Oleh: Abd Misno
Saya menulis artikel ini untuk seorang sahabat di seberang samudera sana, sebuah surat yang menggambarkan sebuah persahabatan yang penuh dengan lika-liku dunia; suka dan duka, bahagia dan sengsara bahkan dosa dan pahala silih berganti mewarnai persahabatan ini. Sebuah persahabatan yang entah dari mana dimulai, media sosial, pertemanan atau memang takdir yang menentukan. Bisa jadi ini adalah persahabatan yang lillah, walaupun terkadang berubah menjadi toxic relationship karena sifat manusia yang selalu salah dan lupa. Waktu yang akan memberikan jawabannya dari persahabatan ini.
Sahabat, dunia ini memang penuh dengan pesona, seringkali ia hadir
dan menjadi sebuah karunia. Namun tidak jarang menjadi bala dan nestapa bagi
para penghuninya. Ketampanan rupa, kecantikan raga dan indahnya jasad manusia
adalah satu di antara pesona dunia. Ia memang indah dalam pandangan manusia, karena
fitrahnya memang menyukai semua hal yang nyaman di mata. Tentu saja, pesona
raga ini tidak selamanya menjadi anugerah, bahkan banyak fakta menjadi bala dan
musibah. Tidak hanya bagi yang salah dalam memaknainya, namun juga bagi para
pemiliknya.
Banyak cerita dari kawan dan kolega, yang memiliki raga “sempurna”
namun menjadi fitnah dan cobaan dalam hidupnya. Karena sebab pesonanya
ia mengalami berbagai bencana yang biasanya karena hawa manusia. Kita memandang
seolah-olah Bahagia Ketika memiliki raga memesona, padahal nyatanya mendatangkan
bala dan ketidaknyamanan bagi yang empunya. Belum lagi sifat durjana
pemiliknya yang lupa bahwa hakikatnya raga yang memesona itu adalah milik dari
Sang Pencipta semesta. Maka bersyukurlah dengan raga “sempurna” yang ada,
menggunakannya untuk selalu dalam lindungan syariahNya.
Setelah raga sempurna, keluarga menjadi karunia yang luar biasa. Pasangan
yang sholeh atau sholehah, anak keturunan yang selalu berbakti pada orang tua
hingga tetangga yang selalu melaksanakan hak-haknya dalam beragama. Semua itu
adalah karunia yang tidak semua orang dapat merasakannya.
Pekerjaan yang layak dengan pendapatan yang cukup juga merupakan
karunia tidak terhingga, rizki yang telah ditetapkanNya pada kita mengalir atas
kehendakNya. Hingga kita tidak merasakan lagi kekurangan atau kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan, beryukur adalah kuncinya. Karena di luar sana banyak sekali
orang yang dengan susah payah mencari pekerjaan, kekurangan pendapatan karena
gaji yang tidak dapat mencukupi kebutuhan dirinya serta keluarganya. Banyak di
luar sana orang-orang yang dengan terpaksa mengais makanan di tempat sampah,
atau makan-makanan yang haram karena kurangnya pendapatan.
Sahabat, rupa yang memesona, keluarga sejahtera dan pendapatan yang
ada adalah sebagian dari karunia Allah ta’ala yang harus kita syukuri. Tidak semua
orang dapat merasakan ketiganya secara bersama, sehingga Kembali memikirkan
atas segala nikmat tersebut adalah hal yang harus dilakukan selalunya. Jika kemudian
muncul rasa gundah gulana, rasa tidak nyaman di dada atau rasa malas menghampiri
di jiwa maka segeralah mengingat Kembali semua karunia yang ada, bersyukur
atasnya dan memanfaatkan di jalanNya.
Jika rasa malas melanda, maka ingatlah banyak di luar sana orang
yang akhirnya sengsara hidupnya karena kemalasannya. Mereka rugi, tidak hanya
di dunia namun juga di akhirat sana. Penyakit malas telah menjadikan seseorang
itu menajdi pencundang yang terkalahkan oleh para pemenang, bahkan oleh dirinya
sendiri. Maka, Kembali luruskan niat kita, nikmati prosesnya dan fokus pada
tujuan yang ada. Jika rasa malas karena lelahnya raga, maka beristirahatlah
sejenak, kumpulkan tenaga untuk kembali membuat sebuah maha karya. Tapi bila
malas itu karena hawa dan godaan sang durhaka, maka segeralah berdoa kepadaNya “Ya
Allah.. aku berlindung dari sifat malas… “ kemudian kuatkan keinginan, bulatkan Azzam,
melangkah ke depan dan yakin masa depan tidak akan diraih dengan kemalasan.
Sahabat, tetaplah bersemangat karena akhirat itu sangat dekat, bahkan
dunia ini sudah mulai sekarat, hingga kita lihat begitu banyak menyebar dosa
dan maksiat. Terus perbaiki diri, walau itu berat di hati, tapi teruslah
berlari hingga sampai di ujung negeri, di sana menanti tempat abadi yaitu surga
dan keridhaan Ilahi.
Aku bukan pemberi nasehat yang baik, karena mungkin aku juga sering
lupa, tapi marilah bersama bergandengan tangan menuju negeri ampunan semoga di
sana kebahagiaan akan menjelang. Sahabatmu, Bogor 03 Nopember 2021.
MasyaAllah...semoga kita bisa berjiran di syurga kelak sahabat seberangku 🥰
BalasHapus