Minggu, 04 September 2022

Antara Rizki, Takdir dan Kenaikan BBM

 Oleh: Misno Mohd Djahri

 


Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) menjadi topik berita yang sedang berkembang saat ini, kondisi ekonomi yang belum pulih setelah pandemic Covid-19 menjadi satu sebab utama penolakan banyak pihak kenaikan harga komoditi ini. Bukan tanpa alasan, di tengah harga minyak dunia yang justru turun justru Indonesia malah menaikan harga BBM dengan alasan penyesuaian harga dengan harga minyak dunia. Sementara tetangga kita Malaysia justru menurunkan harga BBM sebagai bentuk stimulus bagi perekonomian masyarakat.

Kenaikan BBM secara otomatis akan berpengaruh kepada kenaikan berbagai komiditi yang ada, harga barang-barnag di pasar akan merangkak naik seiring dengan kenaikan BBM. Ini adalah sesuatu yang wajar, karena seluruh transportasi yang ada Sebagian besar masih menggunakan BBM ini. Tentu saja kenaikan harga barang-barang kebutuhan di masyarakat akan menjadikan masalah tersendiri dalam aktifitas ekonominya. Program bantuan yang dibuat oleh pemerintah mungkin akan membantu beberapa saat, namun tidak berjalan lama dan dampaknya tidak signifikan karena kenaikan harga kebutuhan yang juga tidak bisa terkendali.

Di tengah kenaikan harga BBM muncul juga yang mengaitkannya dengan rizki dan takdir dari Allah Ta’ala. Tidak salah bahwasanya rizki setiap manusia telah ditentukan sehingga bagaimanapun keadaannya makai a akan tetap mendapatkan rizki. Demikian pula takdir Allah Ta’ala juga akan berjalan dan tidak ada yang bisa menghalanginya. Namun, mengaitkan antara rizki dan kenaikan BBM sepertinya tidak elegan khususnya di saat masyarakat mengalami kesusahan khususnya dalam masalah ekonomi. Sekali betul bahwa rizki manusia memang sudah ditentukan, namun kenaikan BBM yang dilakukan oleh pemerintah selayaknya juga memperhatikan keadaan masyarakat. Takdir Allah Ta’ala juga akan berjalan, namun kenaikan BBM juga harus memperhatikan takdir dari masyarakat.

Analoginya seperti seseorang yang sedang kelaparan kemudian diberikan buku tata cara berpuasa. Tentu ini sangat menyakitkan baginya yang sedang kelaparan tapi disuruh berpuasa secara tidak langsung. Kenaikan harga BBM jelas membuat susah banyak orang khususnya mereka yang ekonominya di bawah rata-rata. Karena efek dari kenaikan ini yang lebih mengerikan yaitu meningkatnya harga barang dan jasa di tengah masyarakat. Kondisi ekonomi yang belum pulih, susahnya mencari pekerjaan dan berusaha akan semakin sengsara ketika BBM dan harga barang dan jasa naik atau bahkan berpindah harga.

Sehingga, penolakan terhadap kenaikan harga BBM bukan tidak meyakini adanya takdir dari Allah Ta’ala, demikian pula bukan berarti tidak meyakini rizki dariNya. Namun kenaikan harga yang dilakukan ini jelas menyengsarakan masyarakat, apalagi dampaknya adalah kenaikan harga barnag dan jasa. Maka hendaknya pemerintah dalam memutuskan setiap kebijakan merujuk pada kemashlahatan, sebuah kaidah menjelaskan “Kebijakan pemimpin atas rakyatnya haruslah merujuk pada kemashlahatan”. Kemashlahatan yang dimaksud adalah kebaikan dan tidak membuat rakyat sengsara dengan kenaikan harga-harga.

Semoga Allah ta’ala memberikan hidayah kepada para pemimpin bangsa sehingga mereka kembali pada syariah Islam yang memberikan solusi kemashlahatan dalam berbagai permasalahan bangsa. Semoga juga para pemimpin betul-betul takut pada Allah Ta’ala, sehingga dalam menetapkan kebijakan khususnya berkaitan dengan kebutuhan masyarakat selalu mempertimbangkan kemashlahatan untuk mereka. Semoga… 04092022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...