinggi terhadap pemeluk agama dan
kepercayaan lainnya maka sudah selayaknya mereka yang di luar Islam juga
memahami Islam dengan benar. Lebih dari itu umat Islam yang masih mengaku Islam
jangan sampai mereka justru yang paling keras permusuhannya terhadap saudara
muslim lainnya hanya karena beda jalan perjuangan.
Jika orang-orang di luar Islam
memusuhi Islam dan umatnya, mungkin masih “wajar” karena mereka memang tidak paham
dengan Islam, yang parah dan sangat memprihatinkan adalah ketika sebagian umat yang
mengaku Islam sendiri malah memusuhi Islam, syariahnya dan organisasi keagamaan
Islam. Hanya karena beda aliran dan jalan perjuangan kemudian rsa hasad
menjadikan mereka memusuhinya.
Apabila dianalisis tentu saja
penyakit sebagian umat Islam ini adalah karena jahil (bodoh) dengan agamanya
sehingga dengan mudah menyalahkan jalan perjuangan orng atau kelompok lain yang
tidak sama dengan diri dan kelompoknya. Padahal dalam ranah dakwah
masing-masing orang dan lembaga memiliki posisinya masing-masing yang harus
saling mendukung. Kalau belum mampu untuk bersinergi jangan sampai malah
memusuhi dan berusaha untuk menjatuhkannya. Apalagi jika masih dalam konteks
sama-sama mendukung NKRI, fitnah yang menyatakan sebagian umat Islam ingin
merongrong Pancasila dan NKRI adalah “jualan” orang-orang yang tidak suka
dengan Islam.
Ada juga sebagian umat Islam yang
terfitnah dunia, hanya karena kepentingan dirinya, kelompoknya dan kepentingan
dunia lainnya dia mengorbankan sauadaranya sesama muslim untuk tujuan dunianya.
Sangat disayangkan jika hal ini terjadi pada umat Islam, hanya karena takut
tidak mendapatkan “kue” kekuasaan dan keduniaan ia tega memfitnah dan memusuhi
saudaranya yang muslim. Ini tentu tidak boleh terjadi pada umat Islam, di mana
izzah, kemuliaan dan kehormatan saudara dalam Islam lebih dari segala
kepentingan dunia.
Kepada saudara-saudaraku yang
bergabung di F*I, maka teruslah berjuang dan jangan lupa terus belajar tentang
agama ini. Semangat amar ma’ruf nahi mungkar juga harus dibarengi dengan ilmu.
Sehingga lembutkanlah dakwah anda, walaupun selembut apapun dakwah tetap saja
orang-orang yang tidak suka dengan Islam akan tetap memusuhi orang-orang yang
komitmen dengan Islam. Namun, teruslah belajar agar langkah dakwah amar ma’ruf
nahi mungkar semakin terarah sehingga tidak salah jalan. Apalagi dalam konteks
NKRI yang sudah final, negara ini adalah negara mayoritas umat Islam sehingga
harus dijaga dan tidak boleh untuk melakukan berbagai bentuk makar, kekerasan
apalagi kudeta. Walaupun saya yakin anda semua tidak akan berjalan ke sana,
namun berhati-hati terhadap segelintir orang dan kelompok yang mencoba masuk ke
organisasi F*I dan yang sejenisnya. Mereka ada dua macam, pertama adlah
sebagian umat Islam yang memiliki ghirah dan semangat yang tinggi namun jahil
dengan realitas Islam dan keindonesiaan. Kedua adalah musuh-musuh Islam yang
masuk ke dalam tubuh Islam untuk menghancurkan Islam dari dalam, merek
pura-pura menjadi anggota bahkan kepengurusan, kemudian perlahan mereka
mendoktrin dengan ajaran yang salah hingga kemudian sebagian kita terfitnah.
Mereka ada dan nyata, bahkan sejak aman perjuangan kemerdekaan musuh-musuh
Islam masuk ke dalam tubuh umat Islam dan membuat berbagai kerusakan, bahkan
mereka akan selalu ada hingga akhir masa, maka berhati-hatilah. Tujuan utama
mereka adalah menghancurkan umat Islam dari dalam, terkadang bahkan menggunakan
tangan-tangan dari anak-anak umat Islam sendiri.
Terakhir adalam konteks NKRI tentu
saja kita sebagai umat Islam Indonesia sepakat bahwa Pancasila yang sudah
Islami dengan Sila pertamanya dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah
ijma’ (kesepakatan) dari umat Islam di Indonesia. Sehingga taat terhadap
berbagai aturan yang telah dibuat pemerintah adalah sebuah keniscayaan. Tentu
saja ketaatan tersebut dalam hal yang ma’ruf dan dibolehkan oleh syariah, apabila
ada yang bertentangan dengan Islam maka tegurlah dengan cara yang baik, tidak
boleh dengan anarki dan kekerasan. Inilah jalan Islam, mudah-mudahan Allah Ta’ala
senantiasa memberkahi umat Islam di Indonesia dan di seluruh dunia... Aameen Ya
Rabbal Aalameen. Pagi menjelang siang di Kota Hujan, 31 Desember 2020.