Misno Mohd Djahri
Umat Islam kembali berduka dengan
meninggalnya salah satu dari tokoh cendekiawan muslim dunia yaitu Yusuf Al
Qaradhawi. Beliau kembali menghadap Allah Tta’ala pada Senin 26 September 2022
dalam usia 96 tahun. Sebagai seorang cendekiawan musliam, beliau saat ini
menjabat sebagai Presiden Pendiri Persatuan Cendekiawan Muslim Internasional
(IUMS). Beliau adalah ulama yang moderat yang banyak diikuti oleh banyak ulama
dunia, walaupun Riwayat organisasiny aberawal dari Ikhwanul Muslimin namun
banyak karyanya bersikap lebih moderat dan dapat diterima oleh banyak golongan.
Syaikh Yusuf Al Qaradawi lahir di
Shafth Turaab, Kairo, Mesir pada 9 September 1926, menyelesaikan Pendidikan dasar
dan menengah di Ma’had Thantha dan Ma’had Tsanawi, kemudia melanjutkan studi di
Universitas Al Azhar Fakultas Ushuludin dan selesai pada tahun 1952. Beliau meraih
gelar Doktor pada tahun 1972 dengan disertasi yang berjudul “Zakat dan
Damapknya dalam Penanggulangan Kemiskinan”. Maha karya inilah yang kemudian
membawa beliau Menyusun buku Fiqh Zakat yang menyebar ke hampir seluruh penjuru
dunia. Tentu saja nilai kebaruan dari buku tersebut adalah upaya penulis dalam
mengkorelasikan antara zakat dengan kemiskinan.
Pada awal tahun 1960, beliau diangkat
menjadi Dekan Fakultas Syariah di Universitas Qatar yang baru didirikan dan
diberikan kewarganegaraan Qatar pada 1968. Selama tinggal di Qatar, Al Qaradawi
menjadi terkenal sebagai seorang sarjana atas bukunya Fiqh al-Zakat (The Fikih
Zakat) pada 1973. Salah satu pemikiran menarik dalam buku tersebut tersebut
adalah kemungkinan diberikannya zakat kepada non muslim selama mereka tidak
memerangi umat Islam. Hal ini sebagai bentuk pengembangan dari ashnaf zakat mualafa,
yaitu mereka yang dilembutkan hatinya agar masuk Islam.
Salah satu pemikiran beliau yang
cukup penting di bidang ilmu pengetahuan adalah sikapnya yang menolak dikotomi
ilmu, menurut beliau ilmu itu bisa islami atau tidak islami tergantung siapa
yang memandang dan menggunakannya. Apabil umat Islam berpandangan bahwa ilmu agama
terpisah dari ilmu dunia (dikotomi) maka umat Islam akan mengalami kemunduran. Karena
hal ini yang menjadikan umat Islam selalu terbelakang sampai sekarang. Walaupun
demikian beliau memiliki pemikiran yang selalu menampilkan Islam secara ramah,
santun dan washatiyyah sehingga mudah diterima oleh banyak kalangan.
Selain banyak yang simpati kepada
beliau ada juga beberapa pihak yang tidak suka dengan Yusuf Al Qaradhawi, yang
pertama orang-orang non muslim yang tidak suka dengan background beliau sebagai
aktifis Ikhwanul Muslimin. Hingga banyak yang menganggap beliau memiliki
pemikiran fundamentalis yang diwariskan dari Muhamad Abduh, Jamaludin Al-Afghani,
Rasyid Ridha dan yang lainnya. Sebenarnya hal ini sangat wajar jika melihat
latar belakang kehidupan beliau di mana pada saat beliau tumbuh negara-negara
Islam khususnya di Afrika Utara dan Mesir dikuasai oleh Perancis dan penjajahan
barat. Maka kebangkitan Pan Islamisme jelas sangat kentara pada sikap dan
pemikiran beliau. Karena tergabung dalam Ikhwanul Muslimin ini pula kalangan
Salafi (Wahabi) juga tidak menyukainya dengan alasan memiliki akidah yang tidak
sesuai dengan salafu shaleh. Tentu saja kita memahami hal ini sebagai sebuah
dinamika pemikiran umat Islam yang harus bijak dalam menyikapinya.
Terlepas dari hal positif yang ada pada
diri beliau serta beberapa kekurangan sebagai manusia maka kontribusi beliau
kepada Islam dan umatnya tidak diragukan lagi. Semoga Allah Ta’ala mengampuni
semua kesalahannya dan mengangkat derajat di sisiNya. Sekarang tinggal kita
yang ditinggalkan, siapa yang akan melanjutkan perjuangan beliau dalam
mendakwahkan Islam yang penuh rahmat kepada seluruh umat manusia? Maka jawabannya
tidak perlu menunggu dan menanti orang lain yang akan melanjutkan perjuangan
dakwah beliau. Kita semua adalah pelanjut beliau, untuk terus mempelajari
Islam, mengamalkan dan mendakwahkan kepada seluruh umat manusia.
Kita semua adalah pelanjut dari perjuangan dakwah Syaikh Yusuf Al Qaradhawi, sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Beliau telah tiada dan inshaallah telah memperoleh ganjaran atas semua amal baiknya. Tinggal kita yang masih ada di dunia, akankah kita memiliki semangat juang Islam seperti beliau? Atau selalu sibuk dengan dunia hingga lupa bahwa setiap kita adalah muslim dan setiap muslim menanggung beban untuk belajar, mengamalkan dan mendakwahkan Islam. Tujuan utamanya adalah untuk mencapai keridhaan Allah Ta’ala, kemudian manusia mengetahui dan memahami bahwa Islam adalah agama yang membawa kedamaian untuk semua. Wallahu a’lam, 26092022.