Oleh: Misno Mohd Djahri
Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM)
menjadi topik berita yang sedang berkembang saat ini, kondisi ekonomi yang
belum pulih setelah pandemic Covid-19 menjadi satu sebab utama penolakan banyak
pihak kenaikan harga komoditi ini. Bukan tanpa alasan, di tengah harga minyak
dunia yang justru turun justru Indonesia malah menaikan harga BBM dengan alasan
penyesuaian harga dengan harga minyak dunia. Sementara tetangga kita Malaysia
justru menurunkan harga BBM sebagai bentuk stimulus bagi perekonomian masyarakat.
Kenaikan BBM secara otomatis akan
berpengaruh kepada kenaikan berbagai komiditi yang ada, harga barang-barnag di
pasar akan merangkak naik seiring dengan kenaikan BBM. Ini adalah sesuatu yang wajar,
karena seluruh transportasi yang ada Sebagian besar masih menggunakan BBM ini. Tentu
saja kenaikan harga barang-barang kebutuhan di masyarakat akan menjadikan
masalah tersendiri dalam aktifitas ekonominya. Program bantuan yang dibuat oleh
pemerintah mungkin akan membantu beberapa saat, namun tidak berjalan lama dan
dampaknya tidak signifikan karena kenaikan harga kebutuhan yang juga tidak bisa
terkendali.
Di tengah kenaikan harga BBM muncul
juga yang mengaitkannya dengan rizki dan takdir dari Allah Ta’ala. Tidak salah
bahwasanya rizki setiap manusia telah ditentukan sehingga bagaimanapun keadaannya
makai a akan tetap mendapatkan rizki. Demikian pula takdir Allah Ta’ala juga
akan berjalan dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Namun, mengaitkan antara
rizki dan kenaikan BBM sepertinya tidak elegan khususnya di saat masyarakat
mengalami kesusahan khususnya dalam masalah ekonomi. Sekali betul bahwa rizki
manusia memang sudah ditentukan, namun kenaikan BBM yang dilakukan oleh
pemerintah selayaknya juga memperhatikan keadaan masyarakat. Takdir Allah Ta’ala
juga akan berjalan, namun kenaikan BBM juga harus memperhatikan takdir dari
masyarakat.
Analoginya seperti seseorang yang
sedang kelaparan kemudian diberikan buku tata cara berpuasa. Tentu ini sangat
menyakitkan baginya yang sedang kelaparan tapi disuruh berpuasa secara tidak
langsung. Kenaikan harga BBM jelas membuat susah banyak orang khususnya mereka
yang ekonominya di bawah rata-rata. Karena efek dari kenaikan ini yang lebih
mengerikan yaitu meningkatnya harga barang dan jasa di tengah masyarakat. Kondisi
ekonomi yang belum pulih, susahnya mencari pekerjaan dan berusaha akan semakin
sengsara ketika BBM dan harga barang dan jasa naik atau bahkan berpindah harga.
Sehingga, penolakan terhadap
kenaikan harga BBM bukan tidak meyakini adanya takdir dari Allah Ta’ala,
demikian pula bukan berarti tidak meyakini rizki dariNya. Namun kenaikan harga
yang dilakukan ini jelas menyengsarakan masyarakat, apalagi dampaknya adalah kenaikan
harga barnag dan jasa. Maka hendaknya pemerintah dalam memutuskan setiap kebijakan
merujuk pada kemashlahatan, sebuah kaidah menjelaskan “Kebijakan pemimpin
atas rakyatnya haruslah merujuk pada kemashlahatan”. Kemashlahatan yang
dimaksud adalah kebaikan dan tidak membuat rakyat sengsara dengan kenaikan
harga-harga.
Semoga Allah ta’ala memberikan
hidayah kepada para pemimpin bangsa sehingga mereka kembali pada syariah Islam
yang memberikan solusi kemashlahatan dalam berbagai permasalahan bangsa. Semoga
juga para pemimpin betul-betul takut pada Allah Ta’ala, sehingga dalam
menetapkan kebijakan khususnya berkaitan dengan kebutuhan masyarakat selalu
mempertimbangkan kemashlahatan untuk mereka. Semoga… 04092022.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Uktub Your Ro'yi Here...