Oleh: Abdurrahman
Perjalanan sepanjang perkuliahan membawa kenangan tak terlupakan, susahnya memahami ide dan gagasan dosen dalam bimbingan, hingga pembiayaan yang tidak jarang mengganggu siklus keuangan. Niat yang seringkali mengalami perubahan, juga memberi warna tentang makna sebuah keberhasilan. Hal yang tidak bisa dilupakan adalah ketika harus berkelindan dengan tesis yang penuh coretan, dan perbaikan yang menyita masa serta pemahaman. Belum lagi, tagihan yang bertubi dilayangkan dari bagian keuangan, yang membuat kepala tak lagi bisa memikirkan intisari dari tesis yang selalu dipersalahkan, khususnya dari dosen pembimbing yang seperti tidak memahami perasaan. Ah… mungkin yang terakhir ini hanya sangkaan.
Perjuangan menyelesaikan kuliah dan karya ilmiah benar-benar
bersimbah darah dan air mata yang memerah. Keluh kesah sering kali menghampiri
dari berbagai arah, yang akhirnya membawa pada satu kata untuk menyerah. Tapi,
perjuangan tak boleh patah di tengah, semuanya pasti memiliki hikmah, entah
sampai kapan ianya berakhir renyah, hanya keyakinan yang membuat semangat ini
terus mereunah.
Kini, perjuangan itu telah berakhir, dengan sebuah nama yang telah
terukir, pada selembar kertas hasil olah pikir, ijazah yang menjadi hasil
perjuangan akhir. Wisudapun telah berakhir, gegap gempita dan riuh rendahnya diiringi
dengan dzikir. Tak perlu lagi berfikir, karena semuanya telah berakhir dan gelar
sudah tersemat di nama akhir.
Namun, teringat dengan pesan dari dosen terhormat, bahwa wisuda
bukanlah akhir sebuah matlamat, justru ini adalah awal menuju akhir tingkat,
memberi manfaat bagi umat, serta dapat selamat di dunia dan akhirat. Ya, bahwa
wisuda memang sebuah awal penuh nikmat, tapi setelahnya cobaan akan segera mendarat
membuktikan apakah kita betul-betul belajar dan memiliki kebaikan niat, atau
sekadar ingin mendapatkan ijazah serta gelar sesaat.
Wisuda menjadi awal dalam sebuah perjalanan, tentang kelimuan yang sudah
didapatkan, apakah memberi manfaat dalam kehidupan, atau sekadar bangga dan
penuh kesombongan, ada gelar di belakang nama yang dibanggakan. Masa yang akan
membuktikan, bahwa anda sebagai wisudawan bukan hanya jago di kandangan, tapi
memang memiliki keistimewaan, berpandangan luas dan siap menghadapi berbagai
perubahan. Memberi solusi bagi problematikan kehidupan, yang banyak dihadapi
oleh setiap insan.
Menjadi wisudawan hanya sehari, setelah itu sudah tak ada lagi,
mungkin masih ada gelar di nama diri, tapi hakikatnya ianya akan terbukti. Apakah
memiliki kualitas tinggi, atau berhenti dan tidak mau belajar lagi?. Inilah yang
banyak terjadi, di mana menjadi wisudawan sehari, kemudian tak mau lagi membuka
ayat-ayat Ilahi untuk ditafakuri, tak mau lagi membaca ayat-Nya di semesta ini,
hingga akhirnya tenggelam dalam kesibukan yang tak ada lagi korelasi dengan
ilmu dan pengetahuan hakiki.
Jadilah wisudawan sepanjang hidupmu, karena itulah ciri sejati para
penuntun ilmu, semakin digali semakin terpaku, seperti padi yang tertunduk malu,
karena ilmu yang menjadikannya semakin tawadhu. Setelah hari wisuda itu, kembali
bersemangat untuk membuka setiap lembar buku, jurnal yang berbahasa baku hingga
karya para ulama kini dan terdahulu. Bila ilmu telah mulai ada di kalbu, maka
mengamalkannya menjadi sesuatu yang harus berlaku, jangan seperti perdu yang
tumbuh di sela-sela batu, nampak syahdu namun tanpa memiliki bunga ataupun buah
yang bermutu. Apalagi setelah itu? Mendakwahkan ilmu dan memberikan pengajaran
kepada seluruh manusia di berbagai penjuru, tentu dengan meluruskan niatmu dan
hanya mengharap keridhaan dari Rabb-Mu.
Itulah pesan bagi para wisudawan yang telah dilantik, ini adalah
sebuah amanah akademik, yang harus dipertanggungjawabkan hingga akhir titik, ketika
manusia berdiri di hadapan al-Maalik. Ilmu yang telah didapatkan menjadi
pemantik, bahwa setiap kita memiliki kepribadian dan keistimewaan yang unik. Menjadi mahkluk terbaik, ketika mampu memahami
dan mengamalkan aturan dari Sang Pemilik, tak ada kata tidak apalagi menampik.
Syariat terbaik dari Yang Maha Baik, pasti memberi manfaat dan mashlahat terbaik.
Akhirnya adalah bahwa hendaknya setelah wisuda, setiap kita terus
memperbaiki keyakinan di dada, niat yang harus terus diperhatikan adanya, agar
apa yang lakukan memiliki makna di sisi-Nya. Setelah itu nikmati setiap prosesnya,
niatkan semuanya sebagai bentuk ibadah kepada-Nya inilah yang membuat jiwa kita
akan selalu bahagia, baik ketika anugerah ada ataupun musibah melanda. Selanjutnya
fokus pada akhir tujuan hidup di dunia, keridhaan Allah Ta’ala dan masuk ke
dalam surga, itulah sejatinya kesuksesan yang sebenarnya. Semoga kita mampu
untuk mencapainya… Semoga. Bogor, 301121.